Mawar diacuhkan suaminya semenjak mereka baru saja menikah. Awalnya, Mawar tidak tahu penyebab sang suami mengacuhkan dirinya bahkan ia tidak pernah disentuh oleh suaminya hingga ia tetap virgin meskipun sudah sah menjadi istri Gandi yang seorang pengusaha, sampai akhirnya Mawar tahu semua karena penyakit vitiligo yang dideritanya sang suami bersikap demikian padanya. Gandi merasa ditipu oleh Mawar tapi ia tidak mungkin menceraikan Mawar karena itu akan membahayakan reputasinya. Apa yang terjadi pada Mawar akhirnya? Bagaimana cara Gandi membalas Mawar lantaran merasa ditipu?
"Apa itu? Panu?"
Gandi yang sudah tidak sabar untuk menikmati malam pertamanya dengan Mawar, karena mereka sudah sah menikah terkejut melihat bagian punggung Mawar yang terlihat putih tapi seolah menciptakan wilayah sendiri di permukaan kulit wanita tersebut.
Belum lagi Mawar menanggapi pertanyaan Gandi, pria itu buru-buru menarik paksa gaun pengantin yang dipakai Mawar hingga bagian punggung Mawar terlihat dan lagi-lagi, permukaan punggung Mawar terlihat membentuk wilayah tersekat-sekat, seolah-olah ada penyakit panu dengan bentuk yang besar dan itu membuat Gandi terlihat jijik.
"Apa-apaan ini? Kamu punya panu sebanyak ini makanya kamu menutup tubuh kamu rapat-rapat seolah kamu wanita yang syar'i?"
Lagi, pengusaha berusia 35 tahun itu bicara, dan kali ini ia tidak lagi membuka paksa gaun pengantin yang dipakai Mawar tapi melipat kedua tangannya di dada, sambil mendelik ke arah perempuan yang baru beberapa jam ini resmi menjadi istrinya.
"Aku bisa menjelaskan semuanya, Gandi."
"Tidak perlu memanggil namaku, jawab saja pertanyaan dariku, ada apa dengan tubuh kamu?"
Mawar seolah sulit untuk mengucapkan kata-kata, semua kalimat penjelasan terhenti begitu saja di tenggorokannya, dan itu membuat sekujur tubuhnya gemetar karena apa yang ia khawatirkan sekarang terbukti.
Sekian lama Mawar merasa tidak percaya diri dengan keadaannya, sampai berumur 32 tahun, ia tidak bisa memutuskan untuk menikah sampai akhirnya Gandi melamarnya ketika perkenalan mereka baru terjadi dan pria itu mengatakan padanya bahwa ia jatuh cinta pada Mawar pada pandangan pertama.
Tidak bisa dipungkiri, Mawar juga jatuh cinta pada Gandi saat itu karena menurutnya, Gandi pria yang baik. Apalagi, Gandi yang tahu Mawar tidak mau berpacaran membuat pria itu langsung datang melamar hingga akhirnya mereka menikah dan sekarang sudah sah.
Tetapi, kekhawatiran Mawar terbukti, belum lagi ia menjelaskan kekurangan yang dimilikinya, Gandi sudah bicara macam-macam sampai mengatakan bahwa ia memiliki penyakit panu segala.
"Vitiligo? Yang benar saja! Kenapa kamu tidak pernah bilang? Apa kamu sengaja menjebak aku sampai kamu tidak pernah mengatakan hal ini padaku? Coba buka pakaian kamu, ada di mana lagi panu panu kamu itu! Buka sekarang!"
Dengan kasar, Gandi kembali ingin membuka pakaian Mawar setelah tadi ia menghentikan aksinya tersebut, ini membuat Mawar menghiba agar Gandi tidak melakukan hal itu, tapi Gandi tetap melakukannya hingga akhirnya gaun pengantin yang dipakai Mawar terkoyak dan memperlihatkan tubuh Mawar dengan tampilan yang benar-benar membuat Gandi merasa jijik.
"Jadi, sekujur tubuh kamu memutih tidak normal seperti ini? Wajah kamu yang putih itu ternyata bukan karena kamu berkulit putih, tapi karena penyakit itu? Astaga, menyesal aku menikah dengan kamu, Mawar! Menyesal aku jatuh cinta padamu dan percaya dengan ta'aruf segala tanpa bercinta dulu sebelum menikah! Aku tertipu!!"
Dengan kasar, Gandi menghempaskan Mawar hingga perempuan itu terjatuh di atas tempat tidur penuh dengan kelopak bunga mawar putih yang disukai oleh Mawar hasil usaha Gandi yang ingin membuat malam pertama mereka berlangsung romantis.
Tanpa bisa mencegah Gandi yang keluar dari kamar, Mawar hanya terisak di atas tempat tidur menerima semua perlakuan Gandi sambil mendekap erat gaun pengantin miliknya yang terkoyak karena perbuatan Gandi tadi.
Perempuan itu hanya bisa menangis dan merasa bersalah karena tidak bisa mengatakan hal yang sebenarnya pada Gandi sebelum pria itu melamarnya. Mawar terlalu takut untuk jujur, dan berharap setelah menikah karena mereka saling mencintai, Gandi bisa memaklumi semuanya hingga ia bisa berharap suaminya tidak mempermasalahkan situasi dirinya yang mengidap vitiligo sampai sekujur tubuhnya mulai memutih secara tidak normal.
Namun, berpakaian tertutup bukan maksud Mawar untuk menutupi penyakitnya tersebut. Ia memang ingin hijrah dan memperbaiki diri sampai akhirnya Gandi membuat ia jatuh cinta dan terlalu optimis karena cinta mereka bisa menerima satu sama lainnya.
Sementara itu, Gandi yang kecewa karena merasa ditipu oleh Mawar melampiaskan kekesalannya dengan minum alkohol di sebuah club malam.
Beberapa gelas minuman sudah ia tenggak, tapi kemarahannya masih membara lantaran melihat keadaan istrinya seperti itu disaat ia membayangkan bercinta dengan Mawar sangatlah memabukkan karena ia melihat wajah Mawar yang putih bersih pastilah memiliki tubuh yang putih bersih pula.
Ketika minuman kesekian kembali ingin ditenggaknya, sebuah jemari tangan lentik menahan pergerakan tangan Gandi hingga Gandi berpaling mencari tahu siapa yang melakukan hal itu padanya.
Seorang gadis cantik berpakaian seksi tersenyum pada Gandi, dan Gandi tahu siapa gadis cantik tersebut.
"Melly, kamu di sini? Kenapa?" tanya pria tersebut seolah terkejut temannya itu ada di club malam.
"Aku patah hati, makanya aku ke sini, eh malah ketemu orang yang bikin aku patah hati...."
"Orang yang bikin kamu patah hati? Siapa?"
Dengan bodohnya, Gandi mengedarkan pandangannya mencari orang yang dimaksud oleh Melly, tapi jemari tangan lentik Melly justru meraih rahang Gandi hingga wajah pria itu hanya mengarah padanya.
"Kamu!" katanya dengan sorot mata penuh arti.
"Aku?" tanya Gandi tidak mengerti.
"Ya! Hari ini hari pernikahan kamu, kan? Malam ini malam pertama kamu, jadi aku patah hati, ya, udah ke sini, tapi kenapa kamu ada di sini? Bukannya seharusnya kamu bercinta dengan ninja itu di kamar?"
Perkataan Melly membuat Gandi jadi kesal kembali. Pria itu ingin merampas gelas berisi minuman beralkohol yang dipegang dan dijauhkan oleh Melly darinya, tapi Melly lagi-lagi mencegahnya.
"Udah terlalu banyak minum kamu, udah mabuk, udah jangan minum lagi, nanti gantengnya ilang!" kata gadis tersebut sambil mengajak Gandi beranjak dari tempat mereka duduk agar pria itu tidak berpikir untuk minum kembali seperti yang tadi dilakukannya.
"Aku lagi kesal, Melly! Aku butuh pelampiasan, kamu ngapain ngajak aku keluar, aku masih mau minum!"
Gandi berusaha untuk melepaskan cengkraman tangan Melly agar perempuan itu tidak menyeretnya keluar dari club, sebab ia masih mau minum sampai benar-benar mabuk lantaran terlalu kecewa pada Mawar.
Akan tetapi, Melly juga tidak menggubris keinginan Gandi hingga akhirnya perempuan itu berhasil membawa Gandi ke mobil pria tersebut dan Melly menggeledah saku celana Gandi mencari kunci mobil pria itu sampai akhirnya, wanita tersebut menemukannya.
"Masuk! Kamu enggak mau dilihat wartawan, kan? Seorang CEO baru menikah tapi sudah mabuk-mabukan di club malam!"
Mendengar apa yang diucapkan oleh Melly, perlawanan Gandi terhenti seketika, seolah tahu, apa yang dikatakan oleh Melly itu benar-benar masuk akal.
"Terima kasih."
Gandi mengucapkan terima kasih setelah sudah duduk di dalam mobil dengan Melly yang di belakang stir.
"Cuma terima kasih? Aku sudah patah hati karena kamu, dan aku baru saja menyelamatkan nama baik kamu, masa cuma terima kasih aja?"
"Apa yang kamu mau?" tanya Gandi sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi mobil karena mendadak kepalanya pusing.
Melly tersenyum penuh arti mendengar pertanyaan Gandi.
"Kalau aku maunya kamu, gimana?"