Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
SEKEPING SURAT UNTUKMU

SEKEPING SURAT UNTUKMU

eryede

5.0
Komentar
Penayangan
5
Bab

Seorang siswi menemukan surat cinta anonim di loker sekolahnya setiap minggu. Saat ia berusaha mencari tahu siapa pengirimnya, ia tidak menyadari bahwa cinta sejati sudah ada di depan matanya.

Bab 1 Surat Pertama

Langit sore mulai memerah saat bel sekolah berbunyi, menandakan berakhirnya jam pelajaran hari itu. Suara riuh para siswa yang bergegas pulang menggema di lorong-lorong sekolah. Aira melangkah pelan menuju lokernya, seperti biasa, tanpa tergesa. Kepalanya masih dipenuhi pelajaran matematika yang membuatnya sedikit pening. Ia membuka pintu loker dengan gerakan lambat, berharap menemukan buku catatannya yang tertinggal. Namun, bukan buku catatan yang menarik perhatiannya kali ini.

Di antara tumpukan buku dan alat tulisnya, ada sebuah amplop kecil berwarna putih. Matanya terpaku pada amplop itu. Tangannya terhenti sejenak, mencoba memahami apa yang baru saja dilihatnya. Amplop itu tampak sederhana, tanpa hiasan atau gambar apa pun, hanya tertulis namanya di bagian depan: *Untuk Aira*. Tulisan tangan itu rapi, nyaris sempurna, seperti seseorang yang benar-benar berhati-hati saat menulisnya.

Rasa penasaran mulai menyusup di benaknya. Siapa yang menulis surat ini? Dengan hati-hati, Aira mengambil amplop tersebut dan membukanya. Isinya adalah secarik kertas dengan tulisan tangan yang sama rapi dan tegasnya.

"Aira, sejak lama aku ingin mengungkapkan perasaanku. Namun, keberanian itu tak pernah benar-benar datang. Mungkin ini caraku untuk lebih dekat denganmu, meski dari kejauhan. Akan ada banyak kesempatan untuk kita, tapi saat ini, biarkan aku bersembunyi dalam huruf-huruf ini. Dengan perasaan tulus,"

Aira membaca surat itu berkali-kali, mencoba mencari petunjuk lebih lanjut tentang siapa pengirimnya. Namun, tidak ada nama, tidak ada tanda-tanda siapa sosok di balik inisial "S" itu. Hanya sebuah pesan singkat, tapi penuh makna, yang meninggalkan seribu tanya di benaknya.

"Siapa ini?" gumamnya pelan, memandangi surat itu dengan kening berkerut.

Ia mengulang lagi kata-kata di surat itu, mencoba mengenali gaya penulisan atau mungkin menemukan petunjuk tersembunyi. Tapi semuanya terasa samar. Satu-satunya hal yang pasti adalah bahwa seseorang di sekolah ini menyimpan perasaan padanya. Entah siapa, entah sejak kapan.

Rasa penasaran mulai menjalar di benak Aira. Tatapannya kosong sejenak, tenggelam dalam spekulasi tentang siapa sosok misterius di balik huruf "S" itu. Ia memutar otak, mencoba mengingat siapa saja yang mungkin dekat dengannya atau menunjukkan tanda-tanda ketertarikan. Tapi semuanya terasa seperti teka-teki yang sulit dipecahkan.

Sebelum sempat lebih jauh tenggelam dalam pikirannya, Rina, sahabatnya, datang menghampiri dengan ceria.

"Aira! Kok masih di sini? Ayo pulang!" seru Rina sambil melempar senyum. Tapi senyumnya memudar saat melihat wajah serius Aira. "Kenapa kamu kayak mikir berat gitu?"

Aira hanya menggeleng pelan, masih memegang surat itu di tangannya. "Aku... nemu sesuatu di loker."

Rina langsung penasaran. "Apa? Surat?" tanyanya sambil mencoba melihat lebih dekat. "Dari siapa? Aduh, siapa yang naksir kamu nih?"

Aira menghela napas dan menyerahkan surat itu kepada Rina. Ia berharap sahabatnya bisa memberikan sedikit pencerahan tentang misteri ini. Rina membaca surat itu dengan cepat, lalu matanya membesar.

"Wow! Ini serius banget!" Rina memandang Aira dengan tatapan penuh rasa penasaran. "Siapa sih 'S' ini? Kamu tahu siapa yang sering kasih perhatian ke kamu?"

Aira menggeleng lagi. "Enggak tahu. Aku benar-benar enggak ada ide. Ini aneh banget."

Rina tersenyum penuh semangat. "Wah, kita harus cari tahu siapa dia! Ini kayak misteri seru. Serius deh, ini pasti ada petunjuk. Kamu nggak curiga sama siapa pun?"

Aira hanya mengangkat bahu. Baginya, ini bukan hanya soal menemukan siapa pengirim surat itu, tapi lebih dari itu-rasa aneh yang muncul dalam dirinya. Ada sesuatu yang berbeda dari surat ini, seolah-olah perasaan pengirimnya begitu tulus, meskipun ia tidak tahu siapa orang di baliknya.

Dan sejak hari itu, surat misterius itu selalu ada di pikiran Aira. Entah mengapa, hatinya terusik. Siapa sebenarnya yang mengirim surat itu? Dan kenapa harus bersembunyi di balik inisial "S"? Satu hal yang pasti, Aira tahu bahwa hidupnya mungkin tidak akan sama lagi setelah ini.

Aira menatap surat itu sekali lagi sebelum memasukkannya ke dalam tas. Perasaan campur aduk mulai menguasai pikirannya. Satu sisi, dia penasaran, tetapi di sisi lain, ada sesuatu yang membuatnya sedikit gugup. Siapa pun pengirim surat ini, mereka pasti tahu cukup banyak tentangnya. Tapi mengapa harus anonim? Kenapa harus menyembunyikan identitasnya?

"Aira, ayo, jangan dipikirin terlalu serius!" Rina menyenggol lengan Aira, mencoba membuat suasana lebih ringan. "Mungkin ini cuma iseng, atau bisa jadi secret admirer beneran. Toh, siapa tahu 'S' ini ganteng!" Rina tertawa kecil, berusaha menghilangkan ketegangan.

Aira tersenyum tipis, tapi pikirannya tetap melayang. Siapa saja yang mengenalnya cukup dekat? Arman? Siswa paling populer di sekolah yang sering menjadi pusat perhatian? Tapi rasanya tidak mungkin, Arman terlalu terbuka untuk melakukan hal seaneh ini. Reno, sahabat cowoknya yang selalu ada di sisinya sejak SMP? Dia tipe yang bisa menyimpan perasaan, tapi Aira ragu. Reno terlalu santai untuk membuat gerakan misterius seperti ini.

Ketika mereka melangkah keluar dari gerbang sekolah, suasana sore semakin menenangkan. Angin sepoi-sepoi berhembus, membawa aroma pepohonan dari taman dekat sekolah. Rina, yang biasanya cerewet, mulai bercerita tentang tugas matematika yang sulit, tapi Aira tidak terlalu mendengarkan. Surat itu terus menghantui pikirannya.

Di perjalanan pulang, Aira memikirkan ulang kata-kata dalam surat itu. Ada sesuatu yang dalam, meskipun singkat, seakan-akan pengirimnya benar-benar mengenalnya. Kalimat, *"Biarkan aku bersembunyi dalam huruf-huruf ini,"* membuat hatinya berdetak lebih cepat. Apakah orang itu begitu pemalu atau terlalu takut untuk mengungkapkan diri?

Sesampainya di rumah, Aira langsung menuju kamarnya. Dia duduk di pinggir tempat tidur, membuka surat itu lagi, dan membacanya dengan lebih teliti. Tak ada petunjuk lain selain inisial "S." Tapi inisial itu terus bermain di benaknya. Siapa yang sering menggunakan huruf depan "S"? Nama-nama mulai terlintas di pikirannya-Stevan, Shinta, atau mungkin Safira, teman sekelasnya yang dikenal sering menulis puisi cinta anonim untuk orang lain sebagai lelucon?

"Ah, nggak mungkin Safira," gumam Aira pada dirinya sendiri. Surat itu terasa terlalu serius dan tulus untuk menjadi sekadar lelucon.

Dengan hati-hati, Aira menyimpan surat itu di laci meja belajarnya. Ia tahu rasa penasaran ini akan terus menghantuinya sampai ia menemukan jawabannya. Tapi, saat itu, dia memutuskan untuk membiarkan misteri itu tetap menggantung untuk sementara. Ada sesuatu yang anehnya membuat Aira ingin terus menerima surat-surat itu-seperti sebuah teka-teki yang ingin ia pecahkan, perlahan-lahan.

Sebelum tidur malam itu, Aira merenung. Apa yang membuat pengirim surat itu tidak bisa mengungkapkan perasaannya secara langsung? Apakah ada hal yang membuat mereka terhalang? Atau mungkin ada perasaan takut akan penolakan? Berbagai spekulasi memenuhi pikirannya, tetapi satu hal yang pasti, rasa penasaran itu semakin membesar, seperti api kecil yang terus ditiup angin.

Di balik semua keraguannya, satu hal mulai terasa jelas: siapa pun si "S" itu, orang tersebut mungkin lebih dekat dari yang dia bayangkan. Dan Aira tahu, ini baru permulaan dari sesuatu yang mungkin mengubah hidupnya.

Bersambung...

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku