Mengisahkan seorang sekertaris cantik, yang menikah kontrak dengan bosnya. Menikah karena ingin mendapatkan jalan kembali dengan suami. Namun ternyata mantan suaminya justru bertunangan dengan sahabatnya. Apakah Helen mampu merebut kembali mantan suamiya?
Dor ...
Dor....
Suara tembakan memecah keheningan, menyambar kedua ban mobil yang tengah melaju kencang. Kepanikan terjadi dari penghuni mobil mewah itu.
"Rem mobil blong, Pak!" teriakan penuh ketakutan dari sang supir pribadi.
"Astaga!" jeritan sang istri dengan Isak tangis.
Pasangan suami istri itu berpelukan dengan sangat erat, mereka pasrah jalanan ini sangat sepi. Sang suami menghubungi orang kepercayaannya yang berada tepat di belakang mobilnya.
Belum selesai menuntaskan panggilannya. Mobil yang tengah melaju kencang itu kehilangan keseimbangannya. Mobil mewah itu terperosok ke jurang.
Tidak lama, beberapa mobil mewah datang mencari keberadaan Tuannya. segerombolan pria bertubuh tegap, memakai pakaian serba hitam turun dari mobil.
Kaki jenjang mereka menjelajahi seisi hutan, baru saja mereka merayakan atas keberhasilan pembukaan cabang perusahaannya. Sekarang pasangan suami istri ini mengalami kecelakaan yang mengerikan.
"Aku menemukannya!" Seorang pria berbadan tegap menghubungi teman- temannya melalui hs. Sekitar Sepuluh orang datang mendekat membantu bosnya yang sudah tak sadarkan diri bersama istrinya.
"Inna lillahi..."ucapnya lirih. Semua saling bertatapan, "Supirnya meninggal!" lanjutnya, seketika, mereka bernafas lega. Mereka takut bahwa Tuannya yang baik hati pergi meninggalkan mereka untuk selamanya.
"Cepat! Siapkan Heli!" titahnya. "Dalam perjalanan, Pak!" timpal salah satu dari mereka.
Mereka mengevakuasi kedua pasangan suami istri itu, "Tuan dan Nyonya masih hidup. Tapi kondisi mereka sangat menghawatirkan. Siapkan Dokter terbaik untuk menanganinya!" serunya.
"Semua sudah di siapkan!"
Aku akan membawa Tuan, kau urus Nyonya, dan kau urus supirnya antar ke keluarganya, berikan pesangon yang terbaik yang bisa membiayai anaknya sampai dewasa!" titahnya dengan berlalu, menggendong Tuannya dengan kedua tangan kekarnya.
"Maafkan aku James! Aku lalai menjaga keluarga Nonamu!" ucapnya penuh penyesalan.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, Heli yang di tunggu pun tiba, Semua medis sudah siap menangani pasien pemilik rumah sakit ini.
Mereka segera membawa pasien ke UGD.
Bambang mengurus Tuan dan nyonya di rumah sakit sedang Jordan setelah mengantarkan ke rumah sakit ia kembali menyelesaikan misi yang di berikan Bambang padanya.
***
Keesokan harinya, Jet pribadi mendarat sempurna memenuhi halaman rumah sakit pribadi milik keluarga terkaya ini.
Seorang gadis cantik turun dengan tergesa di kawal dua pria berbadan tegap. Semua anak buahnya menyambut kedatangan Anastasya yang baru saja tiba dari USA. dengan serempak mereka membungkukkan kepalanya saat Ana tepat di hadapan mereka.
langkahnya pasti memecah kesunyian, Rumah sakit yang selalu sepi yang hanya di peruntukan menangani pasien dari keluarga Endelson dan wilson saja.
Seorang pria paru baya menghampirinya, membungkukkan kepalanya. Wanita cantik baik hati, namun sangat disegani karena ketegasan dan prinsipnya. Wanita muda yang membawa nama Endelson company semakin di kenal dunia.
Kecerdasannya sangat di perhitungkan di muka dunia. Kali ini tidak nampak senyuman dari wajahnya membuat semua bawahannya merasa ketakutan.
Bagaimana tidak, sebelum sampai di tempat ini, ia tengah melihat dengan mata kepalanya sendiri, bahwa suaminya tengah tidur bersama sahabatnya. Belum selesai dengan urusan rumah tangganya. Ia kembali dikagetkan dengan kecelakaan yang menimpa keluarganya.
Seorang sekretaris pribadi sang ayah menghampiri nona mudanya, Ana hanya menatap datar pria parubaya di hadapannya yang tengah membungkukkan badannya, nampak gurat ketakutan di wajah pria yang sudah memakan usia itu.
"Maafkan aku, Nyonya muda!" Ana menatap sekilas dan menganggukan kepalanya, agar pria di hadapannya melanjutkan penuturannya. "Tuan mengalami kecelakaan yang parah! wajahnya mengalami kerusakan parah, dan tanpa persetujuan anda kami melakukan operasi," ucapnya parau.
Ana menghembuskan napas kasarnya, menetralkan hatinya, " Bagaimana dengan Arya?" tanyanya dengan masih berdiri menatap pria di hadapannya. Ana sedang mencoba membaca apa yang sebenarnya terjadi, ia memicingkan matanya membaca pria di hadapannya ini.
"Tuan Arya baik- baik saja, Nyonya." jawabnya. Ana menganggukan kepalanya, menggerakkan satu tangannya dan seketika sekretaris ayahnya berlalu.
