Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Menikahi Suami Orang

Menikahi Suami Orang

ZeroTED

5.0
Komentar
106
Penayangan
10
Bab

Esmeralda, gadis yatim piatu sekaligus seorang pelayan tiba-tiba dipaksa sang majikan untuk menikahi putra sulungnya bernama Armando Valentino Steve. Esmeralda berpikir bahwa hidupnya akan serupa dongeng dengan akhir yang bahagia karena telah memiliki suami yang tampan sekaligus kaya raya. Namun sayangnya kenyataan berbanding terbalik. Armando selalu bersikap dingin dan tidak pernah menganggapnya penting. Hati Esmeralda merasa terluka. Meski ia berusaha menjadi istri berbakti, tetapi tetap saja Armando mencampakkannya. Sampai pada akhirnya, Esmeralda mengetahui kalau dirinya ternyata telah menikahi lelaki yang sudah menjadi suami orang. Lantas apa yang akan terjadi pada kehidupan Esmeralda selanjutnya? Akankah ia mempertahankan pernikahannya dengan Armando, atau malah memilih mundur menerima nasib?

Bab 1 Pria Berandal

"Berengsek! Dasar perawan sialan! Jangan melawan kalau kau tidak mau mati!" Suara seorang pria terdengar berapi-api, tengah menggagahi seorang gadis cantik yang terbaring lemah di bawahnya. Tangan kekarnya itu mengunci tangan mulus sang gadis sehingga gadis tersebut tak bisa melawan.

"J-jangan ... kumohon ...." Suara gadis itu terdengar lirih. Peluh keringat bercampur air mata luruh bersamaan membasahi pipi lembutnya. Bola matanya yang berwarna biru itu tampak sayu. Namun, walau keadaannya berantakan, rupa elok nan menawan tak bisa enyah begitu saja dari wajahnya. Parasnya benar-benar serupa bidadari surga. Karena itulah, saat ini seorang pria berhidung belang dengan paksa menginginkan dirinya.

"Sudah jangan melawan. Ini pasti enak. Aku jamin kau bakalan ketagihan. Haha!" Kembali pria berandal itu bersuara sembari memamerkan seringai yang buas. Seakan tak sabar mencicip bibir merekah merona bagai kelopak lotus yang tercipta indah di wajah gadis itu.

"Bibirmu ini sangat seksi, sayang sekali kalau tidak ada yang mencicipinya. Mubazir!" Pria itu kembali tersenyum sengir.

Cih!

Gadis itu meludahi wajah sang pria, tetapi sang pria malah tersenyum sinis. Mengusap ludah tersebut dari pipinya kemudian menjilatnya tanpa rasa jijik.

"Umm ... rasanya lezat, bagaimana kalau kau memberiku lebih?"

Dengan sigap pria itu mendekatkan wajahnya pada sang gadis. Bibirnya yang gelap itu menyambar bibir merona sang gadis dengan paksa.

"Emm ... mmm ...." Gadis itu tak bisa bersuara dengan leluasa dan terus mencoba mengelak. Namun pria di atasnya semakin buas melahapnya seakan bagai singa yang kelaparan.

"Aarghh!" Pria itu menghentikan aksi gilanya. Lidahnya terasa sakit saat si gadis menggigitnya secara tiba-tiba.

"Berengsek!" Ia menampar pipi gadis itu dengan keras.

"Aau ... hiks ... hiks...!" Isak tangis terdengar pilu dari mulut sang gadis.

"Berani sekali kau menggigitku!" Jemari lelaki itu mencengkram rahang sang gadis dan menahannya dengan sangat kuat. "Tinggal diam dan menikmati saja apa susahnya, sih?! Sepertinya kau tidak bisa diperlakukan baik-baik. Lihat apa yang akan aku lakukan sekarang!"

Dengan kasar, pria itu mulai melulusi kancing kemejanya sendiri yang sudah berantakan. Menariknya dan membuangnya begitu saja sehingga kulit sawo matang dengan perut rata tersebut terekspos.

"Lihat, apa kau tergoda denganku? Hah?" Seringai tajam kembali terukir dari sudut bibir pria itu.

Gadis itu semakin ketakutan. Tak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan oleh lelaki bajingan itu lagi. Namun yang jelas, malam itu hidupnya akan hancur jika ia tetap diam dan tak melawan. Dan ruangan gelap yang sudah tak terawat itu akan menjadi saksi kehancurannya.

"Kenapa? Apa kau sudah tidak sabar? Ha?" Pria itu tertawa sadis. Terdengar pula bunyi resleting yang terbuka dari celananya.

"Jangan ... tolong jangan lakukan itu padaku!" pinta gadis itu mengiba.

Bagai angin yang berlalu, permohonannya itu tak dianggap sama sekali.

Sang pria kini mulai kurang ajar, hendak menyobek pakaian yang dikenakan gadis di bawahnya. Tetapi dengan sigap gadis itu menggigit tangan si pria.

"Arghh!" Kembali pria itu naik pitam.

