Kiara menikahi duda anak tiga, dia berjuang seorang diri untuk merebut hati sang suami tercinta. Walau sakit hati, karena tak kunjung mendapatkan cinta dari sang suami yang sangat ia cintai. Tepat setelah mereka melewati malam pertama, Angga menceraikannya. Angga malahan menikahi Yuanda yang merupakan sekretaris pribadinya. Kiara yang pergi setelah di usir, baru mengetahui jika dirinya hamil. Dia berusaha menemui Angga ke kantornya, Angga dengan gampangnya mengatakan jika anak yang ada di dalam kandungan Kiara bukan anaknya. Angga meminta Kiara untuk menggugurkan kandungannya. Kiara yang pergi mengutuk Angga, jika suatu saat dia akan menyesal. Angga tak akan bisa berhubungan suami istri lagi dengan wanita lain begitulah kutukan yang Kiara katakan sebelum pergi.
Bab 1. DI CERAIKAN SETELAH MENGHABISKAN MALAM PERTAMA
"Kiara Larasati aku ceraikan kamu!"
"Kamu jangan bercanda Mas."
"Aku serius Kiara."
"Apa alasan kamu menceraikan aku Mas?"
"Alasannya sungguh simple Kiara, aku nggak mencintai kamu itu saja titik."
Suaminya Angga, kini memasukan pakain Kiara dan memasukannya ke dalam koper. Dengan sangat kasar, Kiara langsung di usir dari rumahnya. Walau pun, dalam keadaan hujan deras.
"S-E-K-A-R-A-N-G K-A-M-U P-E-R-G-I!"
"Aku nggak mau pergi Mas, apa lagi kita baru saja melakukan malam pengantin kita Mas. Aku akan tetap menjadi istri kamu Mas," ucap Kiara dengan nada lirih.
"Aku nggak peduli, aku nggak mencintai kamu. Jadi tanda tangani surat cerai ini. Secara agama kita sudah cerai. Tinggal menunggu keputusan pengadilan saja."
Kiara tetap di paksa menandatangani, dalam tangis Kiara menandatangani surat pernyatan cerai tersebut. Kiara di dorong dari rumah, hingga terjatuh dan terluka. Setelah kepergian Kiara, Angga langsung mengunci pintu rumahnya.
Meski langkah terseok, Kiara berusaha melangkah pergi dari rumahnya. Kiara menuju halte bus terdekat. Kiara pergi ke Bogor ke rumah Uwanya.
Uwanya yang melihat kehadiran Kiara sangat keheranan, karena biasanya Angga yang mengantarkannya pulang.
"Kamu kok sendiri? Kemana Angga?" tanya Uwa Desi dengan keheranan.
"Aku akan tinggal di sini Uwa, karena Mas Angga sudah menceraikan aku."
"Kok bisa, memangnya kenapa kok kamu bisa di ceraikan olehnya?" tanya Uwa Desi kembali.
"Mas Angga tidak mencintai aku, setelah kami melewati malam pertama kami. Beliau langsung menceraikan aku Uwa," jawab Kiara yang masih menangis.
Uwa Desi yang sangat iba, langsung memeluk dan menghapus air mata Kiara. Kiara terlihat sangat kelelahan sekali, Uwa meminta Kiara untuk segera masuk ke dalam kamar unuk segera beristirahat.
"Kamu sebaiknya istirahat nak, kamu pasti kelelahan. Kamu tidur saja di kamar Tiara."
Kiara akhirnya merebahkan dirinya, di dalam kamar Tiara.
Pagi sekali, sekitar jam enam pagi Angga yang sudah bangun. Mandi dan memandikan ke tiga anak-anaknya. Anak-anaknya yang biasanya, dimandikan oleh Kiara yang tak melihat keberadaan Kiara langsung bertanya kepada Ayahnya.
"Pah kok, Papa yang memandikan kami."
Protes anak-anaknya Angga.
"Papa saja yang memandikan kalian, Mama kalian sudah meninggal. Kiara hanya orang lain bukan Mama kalian."
"Mama Kiara tetap Mama kami, karena sekarang kan Mama Kiara istri Papa."
"Mama Kiara bukan istri Papa lagi, karena Papa sudah menceraikannya."
Penuturan Angga, membuat anak-anaknya sedih dan kecewa. Mereka akhirnya ngambek kepada Angga. Mereka bahkan mengancam Angga, jika mereka tidak mau sekolah. Angga yang kesal dan emosi, tetap memaksakan anak-anaknya untuk tetap ke sekolah.
Setelah mengantarkan ke tiga anaknya sekolah, Angga langsung berangkat ke kantor. Di kantor, Angga sudah di sambut dengan senyuman oleh Yuananda sang sekretaris kesayangannya.
"Mas kamu baru sampai....!"
"Ya, tolong buatkan aku kopi ya sayang....!"
Yuananda dengan langkah centil, langsung menuju ke pantry. Membuatkan kopi dan tak lupa membawakan Angga makanan.
"Sayang ini kopinya, oia ini donut untuk kamu."
Yuananda dengan centilnya, terduduk di pangkuan Angga, bahkan dia dan Angga saling berpangutan mesra sebelum mereka bekerja.
Sudah jam satu siang, ke tiga anak Angga menunggu Nany untuk menjemputnya. Tetapi tak kunjung datang, mereka bertiga akhirnya menghubungi Oma dan Opanya. Meminta Oma dan Opa mereka untuk menjemput mereka.
Oma dan Opa yang tahu hal tersebut, terlihat sangat panic sekali. Mereka akhirnya menjemput ke tiga cucu mereka yang sangat mereka sayangi dan cintai.
"Kok bisa kalian nggak ada yang jemput? Kemana Mama kalian?" tanya Oma dan Opa dengan nada keheranan.
"Mama sudah di ceraikan oleh Papa, bahkan Papa mengatakan jika Mama bukan Mama kami lagi. Mungkin Mama pergi semalam ketika kami sudah pulas," jawab ke tiganya dengan serempak.
Oma dan Opa sangat terkejut, mereka sangat marah. Dengan kelakuan anak mereka Angga. Karena Angga sudah gegabah mengusir Kiara menantu mereka.
Oma dan Opa mengajak cucu mereka untu malam dahulu, barulah mereka mengantarkan cucu mereka pulang. Nany yang sedang memasak, juga tak luput dari ocehan Oma dan Opa karena nggak menjemput cucu-cucunya.
"Maaf Tuan dan Nyonya," ucap Nany dengan menundukan kepalanya.
"Ya, lain kali kamu jangan begitu lagi."
Setelah kepergian Oma dan Opa, Nany langsung menyuapi ke tiga anak majikannya. Nany juga meminta maaf, karena tidak menjemput mereka bertiga.
"Aden Rian, Aden Riki dan Aden Riko. Maafkan Nany ya karena Nany nggak menjemput Aden."
"Ya Nany, nggak apa-apa. Lain kali jangan begitu lagi," ucap ke tiganya dengan kompak.
Sore ini, Kiara dan keponakannya Tiara. Sedang sibuk mencari pekerjaan. Dari siang hingga sore hari, mereka keliling dari toko ke toko lain. Untuk mencari lowongan pekerjaan. Sehabis magrib barulah mereka bertemu dengan pemilik toko tersebut. Kiara dan adik sepupunya, besok di suruh datang lagi. Besok mereka nggak boleh telat, karena merupakan hari pertama mereka kerja. Isya mereka baru sampai di rumah, Kiara dan Tiara makan malam bersama. Uwa sangat senang sekali, karena keponakan dan anaknya besok sudah mulai bekerja.
"Kalian makan yang banyak ya, pasti kalian lelah. Karena sudah keliling mall seharian."
Kiara dan Tiara, yang baru selesai makan. Bersantai bersama di ruangan keluarga. Ketika jam Sembilan mereka langsung masuk ke dalam kamar untuk segera tertidur.
Malam ini, Rian, Riki dan Riko sedang menonton tv bersama Nany, mereka ber tiga sebenarnya sudah sangat mengantuk sekali. Tetapi mereka urungkan niat mereka untuk tertidur, karena menunggu kedatangan Ayahnya. Yang hingga saat ini belum menampakan batang hidungnya. Hingga jam sepuluh malam, tetapi Ayah mereka belum ada tanda kepulangannya.
"Kok Papa, belum pulang juga....!!!" Seru Riko yang kini tampak resah.
"Bagaimana, jika kita telephone saja," usul Rian dan Riki dengan kompaknya.
Di ruangan kantor, Angga dan Yuananda yang kini sedang asyik bermesraan. Merasa sangat terganggu, ketika sedang tanggung. Tiba-tiba ponsel Angga bordering. Angga langsung mengangkat ponselnya.
"Halo.....!"
"Halo... Papa....!"
"Ya, nak. Ada apa sayang?"
"Kapan Papa pulang?"
"Papa hari ini lembur sayang, kalian ber tiga tidur saja. Jangan menunggu Papa," terang Angga.
Angga menatap lekat Yuananda, Angga meminta Yuananda untuk sabar karena sebentar lagi dia akan menikahi Yuananda. Setelah keputusan ketuk palu dari pengadilan.
"Kamu sabar ya sayang," ucap Angga meyakinkan Yuananda.
"Sampai kapan Mas? Kapan kamu akan menikahi aku Mas?"
"Tunggu sampai ketuk palu dari pengadilan."
Angga akhirnya merapikan tasnya, Angga dan Yuananda memutuskan untuk pulang. Karena sudah sangat malam sekali, Angga mengatarkan Yuanda ke apartemen milik Yuananda. Yuananda yang sangat merindukan kehangatan Angga, berusaha merayu Angga. Yuananda mulai mengecup mesra Angga dan membuka kancing kemeja Angga.
Bersambung.
Buku lain oleh Kim Yoora
Selebihnya