He's Danger
oncengan motor seseorang dan rasanya sangat mendebarkan. "Terima kasih banyak untuk hari
yang bersemu merah, gadis itu terlihat menggemaskan, ia tertawa. "Sama-sama," ucapny
ru, "Ah, AWAS! Helmmu hampir jatuh!" Julia buru-buru menangkap pelindung kepala Jacob tersebut sebelum menyentuh
ang menundukkan kepalanya terpekik pelan, saat ujung d
sangkut di sana. Benar-benar merepotkan saja. Lain kali, Julia tak mau lagi memak
akan coba melepa
h puncak kepalanya dengan lembut. Detak jantung sang gadis terpompa begitu
," ucap Jacob sekali lagi, takut jika Julia merasa tak
nti saat kedua matanya menyaksikan helaian cokelat
nya membuat rambut sang gadis langsung jatuh da
arena rambutnya terlihat berantakan di depan laki-laki yang ia sukai. Padahal di
nurunkannya perlahan. Iris mata keduanya yang sama-sama berwarna cokelat gelap phn bertem
ia secara perlahan. Tatapan keduanya masih terhubung dan tak terputus sedari tadi. Lelaki itu lalu te
g secara terus-menerus di dalam otaknya. Lelaki itu mengatakan bahwa J
an ia baru menyadari jika Jacob memakai anting magnet
rkan pikiran masing-masing. Julia refleks memalingkan wajah, tangan keduanya yang sudah terlepas me
tidak akan pernah membersihkannya,
elihatnya. Rupanya telepon masuk tersebut berasal dari ponsel Jacob. "Dari siapa
ia hendak mengangkatnya, langsung terlonjak kaget saat Julia ber
ng dan menjaga rumah karena ia hendak pergi ke suatu tempat," ja
rarti ... Jacob sangatlah sibuk, pikir sang gadis. "Tak apa, kau pulang saja duluan. Kau
m yang begitu menawan. Kemudian, akhirnya ia menghela napas pelan. "Harusnya
embali menghela napas perlahan. Semoga gadis itu baik-baik saja. "Baikla
sang gadis seraya me
sebelumnya, hatinya bimbang. Mereka berdua akan berpisah, dan ent
git bibir bawahnya, suatu kebiasaan saat i
keputusan yang akan menentukan kisah hidupnya. Pria yang dipanggil namany
dan mengutarakan semuanya, ia tatapi kedua mata Jacob dalam-dalam. Jacob yang
gitu sulit baginya untuk berterus terang. Julia mencoba se
pi Julia tidak ingin menung
n hati pada Jacob. Jujur saja, ia takut ada gadis yang lebih dulu maju dan berterus terang kepada pria itu. Jacob kaget
s itu tak henti-hentinya melantunkan harapan, berharap perasaannya tersampaikan kepada pria idamannya. Tiba-
ak. Jacob tengah memeluknya erat sekarang. "Aku senang mende
ala Julia. Apa dugannya benar? Lelaki
na sudah membiarkanmu mengucap itu lebih dulu dariku. S