Sang gadis melirik sebuah batu yang tergeletak tak jauh dari tempatnya terbaring. Tangannya mencoba meraih. Begitu mendapatkannya, ia langsung memukulkan batu tersebut tepat ke arah bagian pelipis pria tersebut.

"Aarghh! Sakit!" Pria itu mengerang. Darah mengucur dari dahinya.

Selagi lelaki itu fokus pada kepalanya yang bocor, gadis itu memanfaatkan momen tersebut untuk bangkit. Lantas kabur dari sana.

"Hei ... jangan lari!"

Gadis itu terus menggerakkan kakinya. Napasnya memburu. Hingga tiba di pintu gudang tua tersebut, ia melihat dua lelaki lain yang sedang berbincang-bincang. Ia tahu betul, kalau dua lelaki itu merupakan anak buah si pria yang telah mencoba menodainya tadi.

Si gadis melirik sebuah balok kayu. Mengambilnya secara diam-diam. Kemudian bergerak ke arah mereka dengan perlahan, dan dari belakang, ia langsung melayangkan balok kayu tersebut ke arah kepala mereka masing-masing sehingga kedua pria itu terjatuh.

Mereka saling memegangi kepalanya yang pening sembari menatap gadis itu.

"Kurang ajar! Berani sekali kau memukul kami!" Suaranya naik pitam. Mencoba bangkit tetapi rasa pening di kepalanya belum juga reda.

Gadis itu memberanikan diri. Kembali memukulinya lagi.

"Aargh ... hentikan! Sakit!"

Salah satunya sudah pingsan. Namun satunya masih bertahan. Mencoba menangkap gadis itu, tetapi tenaganya tak cukup mampu.

"Aku bukan perempuan lemah!" Gadis itu menendang perut pria itu hingga pria tersebut kembali terjungkal. Lantas memukul kembali kepalanya hingga menambah rasa pening yang tiada tara.

Detik berikutnya, kedua mata pria itu mulai menutup.

"Bodoh!" Tiba-tiba suara pria yang mencoba menodainya tadi kembali terdengar.

Gadis itu menoleh ke belakang. Melihat pria itu yang berjalan ke arahnya dengan memegangi dahinya yang berdarah. Wajahnya terlihat berapi-api, dengan tatapan setajam pisau.

"Mau lari kemana kau kembang desa! Kau tidak akan bisa menghindar dariku!"

Tubuh gadis itu gemetar hebat. Kakinya melangkah mundur. Namun pria di depannya juga terus berjalan mendekat.

"Cepat letakkan tongkat itu atau akibatnya akan fatal!" perintah lelaki itu ganas.

Gadis itu meneguk ludah. Mencoba mengumpulkan keberaniannya yang tersisa. Bergerak maju dengan percaya diri.

"Aku tidak takut padamu!" Suara gadis itu terdengar lantang, tetapi sedikit gemetar.

"Oh, kau rupanya tidak takut, ya! Baiklah, ayo mendekatlah padaku, ayo! Aku tahu, gadis sebatang kara sepertimu tidak akan melawan. Kemarilah, dan turuti saja permintaanku!"

Suara napas terdengar memburu dalam diri gadis itu. Menggambarkan ketakutan, juga emosi.

"Gadis Meksiko! Kau pikir dirimu itu seorang geng mafia yang bisa lolos begitu saja dariku? Tidak akan kubiarkan kau lolos, Bodoh!" Pria mengusap pucuk hidungnya. "Ayo kemari! Kalau kau mau menurut, aku janji akan bersikap lembut padamu. Kalau perlu, kau juga akan kunikahi. Haha!"

"Memalukan! Tidak ada yang mau menikah dengan seorang bajingan sepertimu! Lihatlah dirimu itu, bahkan lebih buruk dari seekor bintang!" caci gadis itu dengan percaya diri.

"Sialan! Apa kau bilang?!" Pria itu mencoba mendekat. "Kemari dan jangan banyak melawan, atau akibatnya akan sangat bur-" Belum juga ucapannya tersebut terselesaikan, pria itu sudah menjerit kesakitan saat sang gadis melayangkan pukulannya.

"Aargh!"

Suara pukulan kembali terdengar dengan nyaring.

Gadis itu telah melayangkan balok kayu yang dipeganginya ke arah kepala pria itu dengan sangat keras. Berkali-kali sehingga sang pria benar-benar merasa pusing yang begitu hebat. Semakin menambah rasa sakit dan luka di kepalanya.

"Argh!" Pria itu ambruk ke tanah.

"Jangan meremehkan dan bertindak semena-mena terhadap perempuan! Kami tidak selemah itu, kau dengar? Camkan itu, Manusia Bajingan!" ujar gadis itu dengan penuh ketegasan. Lantas ia membalikkan tubuh dan gegas berlari dari sana.

Pria itu mencoba mengejar tetapi tenaganya tak kuasa untuk bangkit. Dengan kemarahan ia berteriak ke arah gadis tersebut.

"ESMERALDA!!!"

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku