Lia pikir masa lalunya yang suram sudah berlalu. Setelah sekian tahun harusnya dia sudah move on dan melupakan kenangan pahit itu, lalu melanjutkan hidupnya dengan bahagia. Namun siapa yang menyangka, kalau takdir malah mempertemukannya dengan Davin Geraldo. Sosok mantan suami yang pernah menyakiti dan melukainya di masa lalu, dengan status mereka yang sekarang adalah bos dan sekretarisnya. Lia karena hal itu tentu saja tanpa pikir panjang segera mengundurkan diri dari pekerjaannya. Akan tetapi Davin justru menahannya dengan denda pengunduran diri yang nominalnya tak main-main dan Lia tak mampu membayarnya. "Tolong jangan seperti ini?" "Lalu seeperti apa, Lia. Membiarkanmu semena-mena setelah menghancurkan hidupku dan sekarang mau merusak citra perusahaanku?!" Lalu bagaimana selanjutnya, jangan lewatkan kelengkapan ceritanya hanya di BOSKU ADALAH MANTAN SUAMIKU.
Hari pertama kerja setelah sempat di rumahkan, sebab tempat kerjanya yang sebelumnya mengalami kebangkrutan. Lia tentu ingin menunjukkan performa terbaiknya dengan melakukan yang terbaik. Di mulai dengan hal terkecil dengan datang tepat waktu.
Hingga baru saja bangun pagi, Lia tak mau leha-leha dan segera bergegas dengan cepat.
"Pokoknya aku nggak mau terlambat dan harus optimis semoga hari ini berjalan dengan lancar!" Lia berdandan seadanya dan mengenakan setelan kerja yang semestinya.
Sampai di perusahaan, Lia di bawa ke lantai atas di tunjukkan tempat kerjanya sebagai sekretaris CEO di perusahaan itu. Dia sangat gugup, meski sebelumnya dia adalah sekretaris juga, tapi saat itu dia masih sekretaris manejer. Itulah mengapa dia pikir jantungnya berdegup tak beraturan saat ini karena hal itu.
Sampai di lantai yang di tuju, perasaan Lia semakin tak karuan, tapi anehnya sekarang dia malah merasakan sesuatu hal yang ganjil dan tak enak. Menatap pintu ruang kerja CEO, Lia tiba-tiba saja merasa tak nyaman. Sehingga dia tak sadar menggigit bibirnya.
Dia dan salah satu staf yang menemaninya ke sana segera berjalan masuk setelah mendapat izin dari empunya. Kedua mata Lia langsung terfokus pada sosok pria yang berdiri dan menghadap luar ke arah jendela. Sehingga posisinya membelakangi mereka saat ini.
Dia tak terpikirkan tentang siapa dia, meski anehnya dia merasa familiar dengannya. Lia hanya terus mengamati dan fokus menatapnya.
"Maaf mengganggu waktunya, Pak. Adelia Aryaka Putri, yang merupakan sekretaris baru Bapak sudah di sini," beritahu staf yang bersamanya tadi dengan sopan nya.
Pria yang sepertinya CEO dan akan menjadi bosnya itu sama sekali tak berbalik. Dia masih dalam posisi yang sama, seolah-olah betah dengan itu. Bahkan anehnya dia sama sekali tak bersuara. Lia bahkan sempat berpikir bosnya itu mungkin bisu.
Hanya memperhatikan gestur tubuhnya yang bergerak angkuh. Menggerakkan tangannya dan mengkode staf tersebut supaya pergi, sehingga meninggalkan dirinya berdua dengan Lia.
Untuk sesaat Lia pikir setelah stafnya pergi, pria itu akan bersuara, tapi kemudian dia malah tetap diam.
Beberapa menit setelahnya tak ada yang terjadi dan Lia juga belum bicara karena takut menyalahi aturan dan membuat bos barunya marah. Sehingga Lia terus di posisi yang sama, menahan rasa bosan yang perlahan datang, juga kakinya yang mulai kram.
Namun setelah lima belas menit berlalu, semuanya masih tetap sama. Pria itu masih setia dalam posisinya, seolah-olah pemandangan di luar jauh lebih baik ketimbang mengecek sebentar sekretaris barunya.
Sampai kemudian Lia nekat dan akhirnya memberanikan diri bersuara, sebab berpikir mungkin saja pria itu lupa kalau ada orang lain di ruangannya selain dirinya sendiri.
"Pa-"
Namun, baru saja dia hendak bicara, sosok bosnya tersebut malah berbalik dan tatapan mereka langsung bertemu.
Deg.
Tiba-tiba Lia membeku, segera meneguk ludahnya kasar. Sorot mata yang tak asing atau bahkan tatapan tajam yang bahkan masih sangat melekat dalam ingatan Lia. Antara percaya dan tidak, tapi apa pun itu Lia sangat syok sekarang.
"Lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?!" ujar pria yang merupakan bosnya itu akhirnya berbicara.
Suara bass-nya membuat jantung Lia segera bergemuruh hebat. Berdebar dan rasanya terlalu kencang seolah ingin melompat saja.
"Aku akan segera mengundurkan diri," ujar Lia malah mengatakan hal lain yang jelas tak berhubungan dengan pertanyaan bosnya.
Namun bukannya bingung atau terkejut, pria yang merupakan bosnya itu malah mengulas senyum misteriusnya, sepaket dengan tatapan aneh yang membuat Lia semakin gugup di tengah rasa syok yang belum bisa dia kendalikan.
Pria yang merupakan bosnya itu adalah Davin Geraldo, mantan suaminya. Mereka berpisah lima tahun lalu dan kenangan buruk sebelum perpisahan itu adalah sesuatu yang membuat masa lalu buruk di antara mereka.
"Ah, tentu saja kau baik. Lihatlah kau bahkan semakin cantik!" puji Davin, tapi anehnya malah terlihat seperti sindiran bagi Lia. "Kau tahu, aku jadi sangat menyesal mengapa dulu aku malah melepaskanmu..."
Deg!
Lia mengerutkan dahinya terkejut dengan ucapan Davin yang demikian.
"Hahh, harusnya setelah yang kau lakukan kepadaku. Aku membalasmu, memberi perhitungan yang membuatmu menyesal dan meminta ampunan dengan mencium kakiku. Namun, bodohnya aku saat itu malah melepaskanmu dan membuatmu bahagia lima tahun ini. Bagaimana denganmu Lia, apakah kau merindukanku?"
Ucapan itu halus dan terdengar santai, tapi efeknya justru sebaliknya. Lia merasa tenggorokannya seperti tercekik saat ini. Sementara Davin malah berjalan ke arah mejanya sendiri, lalu duduk di atas kursi kebesarannya.
"Rindu uangku, Lia?" tanya Davin kali ini terang-terangan menyorot Lia dengan penuh kebencian dengan menekan tiap kata di dalam kalimatnya.
"Cukup! Aku benar-benar akan segera memundurkan diri!" ujar Lia setelah kini bisa mengendalikan rasa syok nya.
"Lalu seperti apa Lia, membiarkanmu semena-mena setelah menghancurkan hidupku dan sekarang mau merusak citra perusahaanku?!" sarkas Davin kejam. "Kau sengaja mau membuat buruk image perusahaanku, dengan seenaknya begitu dan membuat pandangan orang lain terhadap perusahaanku tidak berkompeten?!"
"Tidak Mas Dav-"
"Sssttt, aku bukan suamimu lagi! Aku Bosmu!" potong Davin tajam. "Walaupun kita saling mengenal dan pernah berhubungan di masa lalu, tapi kau tak seharusnya berkata begitu. Di perusahaan ini aku adalah Bosmu, jadi jaga sopan santunmu Adelia Aryaka Putri!!" ujar Davin memperingatkan.
"Baiklah Pak Davin. Mohon maaf untuk kelancangan saya dan juga maaf sudah membuang waktu Bapak. Secepatnya saya akan mengurus surat pemunduran diri saya," jawab Lia tanpa mau basa-basi.
Lia harap setelah sekian tahun tak bertemu, ini adalah pertemuan pertama dan terakhir mereka. Karena pertemuan ini adalah sesuatu yang Lia hindari. Dia mungkin takkan sanggup berlama-lama melihat wajah Davin.
"Terus saja katakan seperti itu, apa kau pikir bisa membayar kompensasinya?! Sudah ku katakan bukan kalau kali ini kau tidak bisa seenaknya lagi seperti dulu!"
"Aku tak tahu apa yang kau pikirkan mengapa begitu terburu-buru, menjadi sekretarisku mendapatkan gaji besar Lia. Untuk perempuan matre sepertimu, seharusnya kamu senang bukan?"
"Apa maksudmu?" tanya Lia heran.
"Maksudku kau itu perempuan rendahan yang melakukan apa pun untuk uang, jadi tak seharusnya kau jual mahal dengan mengatakan ingin mengundurkan diri!" cibir Davin tajam.
"Apa yang Bapak katakan?! Kita sudah tidak memiliki hubungan apa pun dan saya mengundurkan diri supaya Bapak tidak terganggu dengan kehadiran saya!" tegas Lia sambil meremas jemarinya untuk mengontrol emosinya.
"Kau benar, aku memang terganggu dengan kehadiranmu, tapi sayangnya aku juga tidak bisa tenang membiarkanmu senang di luar sana dan hidup bebas dengan bahagia. Akan tetapi baiklah, silahkan saja keluar Lia, asal sanggup membayar kompensasinya!" seru Davin.
Anehnya pria itu masih menggunakan kata "aku" ketimbang "saya" padahal dia sendiri sudah memperingatkan Lia untuk tidak memanggilnya Mas, tapi Pak.
"Tapi mana mungkin, kau itu kan miskin!" lanjut Davin penuh tekanan.
"Apa maksudnya?" tanya Lia serius.
Davin tak langsung menjawab, melainkan berdiri dari kursi kebesarannya dan mengitari mejanya. Sambil kemudian mengambil sesuatu di sana dan melemparnya kasar ke arah Lia. "Ambil itu dan baca baik-baik surat kontraknya!"
Lia mengerutkan dahi menatap dokumen yang sempat menghantam wajahnya sebelum kemudian tergolek di lantai.
"Di sana di jelaskan kalau kau tak bisa seenaknya memutuskan kontrak kerja, terkecuali sanggup membayar dendanya!!"
Lia mengambil berkasnya dan membacanya kemudian terkejut dengan isinya. "Apa-apain ini, bagaimana bisa?!"
"Tentu saja bisa Lia. Berhenti bertanya dan sebaiknya kau benar-benar bersiap dengan baik untuk menjadi sekretarisku, karena pasti aku bersumpah tak akan membuatmu mudah!" tegas Davin.
"Setelah sekian lama, selanjutnya aku akan membuat hidup benar-benar berada di dalam neraka!!" lanjutnya dengan tanpa perasaan.
Buku lain oleh Mamud81
Selebihnya