"Kau benar-benar mermaid? Ya Tuhan! Aku tidak percaya ini!" Alice menatap seorang pria dengan tubuh berotot tetapi memiliki ekor persis seperti ikan di depannya. "Ya ... seperti yang kau lihat. Kau bisa menyentuhnya jika ingin memastikan," kata Archer, mermaid yang menyelamatkan Alice ketika ombak laut mencoba menyeretnya beberapa menit yang lalu. Alice meletakkan tangannya perlahan ke arah ekor Archer. Ia terkejut setelah menyentuhnya, segera mundur dengan satu tangan menutupi mulutnya dan tangan lainnya menunjuk ke arah Archer. "Kau benar-benar mermaid!" "Aku sudah bilang kan ...," Alice perlahan merangkak kembali ke arah Archer dengan ekspresi tidak percaya di matanya. "Oke, jadi ... itu cukup untuk membuktikan bahwa aku adalah mermaid sungguhan kan? Sekarang, bisakah aku meminta bantuanmu?" Apakah yang akan terjadi dengan hidup Alice setelah bertemu dengan seorang pria mermaid? Apakah hidupnya akan tetap seperti sebelumnya? Atau malah sebaliknya?
"Dean jangan lari begitu sayang, nanti jatuh."
Alice menghela nafas pelan saat sang putri tak mendengarkan nasehatnya sedikitpun. Tapi biarlah, jarang jarang juga ia membawa putri kecilnya itu ke pantai seperti hari ini. Alice menatap hamparan laut di hadapannya. Mata wanita berusia 27 tahun itu seketika berubah keruh saat teringat pada seseorang yang sangat ia rindukan.
"Mama!" teriak si kecil Dean kesal menarik ujung dress ibunya. Alice sontak tersadar dari lamunannya.
"Ah iya, ada apa?"
"Mama setiap pergi ke pantai pasti selalu terlihat sedih. Mama teringat pada papa lagi?"
Alice terkekeh pelan, mengalihkan wajahnya untuk mengusap air mata yang mengalir di sudut matanya.
"Hm, memangnya Dean tidak rindu?"
Dua alis Alice terangkat saat pertanyaannya dihadiahi anggukan cepat. Ia lalu jongkok untuk menyesuaikan
tingginya dengan sang anak.
"Dean rindu, tapi Dean tidak akan sedih. Papa pasti sudah bahagia kan? Dia ada di tempat yang sangat
indah ... di bawah laut biru. Jadi mama juga tidak perlu khawatir."
Alice tak bisa lagi membendung air matanya, ia langsung memeluk putri kecil nan cantiknya itu.
Pandangannya menatap jauh lautan luas di hadapannya. Ingatannya melayang pada orang itu. Seseorang
yang sangat ia rindukan kehadirannya.
***
Jeritan dan desahan bergema di salah satu kamar apartemen malam itu. Seorang pria sedang menikmati
tubuh wanita yang meringkuk di bawahnya, sayangnya hal itu tidak berlangsung lama ketika wanita lain
tiba-tiba mendobrak pintu kamar tempat mereka berhubungan badan.
Bam!
"Apa-apaan ini Reza? Apa yang kau lakukan?" teriak wanita itu.
Reza, pria yang asyik dengan aktivitasnya tadi tiba-tiba menjadi gugup. Ia lalu segera menarik selimut
untuk menutupi tubuh telanjangnya dan wanita yang masih berada di bawahnya.
"Tidak, ini tidak seperti yang kau pikirkan Alice, biarkan aku menjelaskannya."
Reza bergegas turun dari tempat tidur. Dia mengenakan pakaiannya secepat mungkin dan melangkah
mendekati Alice, wanita yang merupakan kekasihnya yang kini memergokinya sedang tidur dengan wanita lain. Dengan tatapan menyedihkan, Reza meraih tangan Alice yang masih berdiri di tempatnya dengan mata memerah.
"Dengar, aku hanya ... wanita itu-"
Alice tak bisa lagi menahan air matanya. Jujur ini bukan pertama kalinya dia menemukan Reza tidur dengan wanita lain. Tanpa mau mendengarkan penjelasan pria itu, ia kemudian menepis tangannya dan kemudian lari darinya tanpa peduli seberapa keras pacarnya itu memanggil namanya. Ia pergi ke tempat yang biasa ia kunjungi kapan pun ia ingin menenangkan pikirannya. Dan di sinilah Alice sekarang, di pantai.
Alice duduk di atas batu yang cukup besar.
Mengencangkan jaketnya karena angin malam yang dingin,
gadis itu kemudian terisak pelan. Ingatannya kembali pada Reza. Alice telah menjalin hubungan dengan
pria itu untuk waktu yang lama. Hubungan mereka bahkan sudah terjalin selama 5 tahun. Bagi Alice, itu
bukan waktu yang singkat. Hubungan mereka semakin dekat setelah kedua keluarga mereka menjalin
hubungan bisnis. Ayah Alice menyayangi Reza seperti putranya sendiri, begitu pula keluarga Reza padanya.
Hubungan mereka berjalan baik sampai suatu hari Reza memintanya untuk berhubungan. Alice jelas menolak karena sejak awal dia sudah memberitahu Reza bahwa dia hanya ingin memberikan tubuhnya
kepada Reza hanya setelah mereka menikah. Sejak itu, dia sering melihat kekasihnya itu tidur dengan wanita lain dengan alasan bahwa dia hanya mengikuti cara Alice.
Apakah alasan seperti itu dapat diterima?
Jika Reza benar-benar ingin melakukannya, mengapa tidak menikahinya saja? Kenapa harus dengan wanita
lain?
Pada awalnya Alice dapat menerima alasan itu, tetapi seiring berjalannya waktu, perilaku Reza semakin berubah terhadapnya. Komunikasi yang jarang, hanya bertemu sesekali, sampai akhirnya dia menemukan Reza melakukannya lagi, untuk alasan bodoh yang sama. Dia menikmati perselingkuhan dan menggunakan
prinsip Alice sebagai alasan.
Alice tidak bodoh. Dia berulang kali meminta Reza untuk mengakhiri hubungan mereka tetapi Reza selalu
menggunakan keluarga sebagai alasan. Ayah Alice, yang tahu segalanya, bahkan mendukung Alice untuk
tetap bersamanya. Alice tidak tahu harus berbuat apa lagi. Sekarang, dia hanya akan menunggu ke mana
takdir membawa dirinya.
Alice menatap laut yang begitu tenang malam ini. Hanya sekali atau dua kali ombak menghantam karang. Sebuah kedamaian, laut selalu memberikan kedamaian bagi Alice, itulah mengapa gadis itu sangat menyukai laut, dia menyukai pantai. Rasa sakit di kepala dan hatinya langsung hilang ketika dia ada di sini. Senyuman kecil muncul di bibir gadis itu.
***
Seekor mermaid mengintip seorang gadis dari balik batu besar. Ini pertama kalinya dia melihat gadis itu
dari dekat, biasanya dia hanya akan melihatnya dari kejauhan. Archer, itulah nama putra mermaid itu,
sudah lama tertarik pada gadis di depannya, meskipun dia tidak mengenalnya, dia bahkan tidak tahu
namanya, tetapi gadis itu berhasil membuatnya jatuh, jatuh cinta. Matanya yang selalu terlihat kosong,
senyum di bibirnya, dan dua kaki ramping yang selalu ia peluk erat. Segala sesuatu tentangnya membuat
Archer jatuh cinta.
"Aku tahu kau pasti ada di sini."
Archer terkejut ketika mendengar suara seseorang di belakangnya. Takut ketahuan oleh gadis itu, dia lalu
meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya, meminta Kai, temannya, sesama mermaid untuk diam. Kai
menatap Archer datar.
"Apa kau tidak memiliki hal lain untuk dilakukan? Dengar, jika wanita itu menemukanmu, hidupmu sebagai
mermaid akan berakhir. Kau akan berakhir di museum dan ditonton oleh manusia seumur hidupmu.
Manusia bukan makhluk yang baik!"
Archer yang awalnya menatap gadis itu menoleh ke arah Kai, memutar matanya malas. Ini mungkin yang
ke-132 kalinya Kai mengatakan hal yang sama. Setiap hari Kai selalu melarangnya untuk berhubungan
dengan dunia manusia.
"Urus urusanmu sendiri Kai. Jangan pikirkan aku. Aku tahu apa yang harus dan tidak harus kulakukan."
Kai menghela nafas. Tepat ketika dia akan berbicara lagi, gadis yang diintip Archer tiba-tiba mendekati
mereka. Kai yang menyadarinya menarik Archer untuk menyelam.
***
Alice mengerutkan kening ketika dia mendengar bisikan dari balik batu besar yang berjarak beberapa langkah dari batu tempat dia duduk. Awalnya Alice mengabaikan bisikan itu, berpikir bahwa dia baru saja salah dengar, tetapi ketika bisikan itu semakin keras, dia langsung merinding. Menelan ludah gugup, Alice kemudian mengambil langkah untuk mendekati batu besar itu dan melihat apa yang ada di baliknya.
Alice memejamkan matanya, mungkinkah itu hantu? Tapi apa iya ada hantu di pantai? Alice berpikir itu
tidak mungkin. Tapi hantu bisa ada dimana-mana, kan? Alice menyalakan senter ponselnya dan kemudian dengan cepat mengarahkan senternya ke belakang batu.
Alice mengerutkan kening dalam kebingungan ketika dia melihat tidak ada apa-apa di sana. Hanya percikan
air yang muncul. Mungkinkah itu ikan? Entahlah, Alice memilih untuk mengabaikannya. Tepat ketika
gadis itu hendak melangkah kembali ke kursinya, ponselnya tiba-tiba berdering. Nama Maria, sahabatnya muncul di sana.
"Halo," kata Alice, membuka percakapan.
"Alice kau di mana?" tanya Maria. Dia khawatir ketika dia membaca pesan Alice tentang Reza. Alice
tertawa pelan, Maria adalah satu-satunya alasannya bertahan dengan kehidupannya saat ini. Dia berbagi banyak hal dengan sahabatnya itu.
Bab 1 Menahan Penat
02/07/2022
Bab 2 Hal Tak Terduga
02/07/2022
Bab 3 Serius, Kau Mermaid Man
02/07/2022
Bab 4 Dunia Asing
02/07/2022
Bab 5 Blue Sea
02/07/2022
Bab 6 Beradaptasi
02/07/2022
Bab 7 Mermaid Tampan
03/07/2022
Bab 8 Papa Angkat
03/07/2022
Bab 9 Penghianatan Tiada Akhir
03/07/2022
Bab 10 Terluka Terlalu
03/07/2022
Bab 11 Rahasia Tersembunyi
05/07/2022
Bab 12 Buang Ancamanmu
06/07/2022
Bab 13 Ternyata Ini Cinta
07/07/2022
Bab 14 Pernikahan Yang Tak Diinginkan
08/07/2022
Bab 15 Batalkan Pernikahan
09/07/2022
Bab 16 Jadilah Pendampingku
10/07/2022
Bab 17 Amarah Reza
11/07/2022
Bab 18 Jebakan Untuk Alice
12/07/2022
Bab 19 Sang Penyelamat Alice
13/07/2022
Bab 20 Rencana Awal
14/07/2022
Bab 21 Rintangan Pertama
15/07/2022
Bab 22 Tahap Kedua
16/07/2022
Bab 23 Penculikan Delia
17/07/2022
Bab 24 Trik Licik Reza
18/07/2022
Bab 25 Persiapan Pernikahan Kembali
19/07/2022
Bab 26 Penculikan Alice
20/07/2022
Bab 27 Meloloskan Diri
20/07/2022
Bab 28 Nyaman Jika Bersamamu
20/07/2022
Bab 29 Hari Terindah
20/07/2022
Bab 30 Perjalan Yang Bermakna
20/07/2022
Bab 31 Hampir Saja
21/07/2022
Bab 32 Pura-Pura Memberikan Restu
21/07/2022
Bab 33 Hari Yang melelahkan
21/07/2022
Bab 34 Archer Sang Mermaid Man
22/07/2022
Bab 35 Kembali Kelautan
22/07/2022
Bab 36 Cinta Dua Dunia
22/07/2022
Bab 37 Rasa Kerinduan
22/07/2022
Bab 38 Menanti Hal Yang Tidak Pasti
22/07/2022
Bab 39 Mulai Terbiasa
23/07/2022
Bab 40 Putus Asa
23/07/2022