Hati Yang Terpilih

Hati Yang Terpilih

Saraswatinda

5.0
Komentar
847
Penayangan
26
Bab

Kisah wanita bernama Nazwa Rengganis yang sempat down karena diceraikan oleh Rafi, suaminya dengan tiba-tiba. Rumah tangga mereka baik-baik saja selama dua belas tahun ini terlebih mereka juga telah dikaruniai dua orang anak, laki-laki dan perempuan. Walau berat, akhirnya Nazwa mampu bangkit dan mandiri. Di saat Nazwa bersiap untuk membuka lembaran baru dengan menerima lamaran Kafka, laki-laki yang dikenalnya selama sesi konseling yang Nazwa ikuti untuk memulihkan emosinya pasca perceraian, ia baru mengetahui alasan suaminya menceraikannya. Di saat bersamaan, Rafi ingin kembali padanya. Nazwa terjebak dalam keegoisan dua orang laki-laki yang masuk di kehidupannya. Nazwa dihadapi oleh suatu keadaan, ia harus memilih Rafi atau Kafka, atau bahkan tidak keduanya. Jarak yang diambil Nazwa untuk menentukan pilihan hatinya, justru membuatnya masuk ke dalam sebuah petualangan baru tanpa sebuah ikatan. Tawaran pertemanan yang manis, membuat Nazwa sempat terlambung. Sebelum kembali ia dihadapkan akan keadaan dirinya. Seorang single parent dengan dua orang anak yang masih membutuhkan perlindungannya. Akankah hati Nazwa akan mampu memilih dan memulai lembaran kehidupan pernikahan kembali?

Bab 1 Kembalilah Padaku

Sudah seminggu ini Nazwa resah. Ia tak mengerti mengapa Rafi begitu keberatan dengan rencana pernikahannya dengan Kafka. Ia merasa ada yang Rafi inginkan darinya. Ia kenal tabiat Rafi. Nazwa masih saja termangu mengingat percakapannya dengan Rafi saat ia mengantar Salsabila dan Hanif ke rumahnya. Pekan ini adalah jatah Salsabila dan Hanif bersamanya, setelah beberapa pekan yang lalu mereka berada di rumah Rafi.

"Benar apa yang dikatakan Bila, kalau Kafka ingin menikahimu?" tanpa pengantar apapun, Rafi bertanya pada Nazwa yang betul-betul tak menduga kalau Rafi akan membahas masalah pribadinya.

"Mengarah ke sana. Sebetulnya kami sedang mempersiapkan segalanya,"urai Nazwa pelan.

"Secepat itukah hati kamu berubah terhadapku, Naz?" tanya Rafi.

"Maksudnya?" taut Nazwa tak mengerti.

"Ya. Secepat itu kamu bersedia menjalani hubungan menuju pernikahan. Padahal kita resmi berpisah baru dua tahun sepuluh bulan. Tapi kamu sudah melabuhkan hatimu pada orang lain!"sindir Rafi.

Nazwa beristighfar dalam hati mendengar ucapan Rafi. Laki-laki dewasa dihadapannya ini memang masih saja berfikir seperti anak-anak. Dimana semua orang harus mengerti dan mengabulkan setiap keinginannya.

"Raf, pertanyaan kamu tuh, lucu ya?!"ujar Nazwa menanggapi perkataan Rafi.

"Lucu?"Taut Rafi tak mengerti.

"Lucu! Karena perpisahan ini kan keinginan kamu sendiri. Kamu yang melepaskan aku. Kok sekarang kamu yang keberatan kalau ada orang yang berniat baik terhadapku,"cela Nazwa tak mengerti.

"Siapa yang keberatan?"sanggah Rafi.

"Kamu! Pertanyaan kamu yang berkaitan dengan perasaanku terhadap kamu, bukan artinya kamu keberatan kalau aku menyerahkan hatiku pada orang lain?" seru Nazwa balik.

"Aku hanya berpikir tentang anak-anak, Naz."Kilah Rafi.

"Anak-anak? Ada apa dengan mereka? Aku lihat mereka bisa menerima Kafka. Lagi pula Kafka juga sayang dengan mereka. Ia menerima aku satu paket dengan anak-anak." Nazwa menghela nafas sejenak. "Kamu tahu, bahkan ia yang meminta kami tidak menjalani hubungan ini terlalu lama karena adanya anak-anak. Kafka tidak ingin orang berfikir negative tentang stastusku yang janda ini." tukas Nazwa lagi.

Rafi terdiam sejenak sebelum kembali bertanya. "Apa kamu sudah bertanya kepada anak-anak, apa pendapat mereka, Naz?"

"Belum. Mengapa memang?" taut Nazwa tak mengerti.

"Seharusnya kamu juga menimbang pendapat mereka, sebelum memutuskan kelanjutan hubunganmu dengan kafka. Mereka juga yang akan hidup bersama Kafka kelak. Bukan hanya kamu," cibir Rafi.

Deg. Perkataan Rafi menyentak hatinya.

"Naz, kalau aku boleh tahu, apa yang membuat kamu memutuskan menikah dengan Kafka? Sebaik apakah Kafka di matamu? Apa yang kamu lihat dari seorang Kafka?" kali ini Rafi bertanya dengan suara pelan.

Ditatapnya wanita yang duduk di hadapannya ini. Nazwa. Nazwa Rengganis namanya. Wanita yang menemaninya dalam bahtera rumah tangga selama dua belas tahun lamanya. Wanita yang telah melahirkan dua malaikat kecilnya, Salsabila dan Hanif. Wanita yang telah begitu sabar dan pengertian akan semua perilaku dan tabiat-tabiatnya yang sulit. Dan wanita yang telah dicampakkannya tanpa memberikan wanita itu kesempatan untuk membela dirinya sendiri. Tanpa tahu alasan yang menjadi penyebab perceraian mereka. Ironisnya, semua kebaikan Nazwa terpampang dengan jelasnya saat ia tak lagi memiliki Nazwa. Memang benar ucapan orang bijak, kita akan menyadari telah kehilangan sesuatu yang sesungguhnya berharga untuk kita justru pada saat kita tak lagi memilikinya.

"Apa tidak terpikir olehmu, bahwa kita bisa kembali bersatu, Naz?" tanpa menunggu jawaban Nazwa, Rafi kembali bertanya.

"Tali yang terjalin lalu sengaja diputuskan, kemudian akan disambung kembali?" Nazwa bertanya pada Rafi dan dirinya sendiri. Ia menghembuskan nafas. "Maaf, Fi. Itu tidak ada dalam kamus hidupku!" Jawab Nazwa tegas.

"Bahkan demi anak-anak?" desak Rafi.

Nazwa terdiam. ia belum bisa menjawab. Sesungguhnya ia menyayangi Rafi dan kedua anaknya. Tetapi tindakan Rafi yang menggugat cerai dirinya di pengadilan itu yang membekas di hatinya. Nazwa tak pernah mengira pernikahannya akan berakhir seperti ini. Ia tak pernah mengerti kesalahan sebesar apakah yang pernah dibuatnya, sampai Rafi menjatuhkan talak untuknya. Seingat Naz, ia sudah memenuhi semua keinginan Rafi sebagai suaminya. Sewaktu Rafi ingin ia meninggalkan pekerjaannya dan konsentrasi mengurus keluarga, Naz segera resign dari pekerjannya setelah melahirkan Salsabila, anak pertama mereka. Sewaktu Rafi ingin Nazwa tidak lagi mengikuti klub tempat ia menyalurkan hobinya membuat kue dan menanam, Nazwa menurut.

Apapun keinginan dan perintah Rafi telah dipatuhinya, walaupun ia harus merelakan kepentingan dan kesenangannya sendiri. Tapi yang didapatnya adalah talak dari Rafi. Sampai detik ini pun, saat ia telah berhasil menghalau kesedihannya dan memutuskan untuk memulai hidup baru dengan laki-laki lain, Nazwa masih belum mengerti mengapa Rafi menceraikannya. Dan sekarang, mengapa justru Rafi yang seolah-olah menyalahkan keputusannya untuk menikah kembali?

Nazwa menggeleng tak mengerti. "Rafi, aku rasa kamu sudah tahu jawabannya. Terima kasih sudah mengantarkan anak-anak. Maaf, sudah larut sekarang. Aku ingin menemani anak-anak untuk istirahat," Usir Nazwa halus.

Rafi menghembuskan nafasnya mendengar ucapan Nazwa. Ia tahu, akan sulit untuk merubah hati Nazwa. Tetapi, ia tidak akan mundur untuk mencapai keinginannya. "Baiklah. Aku pulang. Minggu depan aku akan jemput anak-anak untuk kembali menginap di rumahku," seru Rafi kesal.

Saat itu Nazwa hanya mengangguk mengiyakan. Ia menutup pintu begitu Rafi berbalik badan dan melangkah meninggalkan rumahnya. Setelah itu ia menuju ke kamar Salsa dan Hanif, mengucapkan selamat tidur dan masuk ke dalam kamarnya sendiri.

Sudah tujuh hari lamanya ia berpikir dengan keras, berusaha mencari tahu dan mengerti alasan Rafi mengucapkan itu semua. Kembali kepadanya? Nazwa tersenyum tak percaya. Bisa-bisanya laki-laki yang hidup bersamanya selama dua belas tahun itu mengucapkan kalimat itu dengan mudah.

Kamu yang melepaskanku Fi! Kamu yang menceraikanku! Sekarang kamu ingin aku kembali padamu?! Egois sekali kamu! Rutuk Nazwa dalam hatinya. Aku tidak berpikir tentang anak-anak saat hendak menikah kembali? Hey, tidakkah kamu berpikir tentang anak-anak saat kamu melepaskanku?! Kembali Nazwa berteriak dalam hatinya.

Dering telepon membuyarkan percakapan tentang isi hati dan kepalanya yang berada di kepalanya beberapa hari ini. Ia mengangkat gagang telepon dan membuka salam, "Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam. Maaf, bisa saya bicara dengan Nazwa Rengganis?" suara lembut seorang perempuan membalas salamnya.

"Saya Nazwa Rengganis. Maaf, ini dengan siapa?" tanya Nazwa karena ia merasa kurang familiar dengan suara sang penelepon.

"Saya Renata, Nazwa. Sahabat Rafi. Begini, kalau boleh, saya meminta waktu untuk bertemu. Ada hal penting yang harus saya utarakan. Tapi rasanya jika melalui telepon kurang nyaman."

Kening Nazwa bertaut. Hal penting? Soal apa?

"Halo Naz . . . Nazwa?!" Suara di seberang kembali terdengar karena Nazwa tak kunjung menjawab.

"Eh, iya. Maaf. Sebelumnya, hal penting apa ya?" tanya Nazwa mengutarakan rasa penasarannya.

"Mmh . . . Soal . . . Alasan kamu diceraikan oleh Rafi!"

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku