Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Derai Kasih Syafana

Derai Kasih Syafana

maulida

5.0
Komentar
301
Penayangan
24
Bab

Kisah cinta Syafana Azzahra tidak berbanding terbalik dengan kecantikan wajahnya. Ia pernah gagal menikah selama 2 kali dalam hidupnya. Kini wanita berusia 33 tahun itu akan menikah lagi dengan laki-laki pilihan sahabatnya bernama Arman Alatas. Saat H-3 sebelum pernikahan mereka dilaksanakan Syafana menemukan sang calon suami sedang bercinta dengan wanita lain didepan matanya. Begitu remuk dan hancur hati Syafana mendapati kenyataan pahit yang menusuk ke dalam relung hatinya. Arman laki-laki yang sangat dicintainya itu telah menggoreskan luka tersayat yang begitu dalam. Dengan berat hati Syafana memberikan kesempatan kedua untuk Arman dan mereka berdua pun akhirnya menikah. Mampukah Syafana menjalani kehidupan nya setelah menikah dengan Arman meski ia telah dikhianati. Apakah Syafana akan hidup bahagia dengan Arman? Ataukah perpisahanlah yang akan mereka alami?

Bab 1 Pukulan Keras

Syafana Azzahra adalah seorang wanita cantik yang bekerja di suatu perusahaan ternama di ibukota Jakarta. Usianya kini sudah memasuki kepala 3. Tepatnya tahun ini ia berusia 33 tahun.

Tentu saja usia yang menurut kebanyakan orang sudah tidak lagi muda untuk membangun sebuah mahligai rumah tangga. Syafana terbilang terlambat dan tidak pintar jika menilik masalah percintaan. Dalam perjalanannya ia sering dibohongi dan diselingkuhi laki-laki.

Syafana pernah gagal 2 kali saat akan menikah. Menjelang pernikahan pertama saat usianya menginjak 30 tahun, tiba-tiba ia berubah pikiran. Karena Syafana sadar menurutnya laki-laki yang akan dinikahi benar-benar tidak mencintainya.

Dia berselingkuh dengan rekan kerjanya dan H-3 sebelum pernikahan. Ia pun membatalkan pernikahan itu. Rasa kecewa bercampur malu pun selalu menyelimuti hari-hari Syafana. Betapa tidak? Ayah tirinya selalu memanggilnya dengan sebutan perawan tua. Panggilan yang sangat melukai hati kecil Syafana.

Beberapa bulan kemudian, Syafana mulai membuka hati kembali dan mencoba menjalin hubungan serius dengan teman masa kecilnya bernama Lukman. Dari dulu Lukman memang menyukainya tetapi baru kali ini ia sadar kalau Lukman lah orang yang selama ini Syafana cari. Hanya berselang 3 bulan menjalin hubungan serius dengan Lukman akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menikah.

Menjelang pernikahan keduanya itu ternyata Syafana baru mengetahui jika calon suaminya itu berstatus suami orang dan memiliki 3 orang anak. Bak tersambar petir di siang bolong sontak mendiang Mama Syafana tidak menyetujui dan batal lah rencana pernikahan kedua Syafana. Kalaupun tetap dilanjutkan akan menambah derita dan kehancuran dalam hidupnya.

Setelah 2 kali gagal menikah ia pun sangat terpukul. Cacian hingga hinaan dari ayah tirinya pun seakan sudah menjadi makanan sehari-hari. Tetapi jika masalah menafkahi dirinya dan Jovi, ayah tirinya terbilang tidak pernah telat memberi mereka uang. Kebutuhan rumah tangga selalu tercukupi karena memang beliau memiliki usaha jual beli mobil yang menguntungkan.

Untunglah kali ini Ia memberanikan diri untuk menikah dengan laki-laki pilihan sahabatnya yang bernama Arman Alatas. Seorang laki-laki muda berusia 28 tahun yang menjabat sebagai asisten CEO di salah satu perusahaan ternama di Jakarta.

Syafana membulatkan tekad untuk mencintai laki-laki yang lebih muda darinya. Bersama Arman Ia merasa laki-laki itu bisa jadi pendamping yang baik untuk masa depannya. Karena menikah adalah satu-satunya jalan agar Ia bisa meninggalkan ayah tirinya yang tempramental itu.

Hati Syafana kini dipenuhi dengan rasa tergesa-gesa. Semoga saja rencana pernikahan ketiga ini tidak meleset lagi. Dalam hati kecilnya Ia tidak mau gagal lagi.

Sang fajar pun datang. Mentari pagi nan elok keluar dari peraduan nya. Jam menunjukkan tepat pukul 06.00 pagi. Gadis cantik yang selalu memakai hijab dan bertubuh tinggi semampai itu masih tertidur dengan pulasnya.

Dari arah pintu depan terdengar suara derap langkah kaki dan suara lantang yang tidak asing lagi di telinganya.

"Syafana! Syafana! Dasar perawan tua, dimana kau?" Ayah tirinya menggerutu dengan suara yang nyaring melengking.

Mendengar perkataan ayahnya yang sedang berteriak memanggilnya. Ia pun lalu terbangun dengan mata yang masih sembab, mencoba membuka perlahan pupil matanya. Mata sipitnya sayu karena memang kurang tidur. Syafana pun lalu mencoba berdiri dari ranjangnya. Sambil mengambil kacamata di atas nakas yang setia menemaninya.

Krek! Suara daun pintu terdengar diiringi derap tubuh kecil Syafana yang keluar dari dalam kamarnya. Ia melihat sang ayah tiri telah berdiri di depan kamarnya dengan mata yang melotot tajam.

"Iya, Ayah. Syafa di sini ada apa?" Syafana menyahut sambil keluar dari kamarnya dan berjalan mendekati sang Ayah tiri.

"Hey dasar kamu perawan tua! Jam segini baru bangun? Mana sarapan untukku? Perutku lapar mau makan!" Ayah tiri membentak berkali-kali. Membuat hati Syafana begitu perih.

"Kenapa terus memanggilku perawan tua sih? Sebentar, aku akan membeli makanan untuk sarapan!" jawab Syafana kesal.

"Anak perempuan itu harusnya bangun pagi dan siapkan makanan! Eh kamu malah enak-enakan tidur! Makanya jodohmu jauh!" Ayah tirinya membentak lagi. Sekali lagi cukup menciptakan luka baru di hati Syafana.

"Ayah, kenapa memarahiku sih? Aku kan banyak pekerjaan, jadi wajarlah aku bangun kesiangan!" ucap Syafana.

Plak! Tanpa diduga Arkan mengambil tongkat kayu. Ia memukul tubuh Syafana. Pukulan keras tersebut tepat mendarat di punggung Syafana saat Ia mencoba menangkis pukulan itu.

"Agh! Sakit Ayah!" Syafana mengerang kesakitan.

Tubuh gadis itu terasa ngilu. Ia merasakan sakit dan perih di bagian belakang pinggangnya. Betapa tidak? Pukulan keras dari arah belakang itu membuat Syafana meringis kesakitan.

"Kenapa kamu menangis?" gertak Arkan.

Arkan Adhiguna adalah seorang laki-laki berusia 58 tahun. Ia merupakan Ayah tiri dari Syafana. Ia memiliki sifat yang tempramental, dan suka sekali memukul Syafana bila gadis itu tidak menurut. Hal yang membuat Syafana ingin pergi jauh meninggalkan dirinya.

"Aku sudah tidak betah hidup denganmu, Ayah! Aku ingin pergi dari sini!" teriak Syafana.

Gadis itu seolah tidak takut dengan mata tajam sang ayah tiri yang terus melotot di depan nya. Lantas, justru Arkan tertawa menggelegar. Membuat Syafana menghentikan tangisannya sejenak.

"Hahaha! Pergilah kemanapun kamu mau! Siapa laki-laki yang mau denganmu? Dasar perawan tua!" Arkan membentak dengan nada tinggi. Mustahil rasanya mendengar Arkan berbicara dengan suara yang lembut.

"Baiklah kalau itu memang mau Ayah. Aku sadar memang aku bukanlah siapa-siapa dirumah ini. Setelah kepergian mama, semua seakan berubah, Ayah dengan seenaknya mengolok-ngolokku bahkan tak sungkan mengayunkan pukulan di tubuhku!" teriak Syafana.

"Pergilah kalau kamu mau! Pergilah sekarang! Angkat kakimu dari sini sekarang juga!" usir Arkan.

Syafana hanya menangis sedih. Pikirannya kalut. Kemana ia akan tinggal? Sementara, sebentar lagi ia akan menikah. Sangat tidak mungkin dia akan angkat kaki sekarang. Mau tidak mau untuk sementara waktu Syafana harus sedikit bersabar. Menunggu sampai pernikahan itu tiba.

"Pergilah! Kalau kamu mau pergi! Dasar perempuan tidak tau diuntung! Kau sama seperti mamamu!" Arkan terus mendesak Syafana untuk segera pergi dari rumah.

Syafana tetap terdiam. Ia mencoba menerima semua perkataan jahat sang ayah. Meski itu menyangkut pautkan mendiang sang mama, Syafana mencoba tegar. Biarlah untuk sekarang ia harus menelan semua perkataan menyedihkan sang ayah tiri.

Melihat ada vas bunga yang berdiri sempurna di atas nakas, Arkan pun mengambil vas bunga itu lalu mengayunkannya ke arah Syafana. Ia mengambil ancang-ancang untuk melemparnya tepat ke arah kepala Syafana tanpa berpikir panjang.

Mendapati sang Ayah tiri akan mengayunkan Vas bunga itu tepat ke arah tubuhnya, Syafana pun reflek langsung bergegas berlari dengan kencangnya.

"Kemari kau Syafana! Jangan lari!" teriak Arkan.

"Ayah! Jangan lakukan itu! Apa Ayah berniat membunuhku? Tolong aku, Ayah! Kumohon jangan lempar vas itu padaku!" Syafana pun tak kalah berteriak. Kini tangisan memilukan itu kian terdengar di telinga.

Sungguh malang nasib Syafana.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku