SEKEPING SURAT UNTUKMU
elalu muncul di loker setelah sekolah selesai. Namun, kali ini berbeda. Saat istirahat makan siang, tepa
ya Rina yang sudah melangkah
engapa, ada dorongan kuat dalam dirinya untuk memeriksa. "Kamu duluan a
ketiga, kali ini bukan saat pulang sekolah seperti yang sudah-sudah. Dengan jantung berdebar, Aira meraih amplop itu dan dengan cepa
jang dan membuka surat
u di sekolah ini tidak pernah lepas dari pandanganku. Aku tahu kapan kamu tersenyum, kapan kamu merasa cemas, dan bahkan kapan kamu butuh
ah. "S" mengatakan bahwa dia selalu memperhatikan setiap langkahnya di sekolah. Itu berarti "S" adalah seseorang yang sering melihatnya setiap h
ntuk sepenuhnya menikmati obrolan bersama Rina. Ada sesuatu yang berbeda kali ini, sesuatu yang membuat Aira merasa lebih terlibat dalam misteri ini. Tidak hanya karena surat itu
gan Aira. "Kamu kenapa? Kelihatan nggak fokus dari
u sejenak, lalu menarik na
pengakuan Aira. "Apa?! Surat
acanya, ekspresi wajahnya berubah serius. "Ini... makin aneh, Air. Dia kayak tahu semua tentan
sedikit... takut. Aku nggak pernah nyadar kala
erbisik, "Kamu mulai curiga siapa?
tidak ada sesuatu yang benar-benar membuatnya yakin. Bisa jadi memang Arman, tapi a
berbeda-seolah-olah ada sepasang mata yang selalu mengawasinya. Dia mulai memerhatikan teman-temannya d
rat tersebut pasti memiliki akses ke lokernya dan tahu aktivitasnya dengan sangat baik. Itu membuat lingkaran tersangka semakin menyempit-mu
tau memasuki kelas, dia merasa ada sepasang mata yang mengawasinya dari jauh. Sensasi ini membuatnya sem
jak keluar kelas, dia melihat Arman berdiri di dekat pintu, seolah menunggu seseorang. Mata mere
ya dengan pelan. "Arman,
n ngajak kamu ngobrol sebentar. Kit
Arman benar-benar ada hubungannya dengan surat-surat itu? Ia me
senyuman yang sulit diarti
rang lain yang masih bersembunyi di balik bayang-bayang? Aira tidak tahu pasti, tetapi satu hal yang jelas-kej
melangkah keluar dari kelas dan menuju ke halaman belakang sekolah, tempat yang biasanya sepi saa
a berhenti di bawah sebuah pohon besar yang
"Ada sesuatu yang pengen aku omongin sama kamu. Tapi, aku tahu kamu pasti ada banyak pertanyaan. Jadi, aku cuma mau b
ebih cepat. "Apa maksudnya? Apa k
tu. Aku cuma mau kasih tahu kalau kamu nggak sendirian. Aku nggak bisa bila
u nggak bilang langsung? Kenap
mong langsung. Aku juga nggak mau bikin kamu merasa tertekan atau tersi
selalu memperhatikannya. Arman, dengan segala kebaikannya, mungkin bisa jadi "
ahnya dengan tatapan serius. "Aira, aku bukan p
berdegup kenc
karang. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa kamu harus berhat
kebingungan. "Kenapa? Ken
t dari yang kamu bayangkan. Orang ini ingin membuat kamu merasa nyaman dul
kekecewaan. "Tapi aku berhak tahu siapa dia
emberitahumu untuk berhati-hati. Jangan sampai kamu terjebak dalam permainan
n rasa bingung dan keputusasaan.
u. Kalau kamu merasa ada yang salah, cari tahu lebih banyak. Tapi jan
tnya, meskipun masih banyak pertanyaan ya
tuk mencari tahu. Aku akan ada d
epenuhnya memuaskan, tetapi setidaknya dia merasa sedikit lebih siap menghadapi misteri surat-surat itu. Arman tampaknya
gat pertemuan dengan Arman dan apa yang dikatakannya. Dengan semua petunjuk yan
cemas setiap kali membuka lokernya, berharap surat berikutnya akan memberikan jawaban yang lebih jelas. N
k membiarkan rasa takut menghalanginya. Namun, dia juga menyadari bahwa perasaan ini t
an penuh kewaspadaan, menunggu petunjuk berikutnya, dan berhara
ambu