Anggun Nirmala, wanita yang dijadikan sebagai tebusan hutang oleh ayahnya. Namun, keberuntungan memihak kepada Anggun, dia ditolong oleh lelaki asing yang bahkan dirinya sendiri tidak tahu siapa dan berasal darimana. Anggun berjanji akan menuruti apapun permintaan lelaki yang sudah menolongnya. Tetapi, Anggun terdiam ketika lelaki itu menyebutkan keinginannya.
Elgar Aditara, tatapan mata lelaki itu tertuju pada segerombolan laki-laki yang menggandeng seorang wanita.
Di tempat dia berada saat ini, memang tidak aneh ketika ada banyak orang yang menggunakan waktunya untuk bersenang-senang dengan kekasihnya. Tetapi, ada sesuatu yang terlihat berbeda.
Wanita itu terlihat berat ketika melangkahkan kakinya untuk mengikuti para lelaki yang membawanya. Dia berjalan seolah terpaksa, bukan karna kemauannya.
"El, itu bukan urusan kita. Jadi tidak perlu ikut campur."
Seorang wanita menahan tubuh Elgar yang beranjak dari tempatnya agar tetap berada disampingnya.
Elgar kembali menatap wanita yang hampir tidak terlihat karena sudah memasuki area VIP.
"Sebentar saja. Aku hanya ingin memastikan sesuatu."
Elgar meninggalkan teman-temanya dan mengikuti wanita yang tadi dirinya lihat. Namun, kemana perginya wanita itu?
Elgar ingin tidak peduli, tapi kakinya enggan untuk melangkah pergi. Elgar mencoba membuka salah satu pintu yang ada di area VIP, namun terkunci. Elgar kembali mencoba membuka pintu yang lain, namun sama saja, terkunci. Hingga ahirnya, Elgar berhasil masuk ke salah satu ruangan yang tidak terkunci.
"Siapa kamu? Jangan mencoba untuk mengganggu kesenangan kami," ujar lelaki yang paling tua diantara yang lainya.
Elgar tidak menganggapi ucapan lelaki tersebut, dirinya hanya fokus pada wanita yang saat ini duduk di sofa, tengah dipaksa minum oleh lelaki lainnya.
Wanita itu menyadari kedatangan Elgar, dari gerakan mulutnya, elgar dapat memahami jika wanita tersebut mengatakan. "Tolong," meski tanpa suara.
"Apakah kalian terlalu menikmati, sampai lupa mengunci pintunya?"
Elgar mendekat, masuk ke dalam ruangan setelah menutup pintu. Tatapan matanya tidak beralih kemanapun selain menatap wanita yang berada di sofa, ditemani lelaki yang berada di sebelah kanan dan kirinya.
"Sudah aku peringatkan untuk jangan mengganggu kesenangan kami. Jadi silahkan pergi sebelum kami menghajarmu."
Salah satu dari segerombolan laki-laki itu menghadang Elgar yang melangkah maju. Tidak ingin membuang waktu, Elgar menghajar satu persatu para lelaki yang ada di ruangan tersebut. Elgar kemudian membawa wanita itu setelah berhasil melumpuhkan keempat lelaki yang ada di sana. Elgar mencium aroma alkohol dari tubuh wanita yang saat ini bersamanya, sehingga membuat wanita itu tidak berdaya.
Apakah aku selamat? Apakah dia menolongku?
Tidak ada lagi yang wanita itu dengar, matanya terasa berat, penglihanya semakin lama semakin buram. Hingga ahirnya, matanya terpejam.
Elgar membawa wanita itu ke mobilnya, membawanya pergi dari area klub setelah memberitahu temannya jika dirinya pulang lebih dulu.
---------
"Dimana aku?"
Wanita itu ahirnya bangun setelah dua jam tertidur. Matanya sibuk menelusuri tempat dirinya berada saat ini hingga melihat sosok lelaki yang duduk di sofa, tepat di sebelah ranjang yang dia tiduri.
"Ahirnya bangun juga. "
Elgar beranjak dari tempatnya, menghampiri wanita yang saat ini terlihat kebingungan.
Anggun mengambil posisi duduk ketika lelaki tersebut mendekatinya. Raut wajahnya terlihat ketakutan sehingga membuat tubuhnya gemetar.
"Bagaimana, apakah sudah merasa lebih baik?" ucal Elgar yang berdiri di samping ranjang.
Wanita itu termenung untuk sejenak, mengingat apa yang terjadi padanya sebelum dirinya berada di sebuah kamar bersama lelaki asing ini.
"Kamu ... pasti orang yang tadi menolongku." ujar Anggun setelah mengingat kejadian yang menimpanya hari ini.
"Namaku Elgar. Siapa namamu?"
"Anggun."
"Nama yang cantik." Elgar menyematkan senyum tipis di ujung bibirnya ketika menggoda Anggun. "Istirahatlah disini, aku pastikan kamu aman. Waktu sudah terlalu malam, aku harus segera pulang."
Pulang! Jadi ini bukan rumahnya? Lalu rumah siapa?
Anggun semakin kebingungan, dirinya ingin menanyakannya, tapi, ada yang ingin Anggun katakan, lebih penting dari apa yang akan dia tanyakan.
"Terimakasih sudah menolongku. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri, akan melakukan apapun untukmu karena sudah menyelamatkan hidupku. Jika tidak, aku tidak tau akan menjalani hidup seperti apa."
Elgar tersenyum, namun senyumannya seolah menyimpan maksut tertentu. "Kamu yakin dengan ucapanmu?"
Anggun mengangguk, dia sangat yakin.
"Bagaimana kalo aku meminta tubuhmu sebagai imbalannya?"
Bab 1 Awal bertemu
26/05/2025
Bab 2 Awal bertemu
26/05/2025
Bab 3 Hari pertama
26/05/2025
Bab 4 Merasa canggung
26/05/2025
Bab 5 Merasa canggung
26/05/2025
Bab 6 Tidak ada ikatan
27/05/2025
Bab 7 Tidak ada ikatan
27/05/2025
Bab 8 Tertarik
28/05/2025
Bab 9 Tidak adil
28/05/2025
Bab 10 Mulai nyaman
28/05/2025
Bab 11 Saling nyaman
28/05/2025
Bab 12 Saling nyaman
28/05/2025
Bab 13 Semakin terikat
28/05/2025
Bab 14 Terjadi lagi
29/05/2025
Bab 15 Terpesona
29/05/2025
Bab 16 Cemburu
29/05/2025
Bab 17 Terbawa arus
29/05/2025
Bab 18 Percaya
29/05/2025
Bab 19 Rasa yang salah
03/06/2025
Bab 20 Peringatan
03/06/2025
Bab 21 Konsekuensi
03/06/2025
Bab 22 Merasa lalai
03/06/2025
Bab 23 Perihal hati
03/06/2025
Bab 24 Mengutarakan perasaan
03/06/2025
Bab 25 Rencana baru
03/06/2025
Bab 26 Malam yang spesial
04/06/2025
Bab 27 Bahagia denganmu
04/06/2025
Bab 28 Semakin tertarik
05/06/2025
Bab 29 Terpukau
21/06/2025
Bab 30 Jaga batasan
22/06/2025
Bab 31 Rencana yang gagal
23/06/2025
Bab 32 Tetap bertahan
24/06/2025
Bab 33 Tergoda
25/06/2025
Bab 34 Mendapat Jawa
26/06/2025
Bab 35 Merencanakan sesuatu
27/06/2025
Bab 36 Merasa bersalah
28/06/2025
Bab 37 Kehilangan kendali
29/06/2025
Bab 38 Mengenal lebih jauh
30/06/2025
Bab 39 Pertikaian
01/07/2025
Bab 40 Takut kehilangan
02/07/2025