Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Pria Dingin Itu Suamiku!

Pria Dingin Itu Suamiku!

Fahmi.E

5.0
Komentar
3
Penayangan
2
Bab

Tsania, gadis cantik penuh kepintaran harus terpaksa menikah dengan pria tampan kaya raya yang memiliki sifat arogan dan tidak memiliki rasa kasih sayang ataupun perasaan cinta. Bagaimana ceritanya? Bisa lanjut baca saja ya! Semoga bisa terhibur,

Bab 1 Awal Cerita

"Tsania! Cepat kesini!" teriak seorang pria paruh baya yang saat ini sedang duduk di kursi ruang keluarga.

Dengan satu kaki yang di pangku di atas kaki nya yang satunya lagi, dan terlihat urat di lehernya yang sudah tidak kencang lagi itu mulai menegang saat memanggil nama Tsania, gadis cantik yang sangat pintar itu.

Karena panggilan yang sangat keras, Tsania yang sedang berada di dapur pun segara bergegas pergi ke ruang keluarga ketika namanya di sebut.

Tsania berlari tergopoh-gopoh menghampiri pria paruh baya yang baru saja memanggilnya dan langsung berdiri di hadapannya.

"Ada apa pa? Kenapa memanggil Tsania dengan sangat lantang?" tanya Tsania dengan penasaran.

Erwin wijaya, pria paruh baya yang baru saja memanggil Tsania dengan lantang itu adalah Ayah kandung Tsania, tidak biasanya Erwin meneriaki Tsania walaupun sejauh mana Tsania berada. Erwin akan dengan suka rela datang menghampiri anak semata wayangnya itu jika dia memang ada perlu dengan Tsania.

Tapi entah bagaimana, kali ini Erwin dengan lantang memanggil Tsania padahal posisi dapur dan ruang keluarga tidak terlalu jauh. Bahkan beberapa pembantu di rumah Erwin pun bisa mendengar dengan jelas suara Erwin saat memanggil Tsania tadi.

Plak! Beberapa kertas langsung Erwin lempar tepat di wajah Tsania. Tsania yang baru saja akan duduk pun terkejut bukan main, dia segera memungut beberapa kertas yang berserakan di depan matanya.

"Dasar anak nggak tau diri!" teriak Erwin sambil mendorong tubuh Tsania hingga Tsania tersungkur.

"Auw! Pa, sakit!" rintih Tsania sambil memegangi kakinya yang tidak sengaja terkena meja di depannya.

Erwin mandekat kearah Tsania dan dengan kasar langsung menampar pipi putih mulus Tsania hingga menyisakan warna merah di pipi gadis cantik itu.

"Lihat! Apa yang sudah kamu perbuat Tsania! Kamu sudah mencoreng nama baik papa, apa kamu sudah puas?" teriak Erwin kembali di depan wajah Tsania.

Dengan tangan bergetar, Tsania mengambil kertas itu dan betapa terkejutnya Tsania saat mendapati foto itu adalah dirinya yang sedang tidur berdua dengan seorang pria. Tapi sayangnya wajah pria itu tidak terlihat jelas, hanya wajah Tsania saja yang terlihat sangat jelas.

Dan Tsania juga ingat kapan kejadian itu terjadi, dan bagaimana bisa papanya memiliki foto itu. Sedangkan Tsania sendiri sudah hampir melupakan kejadian yang sangat menyakiti hatinya itu. Kejadian yang sudah menghancurkan hidup dan mimpi Tsania.

"Pa, Tsania bisa jelaskan ini semua pa," Tsania mendekat kearah papanya dengan mata yang sudah di banjiri dengan cairan bening nan hangat itu.

"Mau jelaskan apa lagi hah! Jelas-jelas semua sudah jelas dengan adanya bukti ini!" Erwin menggebrakkan foto yang dia bawa meja.

Tsania terperanjat dengan sikap dan nada bicara papanya, karena memang seumur hidup Tsania, baru kali ini Papanya berbicara kasar dan tanpa berperasaan.

"Tapi Tsania di jebak Pa! Papa harus percaya dengan Tsania!" Tsania terus berusaha menenangkan sang papa yang sudah sangat emosi itu.

Sedangkan dua wanita cantik tiba-tiba keluar dari sebuah ruangan sepertinya kamar. Mereka bergegas menghampiri Tsania dan Erwin. Satu wanita cantik tapi sudah berumur itu menghampiri Erwin dan satu wanita cantik yang hampir seumuran dengan Tsania langsung menghampiri Tsania dan membantu Tsania untuk berdiri.

"Kakak tidak apa-apa?" suara lembut bagaikan kapas itu mengayun merdu di telinga Tsania. Tapi sayang sekali, suara lembut nan merdu itu tidak membuat Tsania luluh melainkan Tsania merasa jijik dan muak.

Dengan kasar, Tsania menghempaskan tangan wanita cantik itu. Hingga membuat wanita itu terjengkang. Dengan wajah yang di buat-buat, wanita itu langsung memasang wajah terkejut dan merasa tersakiti.

"Kak,"ucap sang gadis dengan nada yang menurutnya sangat menyedihkan.

"Diam!" bentak Tsania dengan wajah yang sudah memerah.

Plak! Dengan sangat kasar, Erwin menampar kembali pipi Tsania membuat Tsania langsung mematung akibat ulah papanya sendiri.

"Pa," sungguh miris wajah Tsania saat ini, semua berantakan.

"Sayang, kamu tidak apa-apa?" Erwin datang menghampiri wanita muda cantik yang tadi sempat ingin membantu Tsania berdiri namun di tolak mentah-mentah oleh Tsania.

Wanita cantik itu menerima uluran tangan papa nya dan langsung memasang wajah tersakiti."Aku baik-baik saja Pa, papa jangan terlalu kasar dengan Kak Tsania, kasian pa." ucap sang wanita sambil melirik kearah Tsania.

"Dia pantas mendapatkannya sayang, karena ulahnya keluarga kita tercoreng jelek di seluruh dunia bisnis," jelas Erwin dengan wajah sinis nan garangnya.

"Bagaimana bisa pa?" wanita paruh baya yang tadi dengan wanita muda cantik itu mendekat kearah Erwin dan langsung melingkarkan tangannya di lengan Erwin dengan sangat manja dan mesra.

Erwin memandangi wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu dengan wajah penuh damba, dengan sangat lembut Erwin mengelus pipi wanita paruh baya itu dan berkata."Lihatlah Ma! Wanita jalang ini sudah berani tidur dengan pria asing entah siapa," jelasnya.

Wanita cantik itu gegas mengambil kertas yang baru saja suaminya berikan dan wajahnya berubah menjadi terkejut.

"Sayang, bagaimana bisa kamu tidur dengan pria asing? Bukankah kamu sangat menjaga kesucian mu sayang," wanita itu mendekat kearah Tsania.

"Cih!" decih suara Tsania saat wanita paruh baya itu mendekat kearahnya.

Baru saja wanita paruh baya itu akan memegang tangan Tsania tapi belum sempat sudah Tsania hempaskan tangan wanita itu dengan sangat kasar.

Erwin yang melihat pun semakin murka ketika belahan jiwanya di perlakukan dengan kasar walaupun oleh anaknya sendiri.

"Dasar jalang! Kamu memang keturunan ibu mu yang jalang itu!" bentak Erwin.

"Pa!" Tsania bangkit dan langsung menatap tak suka kearah wajah papanya. Bagaimana bisa papanya mengatai ibunya wanita jalang, bahkan dulu papanya itu sangatlah mencintai ibunya dengan penuh sangat sebelum ibu kandung Tsania meninggal.

"Kenapa? Kamu kaget? Mama kamu memang wanita jalang Tsania, dia mengandungmu saat dia belum menikah dengan!" jelas Erwin dengan suara lantangnya.

Tsania yang mendengar ucapan papanya barusan langsung lemas seketika, bahkan kedua lutut Tsania tak bisa menopang tubuhnya lagi, dan kembalilah Tsania tersungkur di lantai.

"Tidak mungkin,!" bantah Tsania.

Erwin mendekat kearah Tsania meraih dagu Tsania dengan kasar, dengan sangat gamblang Erwin mengucapkan kata-kata yang bisa membuat Tsania lemas bagaikan tak bertulang sama sekali.

"Papa bohong! Papa nggak mungkin seperti ini, jelas-jelas papa sangat mencintai mama," Tsania menangis histeris sedangkan Erwin merasa jengkel mendengarkan tangisan Tsania.

"Kenapa aku harus bohong! Semua harus aku perjelas sekarang karena memang sudah waktunya. Dan masalah aku mencintai dan menyayangi mamamu pasti kamu sudah tau apa tujuanku," jelas Erwin.

Tsania mendongak tak percaya melihat papanya yang saat ini, bagaimana bisa karena satu kesalahan papanya bisa berubah begitu sangat drastis.

"Dengar Tsania! Kamu memang bukan anakku dan mamamu! Karena anakku hanya dia, Mawar seorang," jelas Erwin dengan sangat jelas.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Fahmi.E

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku