Matahari terbenam di ufuk barat, menyapa langit senja dengan warna jingga kemerahan. Lampu-lampu kota mulai berkedip, menyapa malam yang akan datang. Di tengah hiruk pikuk kota, sebuah pesta pernikahan sedang berlangsung meriah. Clara, dengan gaun putihnya yang berkilauan, berdiri di altar, tangannya digenggam erat oleh Ardi, pria yang akan menjadi suaminya. Senyum merekah di wajah keduanya, menandakan kebahagiaan yang terpancar dari hati mereka.
Matahari terbenam di ufuk barat, menyapa langit senja dengan warna jingga kemerahan. Lampu-lampu kota mulai berkedip, menyapa malam yang akan datang. Di tengah hiruk pikuk kota, sebuah pesta pernikahan sedang berlangsung meriah. Clara, dengan gaun putihnya yang berkilauan, berdiri di altar, tangannya digenggam erat oleh Ardi, pria yang akan menjadi suaminya. Senyum merekah di wajah keduanya, menandakan kebahagiaan yang terpancar dari hati mereka.
"Saya bersedia," ucap Clara, suaranya bergetar sedikit, namun tetap teguh.
"Saya bersedia," jawab Ardi, matanya berkaca-kaca.
Sorak sorai dan tepuk tangan memenuhi ruangan. Para tamu bersorak gembira, menyaksikan momen sakral yang menandai awal perjalanan hidup baru bagi kedua insan yang tengah dimabuk cinta.
Suasana pesta pernikahan begitu hangat dan penuh keceriaan. Lagu-lagu cinta mengalun merdu, menyapa telinga para tamu yang larut dalam kebahagiaan. Clara dan Ardi menari bersama, tubuh mereka berayun mengikuti irama musik. Kebahagiaan terpancar dari wajah mereka, seolah-olah dunia hanya milik mereka berdua.
Namun, di balik senyuman manis yang menghiasi wajah Clara, tersembunyi sebuah ketegangan halus yang hanya dapat dirasakan oleh dirinya sendiri. Ada rasa takut yang menggerogoti hatinya, meskipun ia berusaha keras untuk menyembunyikannya. Clara merasa ada sesuatu yang tidak beres, sesuatu yang mengancam untuk menghancurkan kebahagiaan yang baru saja diraihnya.
"Clara, kau baik-baik saja?" tanya Ardi, memeluk pinggang Clara erat.
Clara tersenyum, berusaha meyakinkan Ardi bahwa ia baik-baik saja. "Tentu, aku baik-baik saja. Hanya sedikit lelah saja."
Ardi mencium kening Clara, "Istirahatlah sebentar, sayang. Nanti malam kita akan berdansa lagi."
Clara mengangguk, matanya menatap kosong ke arah para tamu yang masih asyik berpesta. Ia merasa terasing, seperti berada di dunia yang berbeda.
Malam semakin larut, pesta pernikahan pun berakhir. Clara dan Ardi meninggalkan pesta dengan perasaan campur aduk. Kebahagiaan bercampur dengan rasa takut yang tak kunjung hilang.
Di tengah perjalanan menuju rumah baru mereka, Clara merasakan tangan Ardi menggenggam tangannya dengan erat. "Aku mencintaimu, Clara," bisik Ardi.
Clara tersenyum, "Aku juga mencintaimu, Ardi."
Namun, di dalam hatinya, Clara masih dihantui oleh rasa takut yang tak terjelaskan. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Ardi, sesuatu yang mengancam untuk menghancurkan kebahagiaan mereka.
Mereka tiba di rumah baru mereka, sebuah rumah sederhana namun nyaman. Ardi membuka pintu, menyambut Clara dengan senyuman hangat. "Selamat datang di rumahmu, sayang."
Clara melangkah masuk, matanya terpaku pada interior rumah yang sederhana namun elegan. Ia merasakan sedikit ketenangan, namun rasa takut itu masih membayangi pikirannya.
"Aku akan menyiapkan kamar tidur kita," ucap Ardi. "Kau istirahatlah dulu."
Clara mengangguk, ia berjalan menuju kamar tidur, matanya masih terpaku pada setiap sudut ruangan. Ia merasakan ada sesuatu yang janggal, sesuatu yang tidak seharusnya ada di sana.
Clara menghela napas, berusaha untuk menenangkan diri. Ia harus melupakan rasa takut itu, ia harus menikmati malam pertama pernikahannya dengan Ardi.
Namun, saat ia berbaring di tempat tidur, rasa takut itu kembali muncul. Clara merasakan ada seseorang yang mengawasinya, seseorang yang mengintai di balik bayangan.
"Ardi?" panggil Clara, suaranya gemetar.
Tidak ada jawaban. Hanya keheningan yang menyelimuti ruangan. Clara merasakan jantungnya berdebar kencang, tubuhnya gemetar tak terkendali.
Ia mencoba untuk bangkit, namun tubuhnya terasa lemas. Ia merasakan sesuatu yang dingin menyentuh lehernya, sebuah pisau yang tajam.
"Siapa kau?" tanya Clara, suaranya nyaris tak terdengar.
Sebuah suara dingin menjawab, "Aku orang yang akan membantumu untuk menemukan kebahagiaan sejati."
Clara terdiam, matanya terbelalak ketakutan. Ia tidak tahu siapa orang itu, namun ia tahu bahwa orang itu berbahaya.
"Siapa kau?" tanya Clara lagi, suaranya bergetar.
"Aku adalah orang yang tahu rahasiamu, Clara," jawab suara itu. "Rahasia yang akan menghancurkan hidupmu."
Clara merasakan tubuhnya semakin lemas, pandangannya mulai kabur. Ia merasakan pisau itu menusuk lehernya, darah mengalir deras membasahi bantal tempat tidurnya.
"Selamat tinggal, Clara," bisik suara itu.
Clara terjatuh ke tempat tidur, matanya terpejam, tubuhnya tak berdaya.
Keesokan paginya, Ardi terbangun dan mendapati tempat tidur kosong. Clara sudah tidak ada. Ia panik, mencari Clara ke seluruh penjuru rumah, namun tak menemukannya.
Ardi menghubungi polisi, melaporkan hilangnya istrinya. Polisi pun mulai melakukan penyelidikan, namun tak ada petunjuk yang ditemukan.
Hilangnya Clara menjadi misteri yang mencekam, sebuah misteri yang akan mengantarkan Ardi pada sebuah perjalanan pencarian yang berbahaya.
Ardi terbangun dengan jantung berdebar kencang. Bau wangi bunga melati yang semalam memenuhi kamar, kini tergantikan oleh aroma dingin dan hampa. Clara, istrinya, tak ada di sampingnya.
"Clara?" panggilnya, suaranya bergetar.
Hanya keheningan yang menjawab. Ardi bangkit dari tempat tidur, matanya menelisik setiap sudut kamar. Gaun pengantin Clara masih tergeletak di lantai, terlipat rapi, seolah-olah baru saja dipakai.
"Clara?" panggilnya lagi, kali ini lebih keras.
Ia berlari ke kamar mandi, berharap menemukan Clara di sana. Namun, kamar mandi pun kosong.
"Clara, di mana kau?" teriak Ardi, suaranya bercampur dengan kepanikan.
Ia berlari ke luar kamar, menuju ruang tamu. Di sana, ia menemukan sebuah catatan kecil tergeletak di atas meja. Tangannya gemetar saat mengambil catatan itu, matanya membaca tulisan tangan Clara yang familiar.
"Ardi, aku pergi. Maaf, aku harus pergi. Aku mencintaimu."
Ardi terpaku, matanya terbelalak tak percaya. Clara pergi? Meninggalkannya?
"Kenapa?" gumamnya, suaranya teredam oleh rasa sakit yang mendalam.
Ia mencoba menghubungi Clara, namun teleponnya tak aktif. Ia menghubungi keluarga Clara, namun mereka juga tidak tahu keberadaan Clara.
"Apa yang terjadi?" tanya Ardi, kepalanya terasa berputar.
Ia merasa seperti terjebak dalam mimpi buruk, sebuah mimpi buruk yang tak kunjung berakhir. Clara, wanita yang ia cintai, menghilang tanpa jejak, meninggalkan dirinya dalam kehampaan.
Ardi mencoba mengingat kembali kejadian semalam. Ia ingat bagaimana Clara terlihat tegang dan gugup di pesta pernikahan. Ia ingat bagaimana Clara menatapnya dengan tatapan kosong, seolah-olah ada sesuatu yang disembunyikannya.
"Apa yang terjadi, Clara?" tanya Ardi dalam hati.
Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres, sesuatu yang disembunyikan oleh Clara. Ia harus menemukan Clara, ia harus mengetahui apa yang terjadi padanya.
Ardi menghubungi polisi, melaporkan hilangnya istrinya. Polisi pun tiba di rumahnya, melakukan olah TKP dan menanyainya.
"Apakah ada yang mencurigakan semalam?" tanya seorang polisi, matanya tajam menatap Ardi.
Ardi menggeleng, "Tidak ada. Clara hanya terlihat sedikit lelah."
Polisi itu mengerutkan kening, "Apakah ada masalah dalam hubungan kalian?"
Ardi menggeleng lagi, "Tidak ada. Kami sangat bahagia."
Polisi itu menatapnya dengan curiga, "Apakah kau yakin?"
Ardi merasa tidak nyaman dengan tatapan polisi itu. Ia tahu bahwa polisi itu tidak percaya padanya.
"Aku yakin," jawab Ardi, suaranya terdengar sedikit gemetar.
Polisi itu mengangguk, "Baiklah. Kami akan melakukan penyelidikan lebih lanjut."
Ardi merasa putus asa. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya ingin menemukan Clara, ia hanya ingin mengetahui apa yang terjadi padanya.
"Aku harus menemukannya," gumam Ardi, matanya menatap kosong ke arah depan.
Ia memutuskan untuk mencari Clara sendiri. Ia akan menelusuri jejak Clara, ia akan menemukannya, tak peduli seberapa sulitnya.
Ardi mengambil kunci mobilnya, lalu bergegas keluar rumah. Ia harus menemukan Clara, ia harus mengetahui apa yang terjadi padanya.
Bersambung...
Buku lain oleh EMBUN ABADI
Selebihnya