/0/16821/coverorgin.jpg?v=12a7363d56d48ac65197b270d1e45d7e&imageMogr2/format/webp)
Althea selalu percaya bahwa rumah tangganya dengan Lucas adalah anugerah terbesar dalam hidupnya. Selama tiga tahun ini, hampir semua orang yang mengenal mereka sering menyebut pasangan itu sebagai gambaran sempurna dari cinta sejati. Lucas yang selalu terlihat penuh perhatian, romantis, dan tak pernah segan menunjukkan kasih sayangnya di depan banyak orang. Sedangkan Althea, wanita sederhana dengan senyum lembut yang selalu menemaninya.
Sejak awal, Althea benar-benar jatuh cinta pada Lucas. Bukan hanya karena ketampanan pria itu, tetapi juga karena kelembutan dan cara Lucas membuatnya merasa berharga. Setiap pagi, pria itu selalu menyapanya dengan pelukan hangat, setiap malam selalu ada kecupan lembut di keningnya sebelum tidur. Dari luar, rumah tangga mereka seolah tidak pernah kekurangan apa pun.
Namun, kebahagiaan yang terlihat sempurna itu mulai retak ketika Althea menyadari ada hal-hal kecil yang tidak pernah masuk akal.
"Sayang, kamu nggak pernah suka kalung emas, kan?" tanya Lucas suatu sore sambil menyodorkan kotak kecil berisi perhiasan berkilau.
Althea menatap bingung. Sepanjang yang ia tahu, ia memang menyukai perhiasan emas. Sejak kecil, ibunya sering membelikannya cincin atau gelang sederhana dari emas. Baginya, emas adalah sesuatu yang istimewa. Namun, Lucas mengatakannya dengan sangat yakin seolah-olah ia benar-benar tahu bahwa Althea tidak menyukai itu.
"Iya... aku suka kok," jawab Althea pelan sambil tersenyum, meski hatinya bertanya-tanya. "Kenapa kamu pikir aku nggak suka?"
Lucas hanya terkekeh ringan, lalu menutup kotak perhiasan itu dan menggantinya dengan hadiah lain-sebuah jam tangan berlapis perak. "Aku rasa jam ini lebih cocok buat kamu. Elegan, tapi nggak terlalu mencolok."
Althea menerima hadiah itu dengan senyum yang dipaksakan. Dalam hati, ia merasa aneh. Kenapa Lucas begitu yakin kalau ia tidak suka emas? Kenapa hadiah-hadiah yang ia terima belakangan ini justru sering kali bukan sesuatu yang benar-benar ia sukai?
Namun, Althea mencoba menepis rasa curiga itu. Ia berpikir, mungkin Lucas hanya ingin memberikan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang menurutnya lebih cocok. Bagaimanapun juga, Lucas adalah suaminya.
Tapi malam itu, ketika Lucas tertidur lelap, Althea duduk di ruang kerja sambil menatap laptop suaminya yang masih menyala. Ia tidak berniat mengutak-atik, tapi ada notifikasi email yang muncul begitu saja di layar. Sebuah nama yang sudah lama ingin ia lupakan.
Selena.
Dada Althea berdegup kencang. Selena pernah menjadi sahabat dekatnya, seseorang yang dulu ia percaya seperti saudara sendiri. Namun, hubungan mereka hancur sejak sebuah tragedi menimpa keluarga Althea-tragedi yang membuat ibunya kehilangan nyawa. Dan Selena... adalah salah satu penyebabnya.
Althea ragu, tapi jarinya seperti digerakkan oleh naluri. Ia membuka email itu.
Is everything okay with Thea? Aku takut dia mulai curiga. Jangan lupa aku butuh uang untuk bulan ini, Lucas. Kamu janji bakal selalu ada buat aku.
Althea terdiam. Tubuhnya membeku, matanya bergetar membaca baris kalimat itu berulang-ulang. Uang? Janji? Apa maksud semua ini?
Dengan tangan gemetar, ia mulai membuka folder-folder lain di laptop itu. Dan di sanalah semua jawaban yang menghancurkan hatinya ditemukan.
Rekening bank. Transfer rutin ke akun atas nama Selena. Jumlahnya tidak sedikit-bahkan tiga kali lipat lebih besar daripada nafkah yang Lucas berikan padanya setiap bulan.
Althea menutup mulutnya dengan tangan, menahan isak. Dadanya terasa sesak, seakan seluruh dunia runtuh menimpa tubuhnya. Tidak hanya itu, ada catatan-catatan belanja online-tas branded, sepatu, parfum-semua atas nama Selena.
Barang-barang yang selama ini ia terima dari Lucas ternyata hanyalah sisa, barang yang tidak diinginkan oleh wanita itu.
"Ya Tuhan..." bisiknya dengan suara serak. "Selama ini aku cuma penerima bekas?"
Air matanya jatuh deras. Bayangan Lucas yang selama ini ia anggap suami penyayang kini berubah menjadi sosok asing yang penuh kebohongan. Luka itu semakin dalam ketika ia membaca sebuah dokumen lain-surat perjanjian yang dibuat sebelum pernikahan mereka.
Lucas menikahinya bukan karena cinta. Pernikahan itu hanyalah cara untuk menutupi kenyataan, cara agar Selena tetap bisa berada di hidupnya tanpa harus menanggung malu di mata publik.
Dan Althea? Ia hanyalah pion.
Keesokan paginya, Lucas masih bersikap seperti biasa. Ia mencium kening Althea, menyiapkan sarapan, bahkan menggoda dengan senyum yang sama seperti tiga tahun terakhir.
"Jangan lupa makan siang, ya. Aku mungkin pulang agak malam," katanya sambil mengenakan jas.
Althea hanya bisa mengangguk. Senyumnya hambar, tapi Lucas tidak menyadarinya.
Begitu pintu menutup, Althea jatuh terduduk di kursi. Tubuhnya gemetar, pikirannya kacau. Ia ingin marah, ingin berteriak, ingin menuntut jawaban. Tapi sesuatu dalam dirinya menahan.
Tidak. Ia tidak boleh gegabah. Lucas tidak boleh tahu kalau semua rahasianya sudah terbongkar.
Di balik luka itu, muncul sebuah tekad baru dalam hati Althea. Ia tidak akan tinggal diam. Ia tidak akan membiarkan dirinya terus menjadi boneka dalam permainan mereka.
Ia akan pergi. Tapi sebelum itu, ia akan memastikan Lucas dan Selena membayar semua pengkhianatan ini.
Hari-hari berikutnya, Althea memainkan perannya dengan sempurna. Ia tetap tersenyum, tetap melayani Lucas seperti biasa, seolah tidak ada yang berubah. Padahal, setiap malam ia menyusun rencana.
Ia mulai mengumpulkan bukti-foto transfer, catatan belanja, dokumen perjanjian. Ia menyimpannya di flashdisk kecil yang ia sembunyikan rapat-rapat.
Setiap kali melihat wajah Lucas, hatinya terasa perih. Ada bagian dalam dirinya yang masih ingin percaya bahwa semua ini tidak nyata. Tapi kenyataannya terlalu jelas.
Althea tahu, waktunya akan tiba. Ia hanya perlu bersabar, menunggu momen yang tepat untuk membalikkan keadaan.
Namun, satu hal yang tidak pernah ia bayangkan adalah bahwa permainan ini jauh lebih berbahaya dari sekadar cinta segitiga. Karena rahasia Lucas dan Selena bukan hanya tentang perselingkuhan-melainkan sesuatu yang bisa menghancurkan hidupnya sepenuhnya.
Dan Althea... belum tahu betapa besar badai yang akan menantinya.
Pagi itu, sinar matahari menembus tirai kamar dan menyapa wajah Althea yang pucat. Ia duduk di sisi ranjang, memandang sosok Lucas yang masih terlelap dengan napas teratur. Dulu, momen seperti ini selalu membuatnya merasa hangat-seolah ia adalah wanita paling beruntung di dunia. Tapi kini, yang tersisa hanyalah kehampaan.
Setiap hembusan napas pria itu terasa seperti kebohongan. Setiap pelukan yang diberikan hanyalah selimut palsu untuk menutupi pengkhianatan.
Althea bangkit perlahan, menatap cermin di meja rias. Wajahnya tampak lelah, matanya sembab karena tangisan semalam. Ia mengusap pipinya, mencoba menegarkan diri.
"Kamu nggak boleh kelihatan lemah, Thea," bisiknya pada bayangan sendiri. "Kalau Lucas bisa bersandiwara, kamu juga bisa."
Hari-hari berikutnya, Althea bertransformasi menjadi aktris ulung. Di hadapan Lucas, ia tetap menjadi istri penyayang: menyajikan makanan favoritnya, menanyakan kabar pekerjaannya, bahkan tertawa pada lelucon-lelucon ringan yang pria itu lontarkan.
"Sayang, kamu kelihatan makin cantik akhir-akhir ini," ujar Lucas suatu malam sambil merangkul pundaknya.
/0/28380/coverorgin.jpg?v=71ce02a2a21af5ef27699765a9af621e&imageMogr2/format/webp)
/0/20625/coverorgin.jpg?v=80dc8f5bb8543b75828ec4f7da8ee091&imageMogr2/format/webp)
/0/14878/coverorgin.jpg?v=f1789e32a08695f90ced8ab678df5963&imageMogr2/format/webp)
/0/27187/coverorgin.jpg?v=4ae44a4c715b766fdf2bd2a8cf2a70ca&imageMogr2/format/webp)
/0/3379/coverorgin.jpg?v=6bc187d431596e2a88388566fb53191f&imageMogr2/format/webp)
/0/16994/coverorgin.jpg?v=45534e54ad36109b6f207435dbe4052f&imageMogr2/format/webp)
/0/16397/coverorgin.jpg?v=22532312abb581bb0af87ccc4a8b6038&imageMogr2/format/webp)
/0/17218/coverorgin.jpg?v=e8a7f9a5d0f54f7c3b9733663e44fd2d&imageMogr2/format/webp)
/0/2683/coverorgin.jpg?v=f0fb6ab5fe94a3265a6787f6af96ec4e&imageMogr2/format/webp)
/0/6184/coverorgin.jpg?v=194b40e8392dadad7c00bfd92f240f64&imageMogr2/format/webp)
/0/10670/coverorgin.jpg?v=45a4d54bad546b4aa4a30bb95b9e29e5&imageMogr2/format/webp)
/0/13543/coverorgin.jpg?v=8846bdb9db5d18cdda9060516855f9c1&imageMogr2/format/webp)
/0/29163/coverorgin.jpg?v=c354ec2c6aed2db5390990818807a52d&imageMogr2/format/webp)
/0/2472/coverorgin.jpg?v=1f978e01dcc271143061e6e2d194ee3f&imageMogr2/format/webp)
/0/27200/coverorgin.jpg?v=b250a528e180dbffa54c6e5df87dedc1&imageMogr2/format/webp)
/0/27225/coverorgin.jpg?v=afa14fbaade9b3a9d0c65a8433138a3b&imageMogr2/format/webp)
/0/27132/coverorgin.jpg?v=8a62a4074b9bfa878363e400e61cfb66&imageMogr2/format/webp)
/0/15978/coverorgin.jpg?v=3ee8cd1589f0b780ec0bd78cd1672ecf&imageMogr2/format/webp)