SEKEPING SURAT UNTUKMU
s, dan teman-teman-surat tersebut selalu berada di pikirannya, seperti benang merah yang terus menarik perhatiannya. Setiap kali ia berjal
tak terjelaskan, bahwa sesuatu menunggunya di sana. Ketika dia membuka pintu loker, jantungnya berdetak lebih cepat. Di sa
ngin membaca surat itu di tempat yang lebih tenang, jauh dari kebisingan koridor sekolah. Setelah berpisah dengan Rti-hati. Di dalamnya, terlipat rapi selembar kertas berisi tulisan tangan yang sama,
etiap hari, mengagumi caramu tertawa, caramu berbicara, dan bahkan caramu diam saat kamu berpikir. Aku tahu kamu mungkin merasa ini aneh, tapi aku ta
urat ini jauh lebih mendalam daripada yang pertama. Kalimat-kalimatnya terasa pribadi, se
Kadang, aku ingin menghampirimu, tetapi aku terlalu takut. Takut bahwa kamu mungkin tidak akan menerima kehadiranku seperti ini. Tapi satu ha
a, membangkitkan rasa penasaran yang semakin kuat. Siapa yang bisa mengenalnya sedalam ini? Ada nuansa kesedihan dalam surat itu, seolah-ol
ripada yang pertama. Pengirimnya pasti seseorang yang sangat mengenalnya, bukan hanya dari sekadar melihatnya dari kej
mengangkat kemungkinan bahwa mungkin Reno memiliki perasaan lebih. Tapi Aira masih ragu. Mungkinkah Reno yang menulis surat ini
i juga seseorang yang sepertinya menyimpan beban emosi yang besar. Perasaan yang terpendam begitu dalam hingga pengirimnya memilih
kirannya terus melayang pada kata-kata dalam surat itu. Ia tahu bahwa mencari tahu siapa "S" sebenarny
urat itu kepada Rina. Seperti yang bi
eru Rina dengan mata berbinar. "Dia jelas-jelas kenal
apa. Setiap kali aku berpikir mungkin Reno, aku merasa itu nggak mungk
jadi ada seseorang di luar lingkaran kita yang naksir kamu. Tapi, ya, memang an
urat ini mungkin lebih dekat daripada yang aku kir
pasti bakal nemuin dia. Dan aku yakin, surat ber
tak bisa lagi berpura-pura tidak peduli. Setiap kata dalam surat itu telah menggugah perasaannya. Dan sekarang,
l Aira sedalam itu. Aira merasa semakin terjebak dalam teka-teki ini. Di satu sisi, ia merasakan kehangatan dari kata-kata
kecil apa pun. Namun, tidak ada yang benar-benar mencolok. Reno tetap bersikap seperti biasanya, penuh perhatian dan ceria. Arman mas
surat, Aira jadi semakin sadar akan keberadaan sahabatnya itu. Dia mulai memperhatikan hal-hal kecil yang dulu tak ia pikirkan-cara Reno ters
taman sekolah, Aira memberanikan diri unt
g yang suka sama kamu, tapi dia nggak berani bilang langs
eh dengan alis terangkat. "Hmm? Maksud kamu,
rasa jantungnya berdetak
nyi gitu, mungkin dia takut ditolak. Atau mungkin dia pengen l
ari wajah Reno. Tapi sahabatnya itu tetap t
l kayak gitu?" tanya Aira lag
bunyi-sembunyi gitu. Kalau aku suka sama seseorang, aku past
pa? Surat kedua itu begitu pribadi, begitu mengenalnya dengan baik. Tapi jika bu
sambil menatap Aira dengan penasaran. "Kam
k tahu harus menjawab apa.
girim surat itu, dia pasti seseorang yang sangat peduli sama
Kata-kata Reno menghiburnya, tapi tetap saja tidak memberi jawaban pa
nya, kali ini dengan lebih mendalam. Ada kehangatan dalam setiap kalimat, seolah-olah pengirimnya benar-benar pedul
lihatku dengan cara yang sama. Aku takut bahwa meskipun aku mengenalmu, kamu tidak mengenal
pengirimnya adalah seseorang yang merasa terjebak dalam situasi di mana perasaan har
-surat itu lagi. Setiap kali ia berjalan di koridor sekolah, setiap kali ia berbicara dengan teman-
si, ia merasa lega karena tidak ada tambahan teka-teki yang harus ia pecahkan. Tapi di sisi lain, ia juga merasa kecewa
-surat itu telah mengubah banyak hal dalam hidupnya. Dan meskipun ia masih belum tahu
t dalam. Dan sekarang, Aira merasa harus menemukan jawabannya-bukan hanya untuk mem
ambu