Darendra Pusaka Adam, Putra mahkota keluarga konglomerat Adam Perkasa Group. Harus memupus impiannya bersanding dengan belahan jiwanya yang telah ia perjuangkan selama bertahun-tahun. Dan harus menerima perjodohan dari orang tuanya. Daren semakin meradang, kala mengetahui siapa yang akan menjadi istri nya. Ia adalah Renata Anjani Hutomo, putri bungsu keluarga yang tak kalah terpandang dari Adam Group. Renata di isukan mengidap gangguan jiwa karena gagal menikah. Acara pernikahan Renata di batalkan tepat lima menit sebelum acara ijab qobul di mulai, lantaran tiba-tiba ada wanita yang mengaku sebagai kekasih mempelai pria dan sekarang tengah mengandung buah cinta mereka. Apakah Darendra bisa menerima Renata? ataukah pernikahan ini hanya siasat Darendra? Ikuti terus kisah mereka dan jadilah saksi perjalanan rumah tangga mereka disini ^_^
POV RENATA
"Saya terima nikahnya, Renata Anjani Hutomo binti Agung Hutomo dengan maskawin tersebut, Tunai." jelas ku dengar, suara seorang laki-laki yang dengan lantang menyebut namaku dalam prosesi ijab qobul
"Bagaimana para saksi, sah ?"
"Sah." Jawab para saksi dan seluruh tamu undangan
"Alhamdulullillahirobil'alamin."
Air mataku menetes seiring dengan lantunan doa yang terpanjat, dada ku bergemuruh, aku merasa telah terlepas dari belenggu yang selama ini mengekang diriku. bayang-bayang dua tahun lalu saat aku yang memakai baju pengantin tapi malah perempuan lain yang duduk disamping calon suamiku dan menjadi istrinya, benar-benar membuat ku trauma hingga harus berobat ke psikolog.
"Selamat menempuh hidup baru sayang. Kebahagiaan menanti mu, " Usapan tangan mamah di pipiku, membawaku kembali dari lamunan
Nama ku di panggil MC acara, ia meminta mempelai wanita untuk turun ke ruang tengah, dimana prosesi akad berlangsung. Bersama mamah dan kakak ipar ku, aku di gandeng keluar kamar dan menuruni anak tangga.
Semenjak dua tahun yang lalu, ini adalah kali pertama aku muncul di depan publik. Sontak semua mata tertuju padaku. Aku menunduk, seperti nya aku kembali terkena serangan panik.
'wajar jika perhatian mereka terpusat padaku, bukan kah saat acara pernikahan kedua mempelai memang jadi pusat perhatian' gumam ku, menenangkan diri.
Kak Dimas segera berdiri dan menyambutku di anak tangga terakhir. raut tegang yang tadi pagi terlihat kini berubah menjadi rona bahagia. Tugasnya menggantikan almarhum papah, sebagai wali ku sudah tertunaikan dengan baik.
"Mari, Mas antar ke suami mu."
Deg
mataku langsung beredar mencari sosok yang kakak sebut suami. saking banyak nya perasaan yang berkecamuk di hati ku, aku sampai lupa bahwa sekarang aku sudah resmi menjadi seorang istri. Istri dari seorang pria yang bahkan belum pernah ku lihat wajahnya secara langsung selian dari selembar foto.
Mataku berhenti pada sosok lelaki yang sedang duduk di depan penghulu. Ia mengenakan Jas yang senada dengan gaun yang aku kenakan saat ini.
Ia terlihat bertubuh proporsional, tegap, berahang tegas, berhidung bangir dan kulit kuning langsat.
"Gak usah takut, ada kakak. Abaikan semua pandangan orang orang." Kakak ku terus menggenggam tangan ku dengan erat sambil memimpin langkahku.
"Alhamdulillah sayang, kamu sekarang sudah resmi menjadi menantu mamah. Ayo sekarang cium punggung tangan suamimu." Dialah bu Anisa, mertua ku. Pertama kali aku melihat nya adalah saat beliau dan pak Danang melayat almarhum papah.
sekarang kami sudah bediri saling berhadapan, ekspresi datar yang ia perlihatkan sedari tadi membuatku tidak bisa membaca apa yang sebenarnya dia rasakan.
'Dingin' itu adalah kesan pertama yang ku tangkap dari sudut matanya. Mungkin dia grogi, atau tak nyaman karena ini baru kali pertama kita kenal.
segera ku cium punggung tangannya seperti selayaknya seorang istri, meskipun aku belum mengenalnya tapi aku tetap menghormati dia sebagai suami ku dan aku ridho dipersuntingnya, meskipun harus ngedrama 7 hari 7 malam dulu sebelum akhirnya aku menyerah kalah dan menyetujui perjodohan ini.
aku merasa ada telapak tangan lebar yang menyentuh lembut kepalaku
"Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih." lirih, namun sangat tartil. Aku semakin sesenggukan. Air mataku langsung meluncur tanpa komando.