Entah kenapa hatinya marasa sangat sakit, jantungnya kembali bergemuruh menahan sesak. Bukan soal kejadian orang tua atau Edward suaminya, karena dia telah mengetahui kenyataannya.
Ia terus bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi, ia teringat akan satu hal. Adiknya yang sedang berada di kota Yogyakarta . Yah, dia belum melihatnya.
Belum lima langkah pria itu berlalu, Ana kembali menghentikan langkah pria di hadapannya tadi.
"Paman...," panggilnya. "Apa Andra sudah sampai? Lalu, dimana dia?" tanyanya.
Seperti tercekik, pertanyaan itu membuat lawan bicaranya terdiam, dia baru sadar bahwa Tuan mudanya belum juga sampai.
"Maaf, Nyonya." Ia kembali berjalan menghadap Yuna.
"Apa maksud dari perkataan mu?" Ana bertanya dengan penuh penekanan. "Saya sudah memberitahukan keadaan Tuan besar kepada den Andra, tepat setelah saya menghubungi Nona, tapi saya tidak tahu kenapa sampai sekarang belum sampai."
"Astaga! Harusnya dia sudah sampai sebelum aku, bukan?!" tanyanya.
Pria di sampingnya hanya menganggukan kepalanya. "Cepat! Kerahkan semua orang- orang papah, Cari Andra!" titahnya dengan nada tegas.
"Apa paman kekurangan orang?!" tanyanya dengan nada lembut namun penuh penekanan.
"Saya tidak akan kembali sebelum membawa kabar tentang Tuan Andra!" ucapnya dan segera berlalu.
Baginya, menghadapi nona mudanya dalam keadaan sekarang bukanlah ide yang baik.
Ana duduk di ruang tunggu tidak ada yang berani mendekat saat ini, dalam diam ia menangis tidak ada tempat untuk bersandar. Tidak ada James, untuk meluapkan semua kesedihannya.
Ana tidak mungkin menunjukan sisi lemahnya di depan semua orang. Suami yang ia cintai tega mengkhianatinya. Belum sempat ia membuktikan kebenaran tentang kejadian yang menimpa suami dan sahabatnya ia sudah di hadapkan dengan kenyataan pahit tentang orang tuannya.
Nasib benar- benar sedang mempermainkannya. Sejak kemarin pagi ia tengah di buat bahagia oleh kabar kehamilannya seharian ia di buat tersenyum dengan kabar gembira itu.
Malam ia melihat suaminya tengah tidur dengan sahabatnya. Hatinya hancur, belum sempat mengetahui kebenaran akan kejadian itu. Ia kembali di buat terkejut kabar kecelakaan yang menimpa keluarganya membuat hatinya semakin rapuh.
Ingin dia menjerit dan memohon pertolongan tapi pada siapa? Ingin dia mencurahkan semua kekesalan dan keluhannya tidak ada tempat untuk bersandar saat ini.
Seandainya ia bisa, Ia ingin menangis disini sekeras- kerasnya. Namun, memiliki nama Anstasya Endelson harus membuatnya tetap menjaga sikap dan perilakunya. Ia hanya bisa mengigit bibir bawahnya menahan sesak.
Derap langkah ketukan sepatu membentur lantai, beberapa jam tengah berlalu, seorang pria parubaya tengah datang memberikan informasi kepada nyonya mudanya.
"Maaf Nyonya, " ucapnya, Hati Ana sudah merasa tidak enak. Tapi, ia mencoba menegarkan hatinya dan mengatur nafasnya agar nada bicaranya tidak berubah. Ana mengangguk pelan, pertanda ia meminta pria di hadapannya melanjutkan bicaranya.
"Tuan Andra mengalami kecelakaan," ucapnya lirih. Ana menghembuskan nafas kasarnya ingin sekali ia berteriak. Tak sengaja dia menggoyang tangan Sekertaris ayahnya tersebut.
"Kami tidak menemukanya, tapi mobilnya hangus terbakar. Kami juga menemukan ini." Pria di hadapannya memberikan sebuah dompet milik adiknya, dan sebuah tas. Ana masih sangat ingat, itu adalah kado ulang tahun dari Ana.
"Sepertinya Tuan melemparkan benda ini sebelum mobilnya meledak. Ini kami temukan di sebuah semak- semak, Nyonya."
Pertahanan Ana runtuh. Ia sudah tidak memperdulikan wibawa yang selalu ia jaga. Hatinya benar- benar merasa sesak.
Tak sengaja ia menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Air mata sudah tidak sanggup ia bendung. Adik kesayangannya, orang paling dekat dengannya mati dengan sangat mengenaskan.
Sang paman mencoba mendudukkan nyonya nya di kursi tunggu. "Jika dia tiada dimana jasadnya?!" tanyanya kembali.
"Maaf nyonya, kami tidak menemukannya, mobilnya hancur terbakar. "
"Pergilah! Aku ingin sendiri!"
TBC
Halo, salam sayang.
Alhamdulillah, kita bisa bertemu di karya otor di sini.
Sesuai janjiku yang akan buat Sequel dari Sekertaris Dadakan
Terus dukung otor yah, bantu jejak juga, ya.
Terimakasih, selama ini menemani langkahkuš
Ko belum up Thor, seperti janjiku aku Up 01 Maret 2021. š