Widya Prahasna adalah seorang dosen yang sekarang sudah berpisah dengan mantan suaminya. Dia tidak bisa menjalani kehidupannya dengan normal lagi karena tidak bisa melupakan masa lalu pernikahannya dengan mudah. Dia bertekad untuk tidak menikah lagi sampai waktu yang tidak ditentukan. Hingga akhirnya Widya mendapat pesan aneh tentang sebuah aplikasi penyewa pasangan. Namun seseorang yang ia pesan adalah mahasiswanya sendiri bernama Raka, salah satu mahasiswa teladan dan paling populer di dalam kampus. Raka sebenarnya diam-diam menyukai dosennya sendiri namun tidak pernah ia ceritakan kepada siapa-siapa. Dan akhirnya dimulailah kisah cinta Widya untuk mencari pasangan yang tepat menggunakan aplikasi aneh di dalam ponselnya tersebut
"Bu... apakah tugasnya boleh di selesaikan nanti malam saja? Saya punya keperluan hari ini" Ucap seorang dosen wanita muda bernama Widya prahasna.
Dia berada di ruangan tempat berkumpulnya para dosen sekarang, namun tugas penelitian yang sudah menjadi tanggung jawabnya selama setahun ini belum kunjung ia selesaikan. Dia memikirkan bagaimana caranya menyelesaikan tugas ini tanpa mengganggu kesibukannya yang lain
"Oh tidak bisa bu," Jawab seorang administrasi di sana.
"Deadline nya habis hari ini. Jika ibu tidak melakukannya sekarang saya takut ibu tidak akan bisa menempuh tes terakhir. Tapi bukankah ibu sudah menjalani beberapa rangkaian data buat memastikan progressnya bisa berjalan dengan lancar?"
Ini memang kesalahanku. Semenjak aku bercerai, aku tidak bisa melakukan segala sesuatu dengan berurutan dan dengan baik
Seakan-akan semua masalah yang Aku hadapi semakin kacau dan silih berganti.
Aku sebenarnya tidak bisa membiarkan hidup selalu seperti ini. berada dalam ambang kelinglungan dan juga menjalankan semuanya dengan benar.
Walaupun sudah cukup lama Aku menjalani perceraian, tapi entah kenapa kesedihan di hatiku masih ada dan membekas sampai sekarang.
Aku takut kalau masalahnya ini akan berakhir menjadi lebih menyedihkan.
"Baiklah kalau begitu Bu. Saya akan kirim tesisnya nanti kepada ibu. Mungkin akan selesai tengah malam nanti" Jawabku berusaha untuk meyakinkan orang itu dan juga memastikan dirinya sendiri.
"Kalau bisa jangan terlalu malam ya, hari ini kan malam jumat. Saya mau ada urusan sama suami saya nanti hehe..." Jawab Ibu Administrasi itu dengan nada yang nakal.
Mungkin alasan ibu itu berkata seperti itu kepadaku hanya ingin menggoda. Dia tahu kalau Aku adalah seorang Janda yang sudah lama kesepian dan sendirian. Aku hanya bisa tersenyum membalas perkataan dari ibu itu
"Baik bu. Kalau begitu saya pamit dulu ya, saya sepertinya ada jadwal untuk mengajar hari ini..." Jawabku kepada Ibu tersebut.
Aku masih tak tahu akan bisa menyelesaikannya tepat waktu atau tidak. Karena Aku juga memiliki jam mengajar mata kuliah hari ini bersama para mahasiswaku.
Aku melihat ke arah jam tangan, Ekspresiku berubah menjadi sangat panik dan juga ketakutan. Ternyata waktu sekarang adalah waktunya untuk masuk ke dalam kelas. Aku takut bila datang terlambat ke kelasku sendiri karena Aku memang terkenal sebagai dosen yang disiplin meskipun masih muda.
Bahkan banyak mahasiswa yang takut denganku karena sikapku yang sangat tegas kepada orang lain. Aku akan sangat malu jika para mahasiswaku tahu kalau dia sendiri tidak bersikap dengan disiplin.
Tas yang ada di meja langsung kuangkat dan taruh di lengan. Di sana terdapat banyak barang-barang pribadi dan juga keperluan perkuliahan yang Aku bawa untuk meninjau kegiatan pembelajarannya.
Jika Aku tidak membawa itu kemungkinan besar pelajaran atau kuliah tidak akan bisa berjalan dengan semestinya. Tanpa basa-basi, Aku berjalan dengan cepat menuju keluar ruangan.
Universitas tempatku mengajar adalah sebuah universitas Negeri Favorit di kota ini. Banyak sekali anak-anak di seluruh Indonesia mendambakan ingin mengajar ke Universitas ini. Dan Aku merasa sangat beruntung bisa bekerja dan mengajar di sini.
Namun saat bekerja di sini, Aku sering kali berpapasan dengan para mahasiswa yang sedang berduaan dengan lawan Axels. Mesra duduk berduaan di kursi, berdiri menempel di tembok, bahkan secara terang-terangan tak sengaja berciuman di depan matanya.
Aku tak bisa berkomentar lebih jauh tentang apa yang dilakukan oleh para mahasiswanya, karena menurutnya, itu bukanlah sebuah urusan yang harus dia permasalahkan. Aku juga seorang dosen yang tergolong masih baru, tak memiliki banyak wewenang untuk melakukan apa-apa.
Yang Aku bingungkan hanyalah sungguh ironis melihat banyak pasangan muda mendapatkan cinta mereka di usia yang masih terlalu rawan untuk mengetahui apa arti cinta yang sebenarnya.
Sedangkan Aku, yang sudah berkepala 3, masih belum kunjung mendapatkan salah satu impian para wanita itu dengan baik dan juga benar.
Karena semenjak bercerai, Aku takut memiliki pasangan baru. Takut jika hubungan yang kujalani akan berakhir gagal lagi.
Mantan suamiku sudah berpacaran denganku 5 tahun lamanya dan berakhir sampai ke pelaminan.
Namun saat sudah menikah, kami hanya bisa bertahan sampai 2 tahun saja.
Untuk seukuran dosen muda, menurut banyak orang Aku masih terlihat sangat cantik dengan tubuh ramping dan juga aset besar milikku.
Padahal saat mengajar, Aku selalu memakai pakaian Jas dan juga kemeja untuk membedakan diriku dengan para mahasiswa yang lainnya. Walaupun memang, jas dan kemejanya cukup ketat sehingga dapat memperlihatkan setiap lekukan di dalam tubuhku. Kacamata bulat yang aku kenakan juga menambahkan kesan misterius bagi banyak orang. Padahal mataku memang minus
Tak heran jika banyak sekali mahasiswa baru ataupun yang tidak Aku ajar menggodaku saat Aku berjalan di lorong kampus. Mereka tak tahu kalau Aku adalah seorang Dosen yang mengajar di tempat ini.
Aku tak pernah menganggap mereka dengan serius, Aku hanya memandang mereka sinis dan judes. Menganggap seakan-akan mereka tak pernah ada di sana. Selama mereka tidak melakukan sesuatu yang serius dan benar-benar mengganggu, Aku hanya mengabaikannya.
Sedangkan beberapa mahasiswa yang sudah mengenalku juga ada yang masih menaruh hati kepada diriku. Kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa-mahasiswa muda dan tampan memiliki masa depan cerah.
Mereka sering sekali mengajakku untuk pergi ataupun hanya sekedar makan malam, namun tak ada yang pernah Aku setujui untuk melakukannya.
Sebagian dari mereka benar-benar orang yang sangat tampan ataupun dari keluarga kaya. Aku dengan mudahnya menolak mereka tanpa alasan khusus bisa diterima oleh anak-anak itu.
Tak hanya mahasiswa, Aku juga seringkali di "pesan" oleh beberapa petinggi kampus ataupun juga sesama dosen sendiri. Namun tentu saja Aku menolak tawaran-tawaran itu meskipun Aku akan ditawar dengan jumlah yang fantastis dan tidak bisa di khayal atau bayangkan oleh orang pada umumnya.
Mungkin Aku bisa membeli pulau jika menerima tawaran itu. Tapi saat ini bukanlah uang yang Aku inginkan, melainkan kebahagiaan untuk dirinya sendiri.
Aku tidak bermaksud jahat dengan menolak semua tawaran itu. Aku malah orang yang paling takut kembali menjalani itu semua. Takut kalau misal semua janji manis ataupun iming-iming yang orang-orang itu berikan kepadaku maka akan membuatnya terbuai dan sekali lagi jatuh ke dalam mulut manis para pria.
Aku merupakan salah satu orang yang menganggap kalau pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan tidak bisa dianggap sebagai permainan. Aku tidak ingin jatuh lagi ke jurang yang sama seperti apa yang terjadi dengan hidupku sebelumnya. Sudah cukup jatuh dan tak bisa bangkit lagi seperti sekarang ini.
Dan jujur saja, Aku memang sempat tertarik dengan beberapa pria yang pernah mengunjunginya itu. Mereka benar-benar berhasil membuatku bersimpati atas usaha mereka untuk menarik perhatian diriku.
Namun hanya sampai di sana saja. Aku tidak pernah melakukan sesuatu yang jauh lebih serius daripada itu. Hal paling jauh yang pernah Aku lakukan hanyalah memeriksa akun media sosial orang yang kuanggap menarik. Hanya sebatas itu.
Kampus ini juga sudah menjadi incaranku sejak lama. Aku bukan lulusan dari kampus ini namun semasa masih menjadi mahasiswa, Aku selalu bermimpi untuk belajar di sini.
Namun karena impian itu tidak tersampaikan, alhasil Aku berhasil menjadi seorang dosen dan malah mengajar di sini. Sebuah balas dendam yang tidak buruk jika dipikirkan kembali.
"Eh bu Widya. Mau ngajar ya bu?" salah satu dosen wanita kenalanku yang sama-sama mengajar di prodi yang sama menyapa. Dia merupakan dosen muda sama sepertiku. Hanya saja nasibnya merupakan suatu kebalikan dari nasib yang Aku alami.
Terlihat dari baju santai yang ia kenakan sebuah perut membesar menandakan kalau ia sedang hamil tua sekarang ini. Dia merupakan salah satu contoh dimana wanita bisa sukses dan juga merasakan keharmonisan keluarga yang dia inginkan.
Meskipun tak pernah kuucapkan secara langsung, Aku benar-benar iri dengan nasib dosen itu dibandingkan dengan diriku.
"Iya bu Astri. Saya lagi buru-buru ini. Jam saya sudah telat." Sapaku balik dengan nada yang tergesa-gesa. Sebenarnya Aku tidak ingin berbicara terlalu lama dengan dosen itu karena dia sering sekali menceritakan tentang kehidupannya sebagai seorang dosen sekaligus ibu.
Dua hal yang tidak bisa kugapai secara bersamaan, dan berujung membuat diriku semakin iri hati
Aku pun meninggalkan bu Astri dengan cepat, dan dia tiba tepat di depan pintu ruang kuliahnya. Aku membuka pintu dan melihat para murid duduk dengan rapi di meja mereka masing-masing.
Mereka nampaknya sudah sabar menungguku untuk datang mengajar mereka. Aku melihat jam tangan, ternyata Aku datang dengan tepat waktu. Tak ada yang perlu kukhawatirkan lagi sekarang.
"Baiklah anak-anak. Apakah ada tugas hari ini?" tanpa salam pembukaan atau menyapa para mahasiswanya, Aku langsung saja membahas inti topik pembahasan perkuliahan hari ini.
"Ada Bu. Ibu kemarin memberikan kami pembagian tugas presentasi tentang tugas start-up yang berkembang di Indonesia." Sahut seorang gadis yang duduk paling depan dan berpenampilan paling rapi dibandingkan dengan yang lainnya. Aku familiar dengan gadis itu namun lupa dengan namanya.
Sontak wajah seluruh mahasiswa yang ada di ruangan itu berubah menjadi judes dan sebal kepada gadis itu. Sudah menjadi sebuah kebiasaan dimana orang yang rajin malah menjadi orang yang dibenci oleh banyak orang di dalam kelas. Aku sadar akan semua tatapan itu, karena aku dulu juga salah satu orang sepertinya.
"Baiklah kalau begitu. Siapa yang ingin memulai presentasinya terlebih dahulu?" Sahutku sambil bergerak duduk agak menjauh, mencoba untuk memberikan tempat kepada mahasiswa yang akan melakukan presentasi.
Gadis tadi pun mengangkat tangannya, menandakan kalau dia sudah siap melakukan presentasi untuk sekarang ini. Dia dan 3 anggota kelompoknya maju ke depan menancapkan kabel proyektor agar tampilan power point bisa tampil dan muncul di depan kelas.
"Baiklah semuanya selamat pagi. Saya Irma dan ini semua anggota kelompok saya akan melakukan presentasi tentang Start-up yang sedang berkembang di Indonesia sekarang ini." Ucap Gadis itu sekarang. Dia pun memulai untuk menyetel proyektornya ke bagian selanjutnya.
"Kali ini saya akan membahas tentang Start-Up yang bergerak di bidang Jasa. Sesuai dengan bagian kelompok kami. Yaitu, Lover Dreams..." Saat Irma menjelaskan tentang Start-Up itu, sontak para mahasiswa berteriak antusias mendengarnya. Aku familiar dengan nama dari perusahaan itu, namun dia tak tahu pernah mendengarnya dimana.
"Lover Dreams adalah sebuah aplikasi yang tengah dikembangkan untuk mengakomodir salah satu permasalahan yang sedang dihadapi oleh anak muda di jaman sekarang. Yaitu tentang para kaum-kaum tuna asmara atau jomblo..." Irma lanjut menjelaskan.
"Karena memang Lover Dreams ini menawarkan jasa yang begitu unik, dimana aplikasi ini akan menjodohkan pelanggannya kepada para mitra yang bergabung bersamanya. Pasangan yang akan dipesan, akan bisa bertindak seperti pasangan sungguhan, dan melakukan apa saja sesuai dengan tingkat layanan atau tier yang sedang dipesan oleh pelanggan tersebut..."
"Untuk sekarang, aplikasi ini sedang populer karena banyak sekali para anak muda yang menggunakan aplikasi ini agar mereka tahu bagaimana rasanya dicintai, jatuh cinta, dan berkencan dengan orang yang tidak mungkin mereka dapatkan. Aplikasi ini menjadi solusi yang jitu terhadap semua permasalahan itu..." Irma terus saja melanjutkannya dengan fokus.
Sampai-sampai Aku yang biasanya menanyakan kesalahan dalam tiap-tiap materi mahasiswanya tidak berkomentar apa-apa. Aku seperti masuk ke dalam presentasi itu dan terlalu tertarik untuk mendengar tentang aplikasi itu sampai berkhayal ingin menjajalnya sendiri nantinya.
Irma menjelaskan semuanya dengan panjang lebar, sedangkan Aku, diam-diam mengunduh aplikasi itu ke dalam smartphonenya sekarang ini. "Baiklah demikian presentasi saya. Apakah ada yang ditanyakan?"
Semua anak pun terdiam, mereka tentu saja tidak langsung buru-buru menanyakan sesuatu kepada Irma di depan sana karena tidak ingin dipandang sebagai orang yang terlalu ambisius. Kecuali satu anak laki-laki bernama Raka yang sedang mengacungkan tangannya ke atas sekarang ini.
"Izin bertanya..." Ucap Raka kepada Irma dan Diriku sekarang ini di depan. Aku pun mempersilahkan Raka untuk bertanya kepada Irma tentang perusahaan itu.
"Sepertinya ada beberapa kekeliruan tentang perusahaan dan aplikasi yang kalian sebutkan tadi. Pertama-tama, Lover Dreams belum masuk ke investasi seri c, bagaimana kalian bisa mengatakan kalau mereka akan berada di tahap Unicorn? Kedua, Lover Dreams sudah menjadi peringkat satu di layanan jasa aplikasi Play Store sekarang, mengungkapkan kalau aplikasi ini masih belum populer adalah suatu kesalahan yang fatal. Ketiga, argumen kalian kalau aplikasi ini akan menurun di masa depan kurang valid, karena tingkat kesendirian dan menikah sudah mulai menurun 3 tahun terakhir ini. Bagaimana kalian bisa memberikan analisis seperti itu?"
Aku terpukau saat mendengar celetukan Raka yang sekarang ini. Mungkin lebih tepatnya, Aku tak menyangka kalau Raka bisa mengeluarkan sanggahan seperti itu.
Jaka tidak sedang ingin bertanya, dia sedang ingin membantah tentang semua apa yang tengah dikatakan oleh Irma dan kelompoknya saat ini. Membuat Gadis itu tidak bisa melakukan apa-apa menjawab semua pertanyaan itu untuk saat ini.
Mereka hanya tengah sibuk memainkan smartphone mereka, mencari jawaban yang pantas untuk dikeluarkan menanggapi sanggahan Raka sekarang ini.
Dalam keadaan yang terlihat menegangkan di dalam kelas Raka pun menyeletuk, "Maaf jika pertanyaanku terlihat terlalu terburu-buru bagi kalian. Namun, aku tidak paham melihat fakta yang ada di lapangan, dengan apa yang kalian katakan sekarang ini..."
Jaka seperti mencoba meminta maaf atas tanggapannya sendiri saat ini
Dan di saat itu, Aku tersadar kalau Aku memiliki mahasiswa yang sangat menarik. Mungkin, Perasaan ini sudah melebihi rasa bangga seorang dosen kepada mahasiswanya sekarang ini...
Buku lain oleh Panda_Kayang
Selebihnya