Esmeralda adalah wanita berumur di atas tiga puluh tahun istri dari pengusaha kaya raya, memiliki banyak harta, pernikahan mereka telah menghasilkan seorang putri. Kecantikan Esmeralda tetap terjaga di usianya yang hampir berkepala empat, wajahnya tetap mulus tanpa kerutan bagai wanita muda di usia dua puluhan. Memiliki segalanya namun mata Esmeralda kini menatap wajah tampan pemuda di depannya dengan tatapan penuh ketertarikan. Pemuda : " mau pesan apa nona ? " Esmeralda tersenyum dan menaruh buku menu, "Siapa namamu ?" " Aku ingin memesan mu ... "
Suara denting sendok dan garbu seolah menari saling bersentuhan dengan piring dan makanan lezat yang menggugah selera hanya dari baunya yang sedap.
Red Wine di gelas-gelas bening dipakai untuk saling bersulang membunyikan suara denting namun lebih menarik dari bunyi denting sebelumnya.
Suasana sebuah restoran mewah di pusat kota memiliki kesan romantis yang mewah . Iringan musik piano yang merdu menawarkan nada-nada yang saling padu membentuk irama yang indah memanjakan telinga para tamu.
Meja-meja tampak penuh dengan berbagai makanan lezat, para tamu menikmati makan malam sambil asik mengobrol dan tertawa. Para pelayan pramusaji tampak sibuk melayani pelanggan.
Ada yang menanyai menu pesanan dari meja yang baru di duduki tamu, ada yang menjelaskan menu khusus hari ini, ada juga pramusaji yang sibuk membawa nampan-nampan berisi makanan yang di pesan.
Di meja nomor 18 terlihat pasangan pria dan wanita paruh baya sedang memesan makanan dari menu, mereka dilayani oleh pelayan pramusaji pria berambut cokelat gelap. Pramusaji itu mengenakan seragam kemeja putih dan bawahan celana hitam ditambah kerah kupu-kupu hitam.
Wajah pramusaji pria itu memiliki fitur wajah yang tampan yang lembut, namun juga memiliki jejak ketegasan dari alisnya yang tebal, hidungnya mancung dengan bibir tipis dan kulit berwarna putih bersih agak kecoklatan.
" Mohon tunggu sebentar tuan dan nyonya, pesanan anda akan segera disiapkan." Ucap pramusaji dengan suara yang ramah dan juga senyuman ringan.
Pramusaji itu kemudian membungkuk dan pergi setelah mendapat detail pesanan.
Wanita paruh baya di meja tersebut menarik kedua sudut bibirnya tersenyum lembut dan melanjutkan perbincanganya lagi dengan pasangannya.
Wanita paruh baya : " Pelayan itu sangat tampan dan ramah ."
Pria paruh baya memberikan wajah tidak suka, " itu biasa saja, hanya karena dia sedang melayani di sini jadi harus bersikap ramah. Aku yakin pemuda tampan seperti itu akan memiliki banyak kekasih dan suka mempermainkan hati wanita. "
" Hey, kenapa ucapanmu sengit begitu? Jangan cemburu, aku hanya memuji dia ramah. Kau tetap priaku yang terbaik dan paling ramah sayang." Ucap wanita paruh baya menenangkan pasangannya yang mudah cemburu.
Di tempat lain pramusaji pria tadi sudah sampai di loby dapur, dia memberikan kertas catatan berisi pesanan dari meja 18 tadi pada koki yang bertugas menerima dan membagi pesanan agar segera di kerjakan para koki di dapur.
Di loby dapur tersebut aroma masakan tercium lebih pekat dan tercampur menjadi satu membuat hidung kembang kempis karena menciumnya.
" Kevin, kau melayani meja 18 ya. Adakah wanita cantik di meja itu?" Tanya pria pramusaji lain di loby dapur. Dia ada di sana lebih dulu dari Kevin menunggu pesanan di meja yang dia layani untuk di masak.
Kevin ikut berdiri sambil bersandar pada tembok di samping rekan kerja yang menyapanya itu.
"Kau ini tidak ada bosan-bosannya menanyakan gadis cantik John, apa kau tidak takut didengar kekasihmu Lesley?"
" Dia tidak akan tahu, kau juga jangan berani-berani membocorkan hal itu padanya Kevin. Saat pria memiliki kekasih memangnya tidak boleh apa untuk mencuci mata melihat kecantikan lain? Jika terpaku pada satu kecantikan saja pasti akan cepat bosan. "
" Jadi, kau melihat kecantikan lain agar tidak bosan pada kekasihmu begitu?" Tanya Kevin menyimpulkan .
John menganggukkan kepala cepat, " Yap, bisa berarti begitu."
Kevin menggelengkan kepala, " Hmmn, kalau begitu aku tidak yakin kau itu cinta atau tidak dengan kekasihmu yang sekarang. "
John membuka mulut ingin membalas namun tidak jadi karena melihat pramusaji wanita datang mendekati mereka.
" John, mau ada tamu di meja 11. Kau yang layani yah." Ucap Mary sambil menunjuk arah meja 11 .
John menyipitkan mata menatap Mary tidak puas.
" Mary, maaf yah aku sedang menunggu masakan matang untuk meja lain. Sebentar lagi akan siap, jadi kenapa kau tidak layani sendiri tamu meja 11? "
Mary mendatarkan bibirnya dan memutar bola matanya,
" Haaah, ada dua gadis cantik di sana. Kau bilang jika aku melihat tamu gadis cantik berikan saja padamu. Apa kau lupa?"
Wajah John seketika berubah cerah sangat antusias, " Oh benarkah, bilang dari awal kalau begitu. Tukar meja 7 untukku yah." Ucapnya lalu merapikan dasi pita hitam di lehernya juga menyisir rapi rambutnya yang berwarna pirang dengan sisir kecil dari saku celana kemudian bergegas ke meja 11 .
Mary mengangguk dan tersenyum menggelengkan kepala melihat tingkat rekan kerjanya John.
" Ha ha ha, lihatlah dia bahkan membawa sisir setiap waktu di sakunya." Ucap Mary tertawa.
Kevin juga tertawa kecil , " Mary, Mary. Kau mau saja melakukan itu ." Tanya Kevin yang merasa tindakan rekan kerjanya tidak baik karena membantu John memiliki kemungkinan untuk berselingkuh.
" ha ha, Kevin kau jangan terlalu kaku. Itu pertukaran yang tidak merugikan. Kau tahu, seperti saat ini, aku tidak perlu menanyai atau mencatat menu pesanan dan hanya tinggal menunggu lalu mengantar pesanan yang sudah jadi. Itu menghemat tenagaku ." Jawab Mary yang merasa untung.
" Yah, yah, yah kau cukup pintar ." Puji Kevin.
Kemudian terdengar bunyi ' Ting Ting ' bel berbunyi dari arah belakang.
" Meja 11 siap." Teriak koki dari sana.
Mary tersenyum bangga, " tentu saja aku memang pintar sejak lahir. Oke, aku mengantar makanan dulu yah." Ucapnya seraya mengambil nampan berisi makanan yang dipesan meja 11 bekas layanan John yang Mary tukar barusan.
Kevin akhirnya ditinggal Mary dan John di loby dapur meski begitu, dia tidak sendirian di sana karena banyak pramusaji dan koki yang sibuk bolak-balik mengurusi pesanan.
Kevin Mikeline adalah seorang mahasiswa semester 6 jurusan Administrasi di universitas HOLLAND yang merupakan universitas ternama di kota itu. Kevin bukan dari keluarga yang mampu untuk membiayai dirinya menempuh pendidikan tinggi di universitas tersebut, namun karena beasiswa Kevin bisa belajar di sana.
Sayangnya beasiswa itu hanya membiayai uang sekolah dan memberi sedikit uang untuk biaya hidup, jadi Kevin membutuhkan pekerjaan paruh waktu untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Jadi sambil kuliah di pagi dan siang hari, malamnya Kevin bekerja paruh waktu di restoran mewah di pusat kota, yang mana lumayan dekat dengan tempat tinggal kecil sewaannya.
Rekan kerjanya kebanyakan juga masih mahasiswa seperti dirinya salah satunya Mary yang berbincang sebentar dengannya dan John di loby dapur.
Mary kuliah di universitas yang sama sama dengannya namun berbeda jurusan, wanita itu mengambil jurusan Kimia sedangkan Kevin jurusan Administrasi.
John berbeda, dia sudah lulus kuliah selama satu tahun, namun belum mendapat panggilan kerja di perusahaan-perusahaan yang dia lamar . Jadi kini dia bekerja paruh waktu di restoran ini daripada menganggur menunggu panggilan kerja yang tidak kunjung datang.
' Ting ting' bunyi bel terdengar lagi,
" Meja 18 siap." Teriak koki setelah menaruh makanan di meja pengantaran.