Mungkin kak Dimas benar, jika dia adalah laki-laki terbaik pilihan Allah untuk ku. bagaimana tidak, ia tetap mau menikahi ku ketika semua lelaki bubar jalan saat mengetahui aku mengalami depresi.
"dia sudah halal bagimu, kamu boleh membuka cadarnya sekarang." Titah kak Dimas
Tidak, aku memang berhijab tapi tidak bercadar di keseharian ku. ini adalah ulah mamah dan kakak Ipar ku, mereka bilang supaya surprise.
perlahan dia membuka tali cadarku, wajahnya hanya berjarak beberapa centi dari wajahku, aku bisa mendengar helaan nafasnya dan aneh nya hati ku merasa berdesir.
dalam hitungan menit cadarku sudah kulepas, bisa ku lihat pupil matanya semakin membesar. entahlah mungkin aku di luar ekspetasinya.
"dia tidak seperti orang gila."
"kalau aku tau dia tetap sama cantiknya seperti dulu, pasti aku tetap maju untuk menjadikan dia istriku."
cihh, aku benar-benar muak dengan mereka semua, bisa-bisanya bergibah didepan orang yang sedang mereka gibahkan. sangat tidak tau malu.
'terimaksih diriku, sudah mau mengantarku sampai sejauh ini. tugas mu sebagai Renata yang gila sudah usai saatnya kamu menjadi Renata yang dulu' tuturku dalam hati.
Dia Darendra. Dia adalah segala muara ku sekarang. Mau tak mau, suka tak suka.
aku dan Daren sudah berdiri di pelaminan, acara pernikahan kami memang digelar di rumah ku, tepatnya di halaman belakang. mamah sudah menyewa dua tim WO terkenal untuk menyulap pekarangan yang dijadikan lapangan golf mini itu menjadi ala-ala kerajaan di negeri dongeng.
tidak banyak tamu yamg di undang, mungkin hanya sekitar 200 orang yang terdiri dari keluarga inti ku dan Daren, serta rekan bisnis yang sudah di anggap dekat.
Daren baru menaruh ponselnya yang dari tadi tidak lepas dari tangannya, ketika ada rekannya yang naik ke atas pelaminan.
aku melirik sekilas ke arah ponselnya, layar nya belum mati dan mataku juga masih mormal untuk sekedar membaca tulisan kecil yang ada di aplikasi chating itu
'jangan melakukan sesuatu yang menyakiti dirimu, atau aku akan jadi manusia paling sakit di bumi. sabar, setelah acara selesai aku akan segera menemuimu. emot love merah'
aku langsung tersenyum getir. ternyata kisah ujian ku belum usai, aku terlepas dari belenggu hanya untuk masuk ke dalam belenggu yang lain.
'benar-benar menyedihkan, apa yang kamu harapkan dari laki-laki ini Ranat? ada laki-laki yang mau menikahi mu padahal kalian belum pernah bertemu sebelumnya, di tambah kabar tentang penyakit jiwa yang kamu derita. dan kamu percaya bahwa masih ada laki-laki yang ikhlas semacam itu' bisik batin ku merasa iba pada diriku sendiri.
"selamat ya mbak." kedua rekan kerja Daren bergantian menyalami ku
"kenalin nama saya Bayu."
"kalau saya Yoga, kami berdua ini adalah bank tempat suami mbak menyimpan aib. jadi kalau sewaktu-waktu Mbak butuh bocoran bisa langsung hubungi kita. dijamin infonya valid aman dan terpercaya, bahkan sudah lulus uji di ITB dan IPB, " cicit Yoga yang disambut oleh gelak tawa Bayu
"sialan lo, mau pergi sekarang atau gue batalin invest di perusahaan kalian berdua." hardik Darendra
" 10 dari 9 orang percaya bahwa suami Mbak ini keturunan Firaun, nggak ada baik-baiknya jadi orang heran gue" cicit Bayu
"kalau dia macam-macam sama mbak langsung aja kasih kerupuk kulit di depannya dijamin dia bakalan ngacir ke belahan dunia lain." kekeh Yoga
"But the way, ini info pertama yang kita kasih ya, semoga bermanfat." tukas Yoga melanjutkan
"Iya Mas nanti saya bakal nyetok banyak kerupuk kulit di rumah." jawabku sekenanya
Darendra langsung menatapku setelah mendengar apa yang aku katakan. suasana di atas pelaminan kembali hening sesaat setelah Yoga dan Bayu meninggalkan tempat.
sementara Darendra sudah kembali sibuk dengan ponselnya, Mungkin dia sudah tidak sabar untuk bisa bertemu dengan wanita yang terus mengirimkan pesan padanya itu.