Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Cerita Skandal Dewasa 21+

Cerita Skandal Dewasa 21+

Astaroth

5.0
Komentar
7K
Penayangan
1
Bab

Peringatan: merupakan cerita dewasa di atas 21+ Diharap untuk bijak saat membacanya. Ini adalah kumpulan kisah dewasa 21+ yang dibalut begitu intim dan lebih merangsang pikiran siapapun yang membacanya.

Bab 1 Genjotan Anak Tiriku (Part 1)

"Sayang, perkenalkan ini adalah Dimas. Dia anakku satu-satunya. Sekarang lagi kuliah disalah satu universitas negeri di selatan ibukota," ucap Adi; suamiku.

Kami baru saja menikah di Bali. Baru berjalan seminggu. Acara yang kami gelar pun hanya acara kecil-kecilan sebagai rasa syukur. Sayangnya waktu itu Dimas tidak bisa ikut dengan kami karena dia sedang berada di tengah ujian semester.

"Hai, Dimas. Aku, Ratna. Salam kenal." Aku menjabat tangan lelaki yang menurutku sangat tampan itu.

Bayangkan saja, wajahnya sangat baby face. Dia juga tinggi dan saat aku melihat dada bidangnya yang hanya mengenakan singlet saja, aku sudah terhanyut dalam birahi yang dalam.

"Saya, Dimas. Salam kenal juga." Dia tersenyum padaku. Meski malu, tapi senyumannya ingin sekali kulumat dalam-dalam.

"Papah mau berangkat ke Singapura dulu. Kemungkinan pulangnya Minggu depan. Kalian tidak apa-apa ditinggal berdua saja, 'kan?" Adi mencium keningku dengan lembut.

"Tidak. Kami akan cepat akrab. Iya, 'kan, Dimas?" Aku berusaha merangkul lelaki berusia 21 tahun itu.

"Benar, Pah. Kami akan cepat akrab. Papah sebaiknya cepat pergi sebelum telat ke bandara," ungkap Dimas. Dia sepertinya sangat perhatian dengan Adi.

"Yaudah, bye." Setelah Adi keluar dari pintu, Dimas hendak menuju ke lantai dua. Tapi sebelum dia pergi, aku memintanya untuk membawakan koper merah mudaku ke atas bersamanya.

Tangannya tidak terlalu kekar, tapi urat-urat lengannya terlihat jelas. Aku tidak bisa berpaling dari wajahnya imutnya. Dia seperti artis Korea. Meski umurnya sudah 21 tahun, tapi kupikir postur tubuhnya masih seperti anak SMA. Benar-benar sangat menawan.

Ketika aku sudah sampai di depan kamar utama, Dimas meletakkan koper milikku di lantai. Dia memberikan kuncinya sambil tersenyum. Setelah itu, dia pergi menuju ke kamar yang ada ujung koridor lantai dua. Aku hanya berpikir apakah dia mau tidur denganku malam ini? Itu hanya pendapatku saja.

Adi Subrata sangatlah kaya. Dia seorang pebisnis yang memiliki banyak aset di berbagai bidang bisnis. Salah satunya properti. Dan alasanku menikahinya adalah karena kekayaannya itu. Tapi ada alasan lain yang membuatku jatuh cinta padanya. Yaitu terong miliknya yang berurat dan panjang. Aku tergila-gila ketika kami bertempur di atas ranjang saat malam pertama di Bali.

***

Malam telah tiba. Aku merasa lapar dan ingin memesan makanan untuk makan malam. Tidak lupa aku menawarkan anak tiriku yang mungkin saat ini sedang asyik bermain game dikamarnya. Maklum saja, Adi selalu membicarakan Dimas yang ahli dalam bermain game battle royal.

Saat aku menghampiri pintu kamar di ujung lorong, aku mendengar suara yang tidak biasa.

Aaah~

Desahan panjang diikuti dengan suara seperti benda saling bertabrakan sangat menyiksa pikiranmu.

Plok! Plok! Plok!

Sambil menekan saliva, aku memberanikan diri untuk membuka pintu kamar itu perlahan-lahan. Saat aku melihat ke dalam dari celah kecil yang kubuka, aku melihat Dimas sedang merebahkan dirinya di atas ranjang tapi dengan bertelanjang bulat. Tidak ada satu pun pakaian yang dia kenakan.

Aku melihatnya sedang memainkan rudal yang kupikir panjangnya hampir 17 sentimeter dengan satu tangannya. Desahnya kian cepat saat tangannya mengocok rudal yang tampak sudah berwarna merah pucat. Aku tahu kalau sebentar lagi dia akan mencapai klimaks.

Aaaakh~~

Dan benar saja. Semburan panjang dari ujung rudal miliknya berceceran di atas ranjang hingga membuat dia jatuh merebahkan diri di bantalnya. Sesekali ia masih memijat rudal miliknya dengan perlahan untuk mengeluarkan sisa cairan putih itu. Aku yang melihatnya sangat terangsang dan hendak lari menghampirinya untuk mengulum rudal itu.

"Tidak boleh! Dia anak tiriku!"

Pikiran ini seakan menolak ketika aku hendak membuka lebar-lebar pintu kamar Dimas. Dan akhirnya, aku memilih menahannya dan berbalik menuju ke lantai bawah.

Tidak lama kemudian, Dimas pun turun dan menemuiku di dapur. Dia sudah mengenakan kaos oblong dan celana boxer berwarna hitam. Aku sempat melirik ke arah selangkangannya yang menonjol. Rudal milik Dimas benar-benar besar melebihi milik Papahnya.

"Kamu mau makan apa? Tante mau pesan makanan," ucapku.

Aku belum berani menyuruhnya memanggil dengan sebutan 'Mama'. Mungkin karena umur kami tidak beda jauh. Saat ini umurku sekitar 28 tahun.

"Terserah saja. Nanti Dimas tinggal minta," ucapnya.

Senyuman kecil di bibir mungilnya membuat bibirku haus untuk menciumnya. Ditambah lagi, kulitnya yang lembut membuatku hampir hilang akal.

"Yaudah. Aku pesan paket seafood saja, yah?" Aku pun memesan.

Dimas terlihat menunggu di ruang keluarga yang berada di depan dapur. Ia menyalakan televisi sambil mengganti-ganti beberapa channel.

"Mau makan ini dulu?" tanyaku.

Aku menawarkan roti panggang seadanya untuk mengganjal perut sementara. Dan dengan senang hati dia mengambilnya. Saat kami makan berdua di sofa, aku sesekali melirik ke arah rudalnya yang menonjol. Ingin rasanya aku memegang benda itu dan meremas lembut hingga Dimas mengerang keras.

"Kamu sudah punya pacar?" tanyaku.

"Belum. Masih jomblo. Kenapa?" Dia menoleh ke arahku yang hanya mengenakan daster agak transparan.

"Kalau dilihat-lihat, kamu ganteng juga. Masa tidak punya pacar?" Aku menatap matanya dengan seksama. Lalu turun menatap bibir mungilnya yang berwarna merah muda.

"Iya, banyak yang bilang begitu. Tapi punya pacar itu adalah pilihan, 'kan? Sekarang aku sedang tidak mau ribet dengan hubungan yang rumit," ungkapnya.

Aku semakin mendekat hingga jarak antara wajah kami hanya sejengkal saja. Tidak lupa tanganku meraba lembut pahanya.

"Kalau hubungan singkat semalam saja?" tanyaku dengan nada lirih.

"Ma ... maksudnya apa? A ... aku tidak mengerti."

"Cukup diam saja dan ikuti Mama barumu ini." Aku mulai tak tahan.

Tanpa sadar, bibirku mulai mengecup lembut bibirnya. Anehnya, dia tidak berontak. Aku pun berbisik ke telinganya agar tidak bergerak. Dan setelahnya, aku mulai mencumbu lehernya dengan berkali-kali melayangkan ciuman lembut.

Perlahan-lahan, dia pun bereaksi dan mulai meraba tubuhku. Tanpa perlu diajari, Dimas mengulum bibirku hingga memainkan lidahnya berulang kali.

Aaaah~~

Aku tidak tahan lagi. Perlahan aku mencopot kaos oblongnya dan membuangnya jauh-jauh. Dan terlihat dada bidang yang membuatku ingin melumatnya.

"Aaah ... terus ...." desahnya.

Tepat di pentil payudaranya, aku memainkan lidahku berulang kali hingga dia mengerang keras. Sesekali aku juga mencoba mengisapnya hingga Dimas memegang kepalaku agar melakukannya lebih lama lagi.

Dan saat mencapai klimaks, dia tak segan untuk menghentikan aksiku. Dimas langsung membuka daster transparan yang kupakai dan bergantian mengisap payudaraku.

"Aaah ... aaaah ... iya, disitu ...."

Aku mengerang keras sambil mendesah sesekali. Sungguh apa yang dilakukan Dimas sangatlah nikmat. Dia memanjakanku hingga membuatku meronta di atas sofa.

Dan setelah berhasil membuatku kewalahan di area atas, dia pun turun menuju ke bawah. Tak segan Dimas langsung melucuti celana dalamku. Jari-jarinya sangat lihai ketika merogoh dalam-dalam Miss V-ku yang sudah basah sedari tadi.

Aaaah~~

"Terus! Terus ...!"

Aku semakin meronta-ronta hingga menyuruhnya terus memainkan jarinya.

"Aaaakh!"

Akhirnya aku masturbasi. Cairan kental tampak membasahi telapak tangan Dimas. Tapi dia tidak ingin berhenti disitu saja. Dia segera membuka boxer dan celana dalamnya. Aku dengan jelas melihat rudal miliknya yang telah tegang. Di ujungnya tampak cairan bening lengket telah keluar sedikit.

"Apa boleh?" tanyanya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku