Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
47
Penayangan
11
Bab

Tak selamanya cinta pertama itu membawa kebahagiaan dan juga kebaikan untuk sang pemilik hati. Ada kalanya yang muncul malah sebuah penolakan, rasa sakit dan juga ... keinginan balas dendam. Berawal dari perkenalan singkat Julia dengan Jacob di akun Instagram miliknya, siapa sangka hal itu kelak akan menimbulkan malapetaka besar dalam hidupnya yang semula damai dan terlihat baik-baik saja. Dialah sosok yang secara tak langsung akan mengungkap segala teka-teki dalam kehidupan Julia, hingga membuat semua misteri yang saling terhubung itu pun perlahan muncul ke permukaan. Akibat rasa cinta yang berlebihan terhadap sang kekasih, membuat Julia tak bisa lepas dari pesona pemuda itu meskipun telah disakiti berulang kali. Dimulai dari pemaksaan yang menyakitkan, pengkhianatan yang menjemukan dan luka yang menganga telah tertancap begitu dalam di hatinya. Hanya kekerasanlah yang gadis itu dapatkan selama berada di dalam hubungan cinta dengan seorang Jacob Leckner. Namun, mengapa Julia sama sekali tak bisa membenci kekasihnya itu walau sudah mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan? Apakah Julia sudah menumpulkan mata hatinya, ataukah justru sebaliknya? Satu-satunya cara untuk memastikan suatu kisah adalah dengan cara menonton dan menyaksikannya sampai habis. Dan kini, dimulailah sudah kisah penuh pembelajaran kehidupan anak-anak manusia beserta lingkungan di sekitarnya. Tak bisa berhenti; dari cinta maupun rasa kecewa.

Bab 1 Prolog

Di tengah gelapnya ruang rahasia yang menjorok ke bawah, tersembunyi di bawah rumah besar dan berdampingan dengan tanah. Sebuah basement, atau orang-orang sering menyebutnya dengan-ruang bawah tanah. Di sanalah, gadis malang itu terkurung. Sendirian, berteman sepi.

Ruangan dengan pencahayaan sekadarnya itu seolah menggambarkan apa yang tengah gadis itu rasakan. Dirinya terikat di sebuah ranjang, tanpa sehelai benang pun yang melekat di badan. Tubuhnya berbalut peluh. Dadanya kembang-kempis, naik turun tak beraturan. Sorot matanya kosong, hanya ada genangan air yang terlihat.

"Kau paham kesalahanmu?" Suara berat seseorang menyapa. Dengan gerakan patah-patah, Julia menolehkan kepalanya, menatap kedatangan seorang pria dengan ekspresinya yang datar. Sorot mata pria itu ... menyeramkan. Aura dingin begitu terasa sejak kehadirannya. Seperti menusuk-nusuk setiap rongga tubuh Julia.

Bibir pucat itu terbuka perlahan. "Apa yang ... akan ... kau lakukan padaku?" tanyanya susah payah. Sorot matanya terlihat menunjukkan ketidakberdayaan, setelah terpaksa menangis semalaman penuh.

Sosok itu mendekat, naik ke atas tubuhnya dan mencengkeram kuat rahang sang gadis. Julia merasakan getar ketakutan itu begitu terasa di dasar hatinya.

"Apa yang sudah kulakukan, katamu?" Cengkeraman di wajah sang gadis Peterson mengencang. Julia bahkan bisa merasakan kuku-kuku jari si pria yang menekan permukaan kulitnya dengan kuat. Rasanya menyakitkan.

"Harusnya aku yang bertanya sesuatu padamu." Tangan besar itu mengusap pipi Julia dengan lembut, dengan tatapan yang menyiratkan kebencian yang begitu besar. "Kau harusnya melakukan pembersihan dosa. Kalian pembunuh."

"Ka-kami tak salah a-apa-apa ...."

PLAK!

"Ah!" Sebuah tamparan mendarat di pipi halus Julia. Suaranya begitu kencang, sampai memecah kesunyian di ruangan dengan cahaya yang temaram itu.

Sebulir cairan bening menetes begitu saja dari telaga bening sang gadis.

"Tak melakukan apa-apa katamu?" Nada suaranya langsung naik.

"TAHUKAH KAU, APA YANG SUDAH KAKAKMU LAKUKAN TERHADAP KELUARGAKU, SIALAN?!"

Dengan cepat, sosok tersebut menjangkau leher Julia, mencengkeram kuat leher sang gadis hingga gadis itu tak bisa berkutik sama sekali. Julia terbatuk-batuk, wajahnya memerah, paru-parunya kekurangan napas, lehernya terasa sakit saat pria itu mencekiknya brutal.

"KAU J*LANG! KALIAN SEMUA SIALAN!"

Julia menangis. Dia akan mati saat itu juga ... pasti. Tapi dia tak tahu ... bahwa semuanya akan terjadi secepat ini.

Tiba-tiba cekikan di lehernya melonggar, tangan besar itu mulai menjauh. Julia yang lemas hati maupun pikirannya tak bisa memberikan respons apa-apa saat pria itu melepaskan ikat pinggang di celananya.

Dan saat itu juga, jeritan penuh nelangsa terdengar, tetapi tertutupi begitu saja di ruang bawah tanah yang kedap suara.

Julia merasa hancur, detik itu juga, saat kekasihnya-Jacob, memaksanya dengan kasar. Meremukkan segala yang ada pada dirinya. Menghancurkan setiap impian yang telah dia buat selama ini.

Jacob menggagahinya bagaikan orang yang kesetanan, menyesap seluruh permukaan kulitnya dan meninggalkan jejak ungu kemerahan yang tampak mengerikan.

Memaksa masuk ke dalam dirinya yang masih sempit, dengan milik pria itu yang besar.

Jerit tangis terdengar memekakkan telinga. Julia menangis, mengiba-iba memohon ampunan. Sebuah tamparan kencang ia terima, pipinya memerah begitu saja.

"Kau merasa hina, benar, kan?" tanya Jacob seraya melepas ikatan yang melilit kedua tangan Julia. Lalu dia membalikkan tubuh sang gadis, dan memaksa gadis itu bersimpuh dengan bagian belakang terangkat ke arahnya. Dengan rambut terjambak, Julia kembali menjerit saat Jacob memaksakan kejantanannya masuk dari posisi belakang.

Dirinya hancur, tak lebih dari wanita yang kehilangan harga dirinya di ranjang, akibat sebuah penodaan cinta dari lelaki yang sangat ia cintai sepenuh hati.

"Kau harus tahu ...." Jacob mengentakkan miliknya sekali lagi, Julia menjerit, dirinya remuk sekali lagi, seluruh tubuhnya merasa sakit yang tak terperi. Terutama di bagian kewanitaannya.

Jacob kembali melanjutkan kata-katanya, "Bahwa semua yang akan kau dapatkan nanti ... semua bermula dari satu orang terdekatmu."

"Kau tahu siapa itu?" tanya Jacob lagi.

Julia dapat merasakan sesuatu mengalir di kewanitaannya, terasa begitu perih dan menyiksa. Meski bukan yang pertama kalinya, ia ragu jika miliknya tidak lecet karena perbuatan pria itu.

Jacob menarik rambut Julia kembali, memaksa gadis itu menengadahkan wajah ke arahnya. Lalu menatap tajam sang gadis Peterson. "Pelakunya adalah kakakmu," desisnya. "Kakakmu ... Louis Peterson lah penyebab semua kegilaan ini!"

Jacob meradang. "Keluargamu adalah penyebab semua penderitaan di keluargaku! Kehidupan kami hancur! Dan apa yang kau dapatkan hari ini, adalah buah atas perbuatan masa lalu mereka."

"AH! HENTIKAN!"

Jacob semakin mendorong dirinya masuk. Julia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Dirinya remuk, begitu pula dengan hatinya. Seluruh kesadarannya perlahan-lahan teralihkan. Julia memejamkan kedua matanya, dan lemas di ranjang berseprei putih.

Cairan merah kental mengalir dan menodai kasur itu, keluar dari kewanitaan sang gadis yang merasakan kebrutalan dari ruda paksa sepihak yang dilakukan sang kekasih.

Jacob hanya memandang diam dengan sorot mata yang kosong. Itu bukan dirinya. Sama sekali bukan dirinya yang Julia kenal selama ini. Julia begitu terluka, benarkah dia adalah Jacob yang ia cintai selama ini?

Julia tak bisa menerima kenyataan yang menimpanya kini. Semuanya seperti ada dan tiada.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku