Devasmitha seorang gadis dengan mata indah. Dia bekerja sebuah toko kue, toko kecil yang berada di pinggir pasar. Mitha berusia 20 tahun bekerja banting tulang demi menghidupi dirinya dan adiknya. Hidup berdua bersama seorang adik laki-laki bernama Devasanggara. Namun, selalu saja ada masalah yang dilakukan oleh Angga membuat sang kakak harus bekerja lebih keras lagi. Memiliki adik yang suka minum-minuman keras dan suka membuat onar. Kehidupannya berubah ketika dirinya ditipu sahabatnya Nindi. Dijual di tempat pelacur dan harus melayani om-om hidung belang, karena wajah cantik dan tubuh sempurna Mitha akhirnya dia dilelang. Bertemu dengan Reyhan Dirgantara adalah hal yang membuat hidup Mita berubah menjadi 360°. Harus menikah dengan orang yang baru dikenal yang merupakan sosok penyelamat bagi hidupnya. Reyhan yang akhirnya menikahi Mitha. Hubungan tanpa cinta dan banyaknya perbedaan membuat Mitha lelah.
"Mitha tolong nanti kamu pergi ke toko!" Bu Rahma menyodorkan kertas berisi catatan belanjaan.
Mitha bergegas menghampiri Bu Rahma. Bu Rahma adalah bos dari Mitha.
Mitha adalah gadis berusia 20 tahun. Gadis manis yang memiliki mata indah. Namun, tidak seindah hidupnya yang harus selalu berjuang untuk menyambung hidup bersama adik laki-lakinya.
Angga adalah adik dari Mitha, remaja pembuat onar yang selalu memberi masalah baru bagi kakaknya. Suka mabuk-mabukan padahal dirinya masih duduk di bangku SMA.
Berulang kali keluar masuk kantor polisi karena membuat onar. Sikap Angga membuat Mitha lelah, tetapi dia harus tetap bertahan.
Hidup hanya berdua membuat Mitha harus banting tulang. Gadis yang terpaksa menjadi kuat padahal aslinya rapuh.
"Kamu mau ke mana Mit?" tanya Rangga.
"Ah Rangga bikin kaget saja. Aku mau ke toko beli bahan kue." Mitha segera mengeluarkan motor hitam kesayangannya.
"Hati-hati ya!" Rangga menarik motor Mitha membantu gadis idaman yang dikaguminya dalam diam.
Mitha meninggalkan Rangga yang merupakan tukang parkir di pasar. Rangga selalu membantu Mitha saat susah.
"Kapan aku bisa bilang perasaan aku ke kamu Mitha?" Rangga menggaruk kepalanya lelah.
Ketika jatuh cinta, tidak semua orang berani mengungkapkannya secara gamblang kepada seseorang yang membuatnya jatuh hati. Karena tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaannya, tak jarang orang memilih untuk menyembunyikan perasaannya dan hanya mencintai dalam diam.
"Ungkapkan saja!" Dion menepuk pundak Rangga.
"Maunya, tapi aku yakin tidak akan mudah. Kamu tahu adiknya seperti apa?" jawab Rangga berjalan menghampiri seorang ibu-ibu yang mengeluarkan motornya.
"Kalau aku berhubungan dengan Mitha otomatis aku harus menghidupi Angga juga. Kamu tahu sendiri, seperti apa Angga!" lanjut Rangga.
Tak jauh dari tempat mengobrol Rangga dan Dion seorang gadis dengan wajah dingin menatap mereka murka.
"Tunggu Mitha, aku pasti singkirin kamu. Semua orang akan jijik dengan kamu!" Gadis itu mengepalkan tangannya dengan senyum jahat di bibir tipisnya.
Mitha memasuki toko bahan kue dan segera memilih barang yang ada di kertas catatan pemberian Bu Rahma.
Setelah membayar Mitha segera menaikkan barang belanjaannya ke atas motornya.
"Aku sudah melihat gadis itu, nanti malam aku akan culik dia dan serahkan dia kepada Mami." Seorang pria dengan tubuh tegap menatap Mitha seolah Mitha adalah makanan enak.
Mitha pergi dari toko dan kembali menuju tempatnya bekerja. Tanpa dia tahu hal buruk akan menghampirinya.
"Mitha hari ini kamu bisa lembur kan? Ibu banyak pesanan untuk besok." Bu Rahma mengeluarkan barang belanjaan Mitha.
"Bisa Bu, tapi nanti ijin pulang dulu. Biasa membawakan Angga makanan dulu." Bu Rahma menganggukkan kepala menyetujui permintaan Mitha.
"Kamu harus tetap kuat ya, dengan sikap adikmu itu. Pelan-pelan kamu arahkan dia, untuk bisa berubah." Bu Rahma mengusap punggung Mitha lembut.
"Kamu istirahat makan dulu. Ini uang tolong belikan ibu nasi kuning yang di seberang jalan." Mitha segera berjalan menuruti perintah bosnya yang sangat baik.
Mitha segera berjalan membelikan pesanan bosnya. Dia menyeberang jalan untuk membeli 2 bungkus nasi. Setiap hari Mitha mendapat makan dari bosnya, jadi dia bisa lebih hemat.
"Kak bagi uang!" Angga berhenti di depan Mitha.
"Kakak tidak punya uang Ga." jawab Mitha.
"Buat apa kakak kerja, kalau kakak selalu tidak punya uang?" betak Angga.
Mitha menutup matanya ketika melihat Angga melajukan motornya dengan kencang. Angga pergi dengan perasaan marah.
"Rugi sekali, aku punya kakak sepertimu!" teriak Angga dari kejauhan.
Mitha hanya menatap nanar kepergian Angga. Bukan Mitha tak marah, tetapi Mitha bingung marah kepada siapa?
Orang tua Mitha tidak ada, ayahnya meninggal 5 tahun yang lalu karena kecelakaan kerja. Ayah yang bekerja sebagai kernet truk meninggal karena kecelakaan. Ibu Mitha menghilang tanpa kabar, orang yang seharusnya menjaga Mitha dan Angga pergi entah ke mana.
"Ini Bu!" Mitha menyodorkan katung keresek kepada Bu Rahma.
"Kenapa dengan adikmu? Ibu lihat tadi kalian bersama." tanya Bu Rahma sambil meletakan dua piring di atas meja.
"Aku bingung Bu, Angga berubah jadi pembangkang. Selalu minta uang untuk berfoya-foya, suka mabuk. Aku lelah menasihatinya." Mitha menunduk rapuh.
"Angga butuh sosok seorang ibu, tapi ibu kami entah ke mana?" keluh Mitha.
"Kamu mau menjadi anakku?" tanya Bu Rahma.
Mitha menatap Bu Rahma yang tersenyum tulus. Bu Rahma hidup seorang diri semenjak suaminya meninggal karena sakit. Beliau tidak memilik anak, Beliau sangat menyayangi Mitha.
"Tinggallah di sini bersama ibu, ajak juga adikmu! Siapa tahu dengan adanya ibu di antara kalian membuat Angga berubah. Ibu pikir daripada kalin mengontrak di sana dan bayar, lebih baik kalian di sini temani ibu." Mata Mitha berembun mendengar perkataan Bu Rahma.
"Tapi aku takut Bu."
"Apa yang kamu takutkan?" tanya Bu Rahma.
"Angga, aku takut Angga membuat ibu malu. Ibu tahu sendiri seperti apa dia." jawab Mitha.
"Pelan-pelan kita arahkan dia, ibu yakin bisa mengembalikan Angga yang dulu. Angga yang manis dan penurut, kamu rapikan barangmu nanti sore kamu langsung tinggal di sini bersama Angga." Bu Rahma merangkul pundak Mitha.
"Terima kasih Bu, aku tidak tahu harus bilang apa. Namun, yang pasti aku selalu berterima kasih dan berdoa untuk kebaikan ibu!" Mitha memeluk Bu Rahma sosok ibu pengganti untuk dirinya.
Mitha merapikan barang-barangnya di rumah kontrakannya. Tidak terlalu banyak karena banyak barang yang sudah habis di jual oleh Angga.
"Kak, kenapa semua barang di kemas?" tanya Angga.
"Kita tinggal di rumah Bu Rahma sekarang. Kakak ingin kamu bisa menjaga nama baik Bu Rahma. Beliau sangat baik, kakak mau kamu jaga sikap kamu. Jangan membuat Bu Rahma malu!" kata Mitha.
"Kenapa harus pindah? Kita bisa tetap tinggal di sini, tanpa harus numpang di tempat orang." Kata Angga.
"Dengar kakak, ini semua untuk kebaikan kita. Kalau kita tinggal di sana, kita bisa lebih irit tanpa harus bayar sewa rumah. Jadi gaji kakak bisa bayar biaya sekolah kamu." jawab Mitha.
Angga memasukkan barangnya ke dalam tas. Ada senyum tipis terulas dibibirnya.
Jam 6 sore Mitha dan Angga sudah berada di rumah sekaligus toko kue milik Bu Rahma. Mitha segera memasukkan barangnya ke kamar yang telah di siapkan Bu Rahma.
"Angga, sini nak!" panggil Bu Rahma.
Angga mendekati Bu Rahma degan canggung. Bu Rahma meraih tangan pria yang memiliki wajah manis ini.
"Angga, kamu mau tinggal di sini?" tanya Bu Rahma lembut.
"Ya Bu, Angga mau. Namun, Angga takut nanti ibu lelah dengan kami. Angga takut ibu membuang kami seperti Mama yang menghilang!" jawab Angga.
"Ibu tidak akan meninggalkan kalian selama kalian bersikap baik!" kata Bu Rahma.
Bu Rahma bangkit menuju dapur dan membawakan Angga sepiring nasi goreng.
"Makanlah, ibu tahu kamu belum makan!" Bu Rahma meletakan piring penuh dengan nasi goreng di depan Angga.
Mitha tersenyum melihat sosok Angga yang dulu kembali terlihat. Mitha berharap ini bukan khayalan.
Bab 1 Pindah
17/09/2023
Bab 2 Dijual
17/09/2023
Bab 3 Lelang
17/09/2023
Bab 4 Menikahlah Denganku
19/09/2023
Buku lain oleh Nivya_Diza
Selebihnya