Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Cinta tanpa koma
5.0
Komentar
1.1K
Penayangan
46
Bab

Sebuah kisah perjalan pencarian cinta sejati seorang anak muda bernama Rudi. Rudi sadar Rindu adalah sebuah cinta pertama dan terakhir baginya. Walau pada akhirnya Rindu direbut oleh Jaka sahabatnya sendiri. Tetapi Rudi dengan penuh sabar dan ikhlas menerima kenyataan. Walau puluhan cinta datang kembali pada Rudi. Tetap saja Rudi tak bisa melupakan kisah cinta masa kecilnya dengan Rindu. Bagaimanakah kisah akhir perjalanan cinta Rudi dan Rindu? Ikuti kisah mereka. Dalam serial cerita Cinta tanpa koma.

Bab 1 Akad Nikah Rindu dan Rudi

Rindu kembali menatap tubuhnya di depan kaca sambil tersenyum-senyum kecil sesekali nampak ia memutar-mutar tubuhnya dan berlenggok ke kanan-ke kiri. Betapa bahagia rasa dalam hatinya sebuah hari yang sangat iya tunggu dan di idam-idamkan akhirnya datang jua.

Dengan gaun indah berwarna putih bermotif batik bergaya sarimpit yang iya kenakan nampak sangat cocok melekat ayu di tubuhnya. Tak lupa sanggul terpasang di atas mahkota rambut panjangnya yang biasa tergerai kini tertata rapi bak permaisuri sebuah kerajaan.

"Hem, anak Ibu jadi begitu cantik ya hari ini. Bahagianya yang mau menikah," kata sang ibu menggoda Rindu.

Rindu terus menatap cermin sambil meneliti tubuhnya dari ujung kaki hingga ujung rambut, barangkali ada kekurangan agar bisa langsung ia benahi. Hari ini adalah hari spesial sekali seumur hidup bagi Rindu, iya tak mau ada kesalahan sekecil apa pun. Iya ingin tampil begitu cantik dan perfek di depan calon suaminya Rudi.

"Sudah-sudah, wes ayu (Sudah cantik), ayo Ndok (Sebutan untuk anak cewek dari ibunya dalam bahasa Jawa dari kata Genduk) orang-orang di luar sudah menunggu. Para tamu undangan Halimatul Arsy sudah pada hadir, penghulu pun sudah datang. Jangan biarkan Mas Rudimu menunggu terlalu lama," kata Sang Ibu menuntunnya keluar kamar menuju tempat akad yang terletak di ruang tamu rumahnya.

Disana ter gelar rapi tikar rajutan pandan dengan berbagai macam hidangan di atasnya. Di samping hidangan duduklah beberapa tamu undangan.

Di tengah ruangan terdapat meja kecil tempat surat-surat pernikahan dan buku nikah yang masih kosong diletakkan.

Pak Naip dan Pak Penghulu telah hadir duduk di satu sisinya. Sedangkan sisi yang lain duduklah seorang lelaki gagah nan rupawan bernama Rudi Antoko calon suami Rindu yang sangat terpukau melihat kecantikan alami calon istrinya. Saat Rindu keluar dari kamarnya seraya memakai gaun pengantin serba putih bergaya khas suku Jawa dengan sanggul di kepala.

Rindu berjalan perlahan menghampiri Rudi lalu duduk bersimpuh di sampingnya. Membuat mata Rudi begitu takjub dan tak kunjung berkedip melihat Rindu. Seakan Rindu adalah Bidadari turun dari kahyangan mampir ke bumi untuk iya cintai.

"Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh," ucap Pak Penghulu mulai membuka acara.

"Waalaikumsalam Warahmatullahi wabarakatuh," jawab para saksi dan undangan yang hadir

"Baik mari kita mulai acara akad nikah ini," kata Pak penghulu seraya mengulurkan tangan pada Rudi. Rudi pun menyambut jabat tangan Pak Penghulu dengan rasa mantap dan tekad bulat.

"Bismillahirahmanirahim, Saya nikahkan dan kawinkan Rudi Antoko Bin Kasturi dengan Rindu Antika Binti Ahmadi dengan seperangkat alat Shalat dan uang sebesar sepuluh ribu dibayar tunai," kata Pak Penghulu mendeklarasikan akad nikah Rudi dan Rindu.

"Saya terima nikah dan kawinya Rindu Antika Binti Ahmadi dengan seperangkat alat Shalat dan uang sebesar sepuluh ribu dibayar tunai," jawab Rudi menerima ikrar sumpah setia sehidup semati bersama.

"Sah...," teriak Pak Penghulu pada seluruh saksi dan para undangan yang hadir.

Sah, Sah, Sah,

"Alhamdulillah," teriak para undangan mengakhiri acara ijab kabul. Menandai awal baru bagi Rudi dan Rindu yang telah sah sebagai pasangan suami istri. Untuk berbagi suka dan duka bersama berbagi keluh-kesah bersama dalam mengarungi ombak samudra hidup di atas biduk perahu yang bernama rumah tangga.

Karena Indonesia masih tengah berada dalam masa pandemi jadi acara hanya diadakan sehari untuk akad sekalian syukuran tumpengan dalam bahasa Jawa. Itu pun tamu undangan dibatasi. Hanya tetangga sekitar rumah Rindu dan beberapa saudara saja dari pihak pengantin pria dan pihak pengantin wanita dengan melaksanakan protokol kesehatan yang ketat.

Nampak tamu yang hadir masih bercakap-cakap ditemani Rudi dan Pak Ahmadi ayah mertuanya, suasana begitu riuh kadang diselingi canda tawa di dalamnya. Tiada lupa hidangan serta bergelas-gelas kopi terhidang di hadapan para tamu undangan.

"Alhamdulillah acara berjalan lancar ya Pak Ahmadi. Cuaca pun sepertinya bersahabat terang-benderang Pak," ucap Pak RT sambil menikmati jajanan yang tersedia di sebuah piring kecil yang terletak di hadapannya.

"Ia Pak RT, Alhamdulillah Gusti Allah memberi rahmatnya sehingga acara berlangsung lancar tanpa kendala sesuatu yang berarti lagi pula ini berkat doa bapak-bapak semua," sahut Pak Ahmad juga tengah menikmati hidangan yang telah iya suguhkan untuk para tamu.

"Nak Rudi sekarang kerja dimanah?" tanya Pak RT pada Rudi yang sedari tadi hanya diam menyimak percakapan Pak RT dan Sang Mertua Pak Ahmadi.

"Saya sekarang sedang menggarap sawah Pak RT," jawab Rudi dengan penuh santun.

"Oh iya di desa Nak Rudi sedang tanam apa, sawahnya milik sendiri apa milik orang tua atau Nak Rudi menyewa?" tanya Pak RT sangat antusias dengan memberondong beberapa pertanyaan.

Iya selalu berapi-api jikalau ada anak muda yang mau bekerja sebagai petani meneruskan pekerjaan para orang tuanya terdahulu.

"Pak RT ini loh kalau bertanya suka diborong semua mbok ya satu-satu," kata Pak Ahmadi.

"Hahaha, habis saya sangat senang kalau ada pemuda yang mau bekerja di sawah melestarikan tradisi kita dahulu," ujar Pak RT.

"Sawah yang saya kerjakan milik saya sendiri kok Pak RT. Alhamdulillah tahun lalu ada rezeki untuk saya belikan sawah ya tidak luas Pak tapi saya bersyukur," kata Rudi tersenyum santun pada Pak RT.

"Bohong itu Pak sawah Nak Rudi sangat luas dua hektar," celetuk salah satu undangan yang hadir yang kebetulan pernah ikut membantu menjadi kuli disawah Rudi.

"Wah, wah, wah, ini, ini, berarti sampean (Anda) sangat beruntung Pak Ahmadi. Mendapatkan menantu yang sangat sopan dan santun serta rendah hati seperti Nak Rudi," kata Pak RT.

"Ah bukan saya yang beruntung Pak RT tapi Rindu yang beruntung mendapatkan suami seperti Nak Rudi sudah ganteng, sopan, rendah hati, sarjana pula," kata Pak Ahmadi memuji menantunya.

"Ah tidak Pak justru saya yang sangat beruntung mendapatkan istri Rindu.

Yang sangat ayu dan sangat patuh pada orang tuanya," kata Rudi kembali merendah dengan sopannya.

"Bisa saja kamu Nak Rudi," kata Pak RT sambil tertawa memukul pundak Rudi dengan niat bercanda.

"Aduh...," Rudi sontak berteriak kesakitan.

"Eh sakit ya maaf, maaf, masak juragan tidak tahan sakit, hahaha...," kata Pak RT menggoda Rudi.

Di dalam kamar Rindu tengah berganti pakaian di temani adik perempuannya Sekar yang tengah mematung memandangi kakaknya dengan tak henti-hentinya memuji kecantikan Rindu.

"Memang cantik," celetuk Sekar.

"Apa sih Dek?" sahut Rindu.

"Hehehe..., Duh senangnya Nyonya Rudi," ujar Sekar menggoda Rindu.

"Adek! kok julid ya sekarang," kata Rindu dengan gaya tolak pinggang melihat ke arah Sekar.

"Sebentar-sebentar kak," Sekar memutar-mutar tubuh Rindu.

"Memang Cantik kakakku ini pantas Mas Rudi termehek-mehek," kata Sekar terus menggoda Rindu.

"Adik....!" teriak Rensi dengan wajah cemberut karena terus di goda oleh Sekar.

"Kenapa, Ada apa Rindu?" kata Ibu Wulan yang baru masuk dari dapur.

"Ini Bu, Sekar menggoda aku terus," kata Rindu mengadu pada Ibu Wulan.

""Sekar!" kata ibu melirik pada Sekar pertanda bahwa Sekar harus menghentikan jailnya pada Rindu.

"Ia Ibu," jawab Sekar terdiam menyun.

"Sekar dengarkan Ibu Nak, Kakakmu sekarang sudah memiliki suami. Jadi kebiasaanmu yang sering merecoki Kakak kamu, yaitu sering keluar masuk kamar Kakakmu harus dihentikan sekarang. Sudah ada Mas Rudi kan takutnya nanti Masmu itu risi atau tidak enak hati," ujar Bu Wulan.

"Ah tidak Asyik ah Mas Rudi!" ujar Sekar seraya pergi mengeloyor begitu saja.

"Loh Dek, Sekar," panggil Rindu namun tidak di gubris oleh Sekar tetap pergi keluar kamar.

"Sudah-sudah, Adikmu satu itu memang begitu nanti biar Ibu yang menasihati. Sekar hanya belum dapat menerima kalau Kakak kesayangannya yang cantik satu ini di ambil Mas Rudi," kata Ibu Wulan menenangkan Rindu yang khawatir dengan Sekar yang tengah mengambek.

"Sekarang kalau Rindu sudah selesai berganti baju keluar ya Ndok temani suamimu menemui para tamu," ujar Ibu Wulan.

"Inggeh Ibu..," kata Rindu mulai melepas gaun pernikahannya untuk berganti memakai busana muslim yang telah di belikan Rudi sebagai hadiah pengantin pria terhadap pengantin wanita tadi pagi.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Bagus Effendik

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Cinta tanpa koma
1

Bab 1 Akad Nikah Rindu dan Rudi

16/01/2022

2

Bab 2 Secara syariat

16/01/2022

3

Bab 3 Enam tahun lalu

16/01/2022

4

Bab 4 Mas Rudi pelindungku

16/01/2022

5

Bab 5 Idaman Rindu

16/01/2022

6

Bab 6 Demi Kebahagiaan kamu

16/01/2022

7

Bab 7 Diantar pulang Jaka

16/01/2022

8

Bab 8 Salah Saangka

16/01/2022

9

Bab 9 Jaka Menikung

16/01/2022

10

Bab 10 Tangisan Rindu

16/01/2022

11

Bab 11 Rudi pergi

17/01/2022

12

Bab 12 Simpang tiga perpisahan

17/01/2022

13

Bab 13 Kebo bingung

17/01/2022

14

Bab 14 Mbak Moza Mustafa

18/01/2022

15

Bab 15 Stasiun Jogja Kota

18/01/2022

16

Bab 16 Semalam di kereta

18/01/2022

17

Bab 17 Baru saja tiba

18/01/2022

18

Bab 18 Sari

19/01/2022

19

Bab 19 Suster Fatimah

19/01/2022

20

Bab 20 Pernikahan Rindu dan Jaka

19/01/2022

21

Bab 21 Bertepuk sebelah tangan

19/01/2022

22

Bab 22 Sobekan foto Rindu

19/01/2022

23

Bab 23 Malam awal dan rasa sakit

19/01/2022

24

Bab 24 Pulang Ke Kota Serang

20/01/2022

25

Bab 25 Keluarga Suster Fatimah

20/01/2022

26

Bab 26 Rumah Pak Sumadi

20/01/2022

27

Bab 27 Jebakan Batman

21/01/2022

28

Bab 28 Rencana gila Pak Santoso

21/01/2022

29

Bab 29 Pertanyaan klasik, kapan menikah

21/01/2022

30

Bab 30 Romantisme Kakek dan Nenek

21/01/2022

31

Bab 31 Diskusi kaidah cinta

21/01/2022

32

Bab 32 Rani pingsan kembali

22/01/2022

33

Bab 33 Rindu disakiti lagi dan lagi

22/01/2022

34

Bab 34 Nenek menolak Fatimah dijodohkan

22/01/2022

35

Bab 35 Sari marah

22/01/2022

36

Bab 36 Sari salah paham

23/01/2022

37

Bab 37 Haji Jaka dan Ustad Khotib

23/01/2022

38

Bab 38 Rencana Pak Santoso hampir terbongkar

23/01/2022

39

Bab 39 Dwi Vs Rudi

23/01/2022

40

Bab 40 Rindu bunuh diri

23/01/2022