Dalam satu malam saja dia telah dihancur lumatkan takdir yang terasa sangat tidak adil terhadapnya. Kesuciannya direnggut dengan mudah oleh pria yang tidak dikenalinya, harga diri yang dia jaga selama ini tercalar. Dia merasa terpuruk dan jijik. Dengan sedikit rasa simpati, Fendy menikahinya dengan perjanjian kontrak 6 bulan. Layanan dingin awalnya berubah menjadi cinta. Namun perbedaan kasta antara si kaya dan si miskin membuat cinta mereka terombang ambing. Mampu kah Maya dan Fendy melalui semuanya, konflik balas dendam dan cinta terhalang menambahkan lagi keseruan cerita ini. Terus menjelajah dalam sebuah kisah cinta yang dramatik, lucu dan romantis.
Dingin subuh menggigit tubuh mulus seorang gadis cantik yang kelihatan terbaring lesu. Dia dengan malas membuka matanya, matahari yang tertuju pas ke netranya membuat pandangannya kabur. Sakit seluruh tubuhnya seakan memaksanya untuk terus terlelap.
Perlahan kelopak matanya yang indah terbuka. Memerhati sekeliling, otaknya mulai dihujani pertanyaan.
Alangkah kagetnya dia saat melihat tubuhnya yang selama ini sering dia tutupi kini polos tanpa seurat benang. Hanya kain lusuh yang menutupi sebahagian pahanya, perlahan dia menarik kain yang menggumpal di sudut katil menutupi tubuhnya yang terbuka. Kepalanya terasa berat, pikirannya menjalar kemana mana, dia tidak bisa mengingat kejadian apa yang menimpanya hingga dia bisa bertelanjang di ranjang asing di sisi seorang pria.
Pria di sampingnya tertidur pulas, hanya deru nafasnya yang kedengaran. Tangan pria itu menindih perutnya hingga dia merasa takut dan dengan hati-hati mengalihkannya. Dia menatap pria yang ada di sampingnya, berulang kali namun dia tidak mengenalinya.
Tubuhnya bergetar, air matanya muntah tanpa tertahan.
Dia mendesak pikirannya untuk coba mengingat kembali satu persatu kejadian semalam, semakin keras dia berpikir dia semakin bingung. Terakhir yang tersimpan di memorinya adalah perjalanannya ke kota metropolitan ini bersama Tony si sopir mobil dan Om Ronald
Pikirannya melayang ke saat dia berpamitan dengan Tante Mira saudara ibunya. Tempat dia menumpang hidup selepas pemergian nenek Siti
"Tante, aku pergi dulu ya. Doakan aku segera dapat pekerjaan."
Mira memandangnya tersenyum, "Baik-baik ya nak, ikuti saja Kata om mu.. katanya kamu akan kerja jadi pelayan di sebuah restoran."
"Kakak Maya, ntar sudah gajian kirimin aku boneka ya." Sahut adik sepupunya Cici yang comel.
"Ya, nanti kakak beliin. Yang penting Cici harus dengar omongan mama Mira ya.?"
"Baik kakak." Cici memeluknya erat.
"Nanti udah kerja, jangan lupa kirimi Tante kabar ya nak."
Dia hanya mengangguk perlahan, entah mengapa hatinya berat meninggalkan kampung halaman, Desa tempat dia membesar dan memori suka duka bersama neneknya. Dia tertunduk pilu , Mira harus kuat dan akur dengan permintaan om dan tantenya untuk merantau ke kota mencari sesuap nasi. Tak mau lagi menjadi beban kehidupan mereka yang tidak berkecukupan.
Om Ronald yang selalu bengis dan memiliki pandangan liar terhadapnya entah mengapa sejak kebelakangan ini begitu baik padanya. Orang tua itu sering menyodorkan uang padanya.
"Ini uang, ambil buat belanja."
"Nga usah om, kasi ke Tante aja."
Matanya selalu melotot memerhatikan gerak geri Maya, terkadang gadis itu merasa lirih dan takut.
Hidup menumpang membuat Wulan merasa serba salah. Dia sadar telah menambahkan beban hidup mereka.
Lamunan singkatnya terhenti..
"Astagfirullah Al adzim". dia beristigfar berulang kali sambil mengusap kasar ke wajahnya. Dia baru ingat om Ronald menyodorkan sekaleng minuman soda, dia yang haus langsung saja menghabiskan sekaleng serta merta, dan sejak dari itu pikirannya mulai kabur.
Yang dia sempat ingat, orang tua bejat itu bersama Tony memindahkan nya ke sebuah Mobil sedan berwarna hitam. Pandangannya melayang layang dia tidak berdaya dan setelah itu dia tidak bisa mengingat apapun lagi.
Melihat kondisinya sekarang ini,dia sadar apa yang telah terjadi, sesak di dadanya seakan tidak bisa tertahan lagi. Dia merasa nafasnya tersendat seakan mati adalah pilihan terbaik buatnya.
Om Ronald yang dianggapnya sebagai orang tuanya sendiri tega merencanakan kejadian hitam semalam, pasti dialah dalang di sebalik semua ini.
"Ini ulah orang tua bejat itu." Jerit batinnya.
Pantas saja dia sering berbisik-bisik dengan Tony sambil menjeling ke arahnya. Ya Allah, sungguh gelap dan jahat perencanaan ini. Hati Maya perih membayangkan pengkhianatan om nya.
Dalam satu malam saja dia telah dihancur lumatkan takdir yang terasa sangat tidak adil terhadapnya. Kesuciannya direnggut dengan mudah oleh pria yang tidak dikenalinya, harga diri yang dia jaga selama ini tercalar. Dia merasa terpuruk dan jijik.
Tangisnya mula menggetarkan seluruh tubuhnya, ketakutan juga menyelubungi benaknya, apakah dia akan terus diperlakukan sehina ini.
Tangisnya pecah, dia harus bertindak pikirnya.
Dia sontak bangun, menarik nafas dalam-dalam, menyeka air matanya yang tersisa. Dia berusaha mengumpul segala kekuatan yang dia punya lalu membangunkan pria di sampingnya..
"Mas, bangun Mas.."
Pria itu tidak merespon.
"Mas, tolong mas. bangun mas, aku mau bicara".. Maya menggoncang keras tubuh pria itu.