Wasiat Keluarga Valdevar

Wasiat Keluarga Valdevar

Indah Fajarwati

5.0
Komentar
215
Penayangan
31
Bab

Kehendak sang patriark tidak bisa diganggu gugat. Magnus Valdevar, pendiri dinasti bisnis Valdevar Group, meninggalkan wasiat yang mengharuskan ketiga cucunya menikah sesuai urutan kelahiran-dimulai dari sang sulung, lalu si tengah, dan terakhir si bungsu. Namun, Rafael Valdevar, pewaris tertua, tidak pernah peduli pada pernikahan. Hidupnya hanya berkisar pada bisnis, rapat, dan kesepakatan bernilai miliaran. Dengan usia yang hampir menyentuh kepala tiga, pria itu tetap tak menunjukkan ketertarikan pada hubungan romantis, apalagi menikah. Tak ingin terus terjebak dalam status lajang hanya karena Rafael keras kepala, dua adiknya, Caspian Valdevar dan Lucian Valdevar, memutuskan untuk turun tangan. Mereka harus mencari seorang wanita yang cukup kuat untuk menaklukkan hati dingin Rafael. Pilihan mereka jatuh pada Elara Vienne, seorang wanita dengan kepribadian cerah dan berani, yang diyakini Lucian bisa membawa perubahan pada Rafael. Berbeda dari wanita-wanita yang selama ini mendekati pria itu demi kekayaan atau status, Elara justru tidak peduli pada nama besar keluarga Valdevar. Namun, apakah Rafael akan benar-benar luluh pada Elara? Ataukah wanita itu hanya akan menjadi korban dari permainan takdir yang ditetapkan oleh sang patriark? Dan bagaimana dengan Caspian dan Lucian? Siapa yang akan menjadi pasangan mereka dalam pernikahan yang bukan sekadar urusan hati, tetapi juga kepentingan keluarga?

Bab 1 memancarkan cahaya lembut

Ruangan itu dipenuhi ketegangan. Lampu kristal di langit-langit memancarkan cahaya lembut, tetapi suasana tetap terasa berat. Rafael Valdevar duduk di ujung meja panjang, kedua tangannya bertaut di atas meja kayu mahoni. Tatapannya tajam, penuh ketidaksabaran, saat ia menatap pengacara keluarga yang sedang membacakan wasiat sang kakek.

"Sebagaimana tertulis dalam wasiat terakhir Magnus Valdevar," suara pengacara itu terdengar tegas, "seluruh aset keluarga Valdevar, termasuk saham mayoritas dalam Valdevar Group, akan diwariskan kepada ketiga cucunya, dengan syarat utama: mereka harus menikah sesuai urutan kelahiran. Jika syarat ini tidak dipenuhi dalam waktu satu tahun setelah wasiat dibacakan, maka kepemilikan saham akan dialihkan kepada pihak luar."

Sunyi. Tidak ada yang berbicara selama beberapa detik.

Lalu, suara tawa sumbang terdengar dari Caspian Valdevar, anak tengah keluarga. "Jadi, Rafael harus menikah dulu sebelum aku dan Lucian bisa melakukannya?" Ia bersandar ke kursinya dengan ekspresi sinis. "Sungguh, aturan yang konyol."

Lucian Valdevar, si bungsu, menyeringai. "Masalahnya, kalau Rafael tetap keras kepala seperti biasanya, kita berdua harus menunggunya entah sampai kapan."

Tatapan semua orang beralih pada Rafael, tetapi pria itu tetap diam. Wajahnya tetap dingin, tak menunjukkan reaksi apa pun.

"Kalian tahu aku tidak percaya pada pernikahan," kata Rafael akhirnya, suaranya rendah tapi penuh ketegasan. "Aku tidak akan menikah hanya karena wasiat bodoh ini."

Caspian menghela napas. "Bagus. Jadi, kau berniat menyerahkan perusahaan keluarga kita kepada orang asing?"

Rafael menatapnya tajam, tetapi Caspian tidak menghindari pandangan itu. Keduanya memang sering berdebat, tetapi kali ini taruhannya lebih besar dari sebelumnya.

Lucian bersandar ke kursinya dengan santai, tetapi ada kilatan bahaya di matanya. "Mungkin ini saatnya kita turun tangan."

Caspian mengangguk. "Setuju. Kita carikan wanita yang bisa menaklukkan si pria es ini."

Rafael mendengus. "Jangan konyol."

"Terlalu terlambat untuk itu," kata Lucian. "Kami akan menemukan seseorang untukmu, Rafael. Entah kau menyukainya atau tidak."

-

Di sisi lain kota, Elara Vienne tidak tahu bahwa hidupnya akan berubah.

Ia sedang berdiri di belakang bar kecil yang ia kelola bersama sahabatnya, melayani pelanggan dengan senyuman cerah. Dengan gaun sederhana dan rambut panjang terikat asal-asalan, ia tidak terlihat seperti wanita yang akan masuk ke dalam permainan keluarga kaya raya.

Namun, takdir sudah berjalan.

Caspian dan Lucian sudah menemukan target mereka.

Dan Rafael Valdevar?

Ia tidak tahu bahwa kehidupannya yang sempurna dan terkontrol sebentar lagi akan berubah menjadi kekacauan.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Indah Fajarwati

Selebihnya

Buku serupa

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Gavin
5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Gairah Liar Dibalik Jilbab

Gairah Liar Dibalik Jilbab

Gemoy
5.0

Kami berdua beberapa saat terdiam sejanak , lalu kulihat arman membuka lilitan handuk di tubuhnya, dan handuk itu terjatuh kelantai, sehingga kini Arman telanjang bulat di depanku. ''bu sebenarnya arman telah bosan hanya olah raga jari saja, sebelum arman berangkat ke Jakarta meninggalkan ibu, arman ingin mencicipi tubuh ibu'' ucap anakku sambil mendorong tubuhku sehingga aku terjatuh di atas tempat tidur. ''bruuugs'' aku tejatuh di atas tempat tidur. lalu arman langsung menerkam tubuhku , laksana harimau menerkam mangsanya , dan mencium bibirku. aku pun berontak , sekuat tenaga aku berusaha melepaskan pelukan arman. ''arman jangan nak.....ini ibumu sayang'' ucapku tapi arman terus mencium bibirku. jangan di lakukan ini ibu nak...'' ucapku lagi . Aku memekik ketika tangan arman meremas kedua buah payudaraku, aku pun masih Aku merasakan jemarinya menekan selangkanganku, sementara itu tongkatnya arman sudah benar-benar tegak berdiri. ''Kayanya ibu sudah terangsang yaa''? dia menggodaku, berbisik di telinga. Aku menggeleng lemah, ''tidaaak....,Aahkk...., lepaskan ibu nak..., aaahk.....ooughs....., cukup sayang lepaskan ibu ini dosa nak...'' aku memohon tapi tak sungguh-sungguh berusaha menghentikan perbuatan yang di lakukan anakku terhadapku. ''Jangan nak... ibu mohon.... Tapi tak lama kemudian tiba-tiba arman memangut bibirku,meredam suaraku dengan memangut bibir merahku, menghisap dengan perlahan membuatku kaget sekaligus terbawa syahwatku semakin meningkat. Oh Tuhan... dia mencium bibirku, menghisap mulutku begitu lembut, aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya, Suamiku tak pernah melakukannya seenak ini, tapi dia... Aahkk... dia hanya anakku, tapi dia bisa membuatku merasa nyaman seperti ini, dan lagi............ Oohkk...oooohhkkk..... Tubuhku menggeliat! Kenapa dengan diriku ini, ciuman arman terasa begitu menyentuh, penuh perasaan dan sangat bergairah. "Aahkk... aaahhk,," Tangan itu, kumohooon jangan naik lagi, aku sudah tidak tahan lagi, Aahkk... hentikan, cairanku sudah keluar. Lidah arman anakku menari-nari, melakukan gerakan naik turun dan terkadang melingkar. Kemudian kurasakan lidahnya menyeruak masuk kedalam vaginaku, dan menari-nari di sana membuatku semakin tidak tahan. "Aaahkk... Nak....!"

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku