Aryo Samudra adalah seorang model ternama, bintang iklan, pemain sinetron, bahkan aktor film. Di Indonesia, tidak ada yang tidak mengenalnya karena kariernya melesat sangat tinggi setelah dia membintangi film pertamanya yang berjudul Dermaga. Memerankan anak muda tuna rungu yang mampu melawan kerasnya dunia, dia menjadi kesayangan banyak orang. Seakan kesempurnaan dunianya semakin lengkap, Aryo menjalin hubungan dengan sesama artis, Tantri Jaynuri, artis yang namanya sudah melambung sejak masih kecil. Mereka bahkan berniat menikah hanya dalam satu tahun saling mengenal. Beritanya pun telah menyebar, dan Aryo berniat melamar Tantri secara resmi setelah mendapatkan piala aktor terbaik tahun ini. Namun, hal naas itu terjadi saat dia baru saja hendak pergi ke ajang penghargaan tersebut. Sebuah kecelakaan besar membuat mobil yang dia kendarai sendiri terbalik karena menghantam pembatas jalan. Ketika terbangun, Aryo mendapati dirinya sudah berada di ranjang rumah sakit. Seakan itu belum cukup membuatnya terkejut, dia mendapati fakta bahwa sudah 1 tahun sejak kejadian itu terjadi. Sekarang dia berada di rumah sakit karena kecelakaan lagi 3 bulan lalu hingga mengalami koma. Baru saja tersadar dari tidur panjang, dia mendapati fakta bahwa sudah menikah. Tanpa dia ingat bagaimana itu bisa terjadi, lalu yang paling penting wanita yang mengaku istrinya bukanlah Tantri, tapi Yuyun Jenar yang merupakan penyanyi dangdut jebolah acara televisi. Aryo bahkan tak pernah ingat ada nama itu di dunia hiburan. Bagaimana bisa dia tiba-tiba menjadi seorang suami? Dengan penyanyi dangdut lagi. Aryo tidak suka penyanyi dangdut. Sepertinya dia harus mencari cara agar bisa mengungkap semuanya. Mungkin saja yang terjadi padanya adalah lelucon dari acara televisi yang ingin mengerjainya.
Suara deru mesin mobil terdengar nyaring begitu kendaraan roda empat itu berhenti di depan lobi apartemen. Tanpa memedulikan jika dia sudah parkir sembarangan, Aryo Samudra, sang pemilik mobil berlarian menuju lift agar bisa segera sampai ke lantai unitnya.
Tadinya dia sudah siap dengan jas rapi serta penampilan menarik untuk menghadiri acara penghargaan film nasional malam ini. Namun, setelah separuh perjalanan manajernya Jovan baru mengabari jika lupa membawa cincin yang sudah Aryo siapkan untuk melamar Tantri sang kekasih. Maka dengan kekuatan penuh, Aryo memutar kemudi dan balik ke apartemen.
"Sialan!" umpatnya begitu menekan tombol lift yang terasa begitu lama baru terbuka.
Bahkan saat sampai di depan unit miliknya, mendadak Aryo lupa harus memasukkan pasword atau justru fingerprint. Untuk sesaat dia bahkan tertegun untuk menenangkan diri sebelum mengambil keputusan dan pintu pun terbuka. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Aryo bergegas mendekati nakas dan mengambil kotak merah maroon beludru yang saat dia buka menampilkan cincin emas putih dengan berlian bermata satu di tengahnya.
"Merepotkan saja," bisik Aryo yang sedikit lega. Sepanjang perjalanan tadi dia hanya khawatir kalau benda itu justru hilang dan dia harus mencarinya sampai malam habis. Kalau itu terjadi dia bisa gila. Bukan apa-apa, Aryo sudah memikirkan malam ini dengan sangat matang, kalau harus gagal dia sepertinya harus mencari manajer baru, Jovan Almeda akan dia pecat karena sudah bersikap teledor.
Melihat jarum di jam tangan yang terus berputar, Aryo kembali melanjutkan langkah. Dia patut bersyukur begitu keluar dari lobi ternyata mobilnya masih di sana, jadi dia tak perlu harus ke basment untuk mengambilnya. Sepertinya pihak keamanan gedung juga paham kalau Aryo sedang terburu-buru.
Melaju dengan kekuatan penuh, Aryo kembali mengingat hari pertama dia bertemu artis cantik pujaannya itu.
Saat itu adalah hari pertama Aryo menjadi bintang iklan sebuah produk pasta gigi setelah namanya cukup dikenal di dunia perfilman Indonesia. Kebetulan partnernya adalah Tantri Jaynuri yang selama ini hanya bisa Aryo lihat di layar kaca semata. Tentu saja tak ada yang tidak mengenal gadis itu. Sejak umur 9 tahun dia sudah memasuki dunia entertainment dengan karya debut pertamanya film anak-anak. Meskipun kala itu hanya jadi pemeran pendukung, Tantri mampu membuat banyak pasang mata kagum karena akting dan senyuman polosnya. Sejak itu di usianya yang makin bertambah makin banyak pula tawaran film serta iklan yang menjadikannya kian terkenal.
Memiliki kesempatan bekerja sama dengannya tentu menjadi kebanggan sendiri untuk Aryo, terlebih saat melihat Tantri secara langsung, apa yang dia bayangkan selama ini tentang sang gadis bahkan tak seujung kuku pun. Tantri Jaynuri lebih dari yang bisa disebutkan lidah dan juga mata.
"Halo! Kamu Aryo Samudra, kan?" tanyanya dengan mata yang menyipit akibat senyum yang lebar.
Mengulurkan tangannya gugup, Aryo mengangguk, "benar. Nama saya Aryo. Kalau kamu?" Aryo hampir menggigit lidahnya sendiri karena malu. Pertanyaan macam apa itu? Dia bertanya nama pada gadis terkenal yang dia sendiri bahkan tahu tanggal lahirnya? Apa dia tidak bisa lebih bodo lagi dari itu?
Namun, bukannya marah karena Aryo berlaku tidak sopan, Tantri justru tertawa sambil menerima jabatan tangannya. "Oke, akan aku perkenalkan diriku dengan resmi. Hai Aryo, namaku Tantri Jaynuri. Kamu bisa memanggilku Tantri."
Senyum Aryo langsung mengembang dengan sangat lebar, ternyata dia tak salah sudah mengidolakan gadis itu. Pribadinya jauh lebih cantik dari parasnya yang bak dewi itu. Dan kini, setelah mengenal Tantri selama setahun, Aryo membulatkan tekad untuk melamarnya dan menjadikan milik seutuhnya.
Ciiit ...
Aryo terpaksa mengerem mendadak dan membuyarkan lamunannya karena meihat ada motor yang memotong jalan serampangan. Kesal bukan main, dia mengumpat sambil membuka kaca jendela, untung tak ada yang mengenalinya, kalau tidak itu bisa jadi skandal yang tidak penting untuk rekam jejak karirnya.
Memutar kemudi lagi, Aryo semakin kesal begitu melihat ada lampu merah di depan sana. Namun, dia tak bisa menunggu waktu lebih lama lagi, jadi melihat ke sekitar, Aryo menyadari jika tidak terlalu banyak kendaraan di sekitar sana, alhasil dia melanggar peraturan lalu lintas untuk pertama kalinya. Bukannya menginjak rem, dia justru memacu mobil dengan kencang. Semua nampak aman karena dia behasil melakukan apa yang dia pikirkan, sampai di seberang jalan sebuah gerobak penjual Bakso mengagetkannya karena tak diprediksi datang dari mana. Menghindari agar tak menabrak itu, Aryo memutar kemudi ke arah kiri secara mendadak dan bagian depan mobilnya harus menabrak pembatas jalan. Tak cukup sampai di sana, sebuah mobil yang melaju dari arah berlawanan pun tak menyangka ada kejadian tersebut hingga tak cukup cepat menghindar lalu mengakibatkan menabrak bagian belakang mobil Aryo hingga kedua benda itu menempel dan berputar beberapa kali sebelum terbalik bersamaan.
Semua terasa begitu cepat bagi Aryo, dia tak bisa merasakan apa pun di sekitarnya kecuali mendengar benturan keras dan sebuah api menyala di mobil satunya. Berkedip sangat pelan untuk memeriksa apa yang terjadi, Aryo hanya tahu sebuah ledakan cukup keras terdengar lalu semuanya gelap.
***
Berbanding terbalik dengan keadaan malam itu yang hiruk pikuk, pagi ini di tempat berbeda suasan terasa begitu tenang. Hanya ada suara tetesan infus yang tersangkut di tiang besi samping ranjang, dan seorang pria terbaring dengan baju pasien serta perban di kepala.
Sepasang mata yang beberapa waktu ini tertutup rapat mulai terbuka perlahan. Karena berusaha menyesuaikan cahaya, beberapa kali netra itu berkedip. Lalu membuka dengan sempurna setelahnya.
Mencium aroma obat, dan interior khas rumah sakit, Aryo yang terbaring itu paham jika dia sedang dirawat. Untuk beberapa waktu dia memikirkan apa penyebabnya bisa berada di tempat itu, dan sebuah kenangan malam naas itu membuat kepalanya seketika nyeri. Mencoba duduk, dia justru harus menjerit karena tubuhnya terasa begitu sakit.
"Astaga! Sayang, kamu sudah sadar?"
Belum juga terkumpul sepenuhnya kenangan itu, Aryo harus dikejutkan dengan sosok asing yang masuk ke ruangannya tanpa permisi. Bahkan yang lebih parah dia bilang apa tadi? Sayang?
Menepis tangan yang memegang lengannya, Aryo menatap sosok itu dari bawah hingga ke atas. Seingatnya dia tak pernah mengenal wanita itu.
"Kamu kenapa? Mau aku panggilkan dokter?" tanyanya lagi dengan wajah cemas.
Aryo hanya diam karena masih bergelut dengan pikirannya. Mencoba menebak situasi macam apa ini.
"Sayang, kamu bisa dengar aku, kan?"
Aryo memejamkan matanya dan membukanya lagi untuk memastikan dia sedang tidak bermimpi.
"Sa--"
"Tunggu!" potong Aryo dengan suara serak karena tak tahan dengan panggilan itu terus menerus. "Kamu, siapa?" lanjutnya sambil memicingkan mata.
Perempuan itu tertegun beberapa saat, lalu tangannya hendak menyentuh Aryo lagi tapi berhasil ditepis pria itu.
"Tolong jawab saya dengan jujur. Kamu siapa?"
Entah apa yang sudah terjadi, Aryo melihat sepasang netra itu memerah dan berkabut.
"Kamu, kamu, kamu tidak ingat aku, Sayang?" tanyanya dengan suara yang begitu lirih seolah sedang menelan sesuatu yang menyakitkan.
Mengangkat bahunya tak paham, Aryo mengangguk. "Tidak. Memangnya kamu siapa?"
Bersamaan dengan air mata yang jatuh, perempuan itu menjawab, "aku, aku istrimu."
Sepasang mata Aryo melebar sempurna, dia shock karena tak bisa mencerna dengan baik apa yang baru saja dia dengar.
Istri? Wanita asing itu? Bagaimana mungkin?