๐ด๐๐ ๐ฆ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐ก๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐ก๐ "๐๐๐๐๐๐๐ ๐ "? ๐๐๐ ๐ก๐ ๐ฆ๐๐๐ ๐ก๐๐๐๐๐๐ก๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐โ ๐๐๐๐๐ฆ๐๐๐, ๐๐๐๐ก๐๐๐๐ก ๐ฆ๐๐๐ ๐ก๐๐๐๐๐, ๐๐๐ ๐๐๐๐ข๐๐๐๐๐, ๐๐๐ค๐ ๐๐๐ค๐โ, ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐. ๐ต๐๐๐๐๐๐๐? ๐ต๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐. ๐๐๐๐ โ๐๐๐๐๐๐ก๐๐ฆ๐ ๐๐ก๐ข๐๐โ ๐ฆ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐ข๐๐ ๐๐ข๐ก๐๐. ๐พ๐๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐ข๐๐๐๐๐. ๐๐๐๐, ๐๐ฆ๐๐ก๐๐๐ฆ๐ ๐๐ก๐ข ๐ก๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ข ๐ข๐๐ก๐ข๐๐๐ข. "๐๐ข๐๐โ ๐๐ข๐๐ข๐ ๐๐๐ข ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐ข๐๐๐! ๐ ๐ข๐๐โ ๐๐ข๐๐ข๐!!" ๐๐๐๐ข๐โ ๐ ๐ข๐๐๐ ๐ฆ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐ก๐๐๐๐โ ๐๐ข๐๐๐๐๐ ๐ฆ๐๐๐ ๐๐ข๐๐ . . "๐ด๐๐ข ๐ฆ๐๐๐ ๐ ๐โ๐๐๐ข๐ ๐๐ฆ๐ ๐๐ข๐๐ข๐ ๐๐๐ ๐๐๐!!" "๐พ๐๐ข ๐๐ข๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐!!" . Berharap suatu saat nanti akan ada seorang pangeran yang datang menjemputku seperti dalam kisah Cinderella.. tetapi itu hanya harapan.. entah yang bisa diwujudkan, atu malah hancur.
"Dasar tidak tahu diri kamu! Belum cukup kesengsaraan yang kuberikan supaya kau berhenti?! Anak sialan!!"
Suara yang menggema di ruangan yang luas ini. Kututup pendengaranku dengan kedua tanganku. Aku tak sanggup melihat wajahnya, kemarahannya. Biarlah tubuhku yang merasakannya.
Aku terpental beberapa meter dari tempat dimana awalnya aku duduk dan bersujud. Kakinya yang besar membuatku terpental jauh.
Sakit? Sudah kebal rasanya. Hanya ada sedikit rasa nyeri, nanti juga akan hilang.
"Jangan berani kau keluar!!" Pekik laki-laki bertubuh kekar di ujung pintu, dan kemudian pergi setelah pintunya di kunci dari luar.
Begitulah hari-hari yang kulalui sebagai seorang Princess. Bukankah sudah kukatakan sebelumnya? Memang tak ada yang istimewa. Tak ada yang bisa kalian irikan dariku. Bahkan mungkin kalian akan mengasihani hidupku.
Inilah rumahku. Menara paling tinggi, paling tak terawat dan paling gelap di kerajaan. Namun, untunglah ayah mengizinkan aku untuk memasang beberapa lentera di tangga-tangga sebagai penerangan.
Syukurlah menara itu kini bersih dan tampak hidup. Usahaku tak sia-sia. Jujur saja, membersihkan menara setinggi dan sebesar ini, bukanlah hal yang mudah. Aku bahkan tak tidur ketika itu. Untung saja beberapa prajurit membantuku, ya.. sebelum akhirnya mereka di pecat.
.
Matahari bersinar di ufuk timur. Perlahan, cahanya menenggelamkan kegelapan malam. Burung-burung keluar dari persembunyian mereka dan kembali mengepakkan sayap tangguh mereka membelah awan.
Kadang aku berpikir, andai saja aku bisa menjadi burung. Aku akan keluar dan menyusuri setiap tempat yang ada dibumi ini tanpa terkecuali.
Bahkan jika di izinkan sang kuasa, aku akan terbang ke langit dimana langit itu adalah pintu menuju dunia yang bahagia. Pintu menuju surga.
Meskipun nantinya sayapku tak mampu lagi untuk turun ke bumi yang terlihat begitu kejam. Aku bersyukur, jika memang aku tak lagi bersayap ketika sampai disana. Sayangnya itu tak pernah terwujud karena itu memanglah anganku semata.
Pintu terbuka, lengkingan nyaring terdengar memenuhi indra, membuatku menoleh memastikan siapa yang tiba.
"Lucky?!"
Aku bersorak kegirangan mendapati seekor anjing kesayanganku yang telah dibebaskan. Ya, lucky di kurung karena aku mengajaknya juga saat kabur dari kastil kemarin. Untunglah dia tak diapa-apakan ayahku.
Melihatnya menggigit sebuah gulungan daun pisang, aku langsung mengerti dan menghampirinya.
"Terima kasih, sayangku." Aku mengusap kepalanya dan kemudian membiarkannya tidur di pangkuanku. Pasti melelahkan menaiki seratus tangga hanya untuk memberiku ini.
Kubuka gulungan daun tersebut, dan kudapati sebuah kertas yang digulung dan ikat dengan benang kecil.
Dengan bahagia, kubuka ikatan itu dan berhati-hati supaya tidak sampai putus. Itu adalah surat dari sahabat laki-laki ku. Kami tak pernah bertemu tapi--
Nanti akan kuceritakan bagaimana kisah kami. Maksudku bisa sampai berkirim surat padahal tak saling kenal.
Gracella Angellia Athena...
Sahabatku. Bagaimana perjalananmu kemarin? Setelah mendapat surat darimu dan kau mengatakan akan jalan-jalan di hutan, aku sedikit khawatir dan hendak menyusulmu ke hutan. Kebetulan aku sedang berburu. Dan ternyata kita tak bertemu.
Aku ingin membagi sedikit kisahku denganmu, mengenai kejadian yang ku alami kemarin.
Kau tahu? Gracella.
Aku bertemu dengan seorang gadis yang--akh! Aku tak bisa menggambarkan dirinya. Dirinya yang cantik membuatku tak bisa menggambarkannya dengan kata-kata.
Rambutnya yang dikuncir asal, pakaian sederhananya, kulitnya yang mulus dan sangat putih, seakan tak pernah disengat mentari, membuatku sama sekali tak bisa berpaling dari dirinya.
Sejenak aku berpikir bahwa dia bukanlah manusia. Tetapi, 'Angel' yang tersesat dibumi. Mungkinkah itu? Entahlah. Karena kecantikan dan auranya membuatku tak bisa mengelak kalau dia adalah malaikat.
Aku pikir aku ingin membantunya, tetapi sesaat setelah aku berpaling darinya untuk melihat hewan buruanku, ia menghilang dan tak menyisakan jejak. Sepertinya dia kembali mengepakkan sayapnya ke langit.
Kau tahu? Angellia. Ketika menulis ini, aku membayangkan yang menerima suratku adalah dia. Dan ternyata, 'dia' itu adalah kamu yang tak pernah terlihat di pelupuk mataku. Siapakah dirimu? Gracella Angellia Athena.
Dariku, your friend
Valent William Chystenn.
Hatiku senang mendengarnya. Karena, selama ini temanku itu selalu mengeluh dan mengatakan tak pernah tertarik pada kecantikan seorang wanita yang hanya sementara.
Dia pernah bercerita, bahwa dia selalu disuguhkan dengan pertanyaan 'kapan akan menikah' oleh kedua orang tuanya. Aku senang akhirnya dia kembali membuka hati.
Ngomong-ngomong, gadis itu, apa benar dia malaikat? Rasanya tidak mungkin. Tapi, bisa saja mungkin. Akh.. aku pusing memikirkannya. Menambah beban otakku saja.
Dan, soal perjalananku, ya? Tak ada yang menangkan. Bukankah kalian telah melihat sendiri bagaimana aku ditendang jauh oleh ayahku ketika beliau tahu aku berkeliaran diluar?
Selama dihutan aku hanya jalan-jalan dan melewati taman lavender. Tak ada yang menyenangkan, tapi--
Kuambil secarik kertas dan tinta untuk ekor merak yang akan menjadi alatku untuk merangkai kata di kertas itu.
Valent William Chystenn...
Perjalananku? Aku senang. Bukankah kita memang tak pernah bertemu sebelumnya? Mungkin saat berpas-pasan denganku kita tak saling kenal.
Aku kemarin menyempatkan diri untuk melewati dan memastikan ladang lavender. Ternyata mereka semua sehat-sehat, aku senang.
Dan aku juga turut bahagia padamu. Akhirnya, kau tertarik dengan seorang wanita. Kau harus membuka hatimu, William.
Dan, soal namaku itu. Kenapa kau selalu menuliskan namaku dan berbeda di setiap bait kau memanggilku? Panggil saja Gracella, atau Angellia, atau Athena.
Kemarin, aku juga bertemu dengan seorang pangeran dihutan bersebelahan dengan ladang lavender. Dia sangat gagah dan tampan. Tapi, karena terkejut dengan kehadirannya, aku langsung berlari dan bersembunyi di dalam tanaman lavender itu.
Aku sedikit takut karena tak pernah bertemu dengan orang asing sebelumnya. Tapi, syukurlah dia tak sampai mencariku.
Kenapa kau ingin tahu siapa aku?
Aku...
Aku hanya gadis yang tak terdapat jejak kehidupannya di muka bumi. Gadis yang tak bertempat. Kakinya tak terpijak tanah, tangannya tak tersentuh langit. Aku bukan siapa-siapa, William.
Jangan terlalu ingin tahu asal usulku, aku tak ingin kau pergi setelah mengetahuinya. Anggap saja aku hanya ada dalam bayangan dunia. Bukan nyata, bukan pula rekayasa. Aku ada tidak untuk semua orang.
Dariku, your dark friend.
Gracella Agellia Athena
.
Hari ini lumayan membosankan untukku. Aku benar-benar dikurung dan tak dibiarkan keluar bahkan untuk berjalan-jalan di halaman saja tidak di perbolehkan.
Sudahlah.
Aku terlalu lelah untuk berpikir, untuk mengatur rencana, untuk pergi lagi. Tubuhku terlalu sakit untuk menerima sebuah pukulan, lagi.
Sekarang. Aku hanya ingin tidur dan bermimpi, berharap mimpiku lebih indah dari kenyataan.
Berharap, di mimpiku aku akan di peluk kedua orang tuaku. Ketika aku bersedih, mereka datang untuk menghibur dan kemudian memelukku.
Berharap, akulah anak ayah dan ibu...
Berharap, aku tak perlu lagi terlihat sudah... mati.
Buku lain oleh Nadia Shafiera
Selebihnya