Cinta yang dinantikan

Cinta yang dinantikan

sandikata

5.0
Komentar
4K
Penayangan
91
Bab

Anggun Nirmala, wanita yang dijadikan sebagai tebusan hutang oleh ayahnya. Namun, keberuntungan memihak kepada Anggun, dia ditolong oleh lelaki asing yang bahkan dirinya sendiri tidak tahu siapa dan berasal darimana. Anggun berjanji akan menuruti apapun permintaan lelaki yang sudah menolongnya. Tetapi, Anggun terdiam ketika lelaki itu menyebutkan keinginannya.

Bab 1 Awal bertemu

Elgar Aditara, tatapan mata lelaki itu tertuju pada segerombolan laki-laki yang menggandeng seorang wanita.

Di tempat dia berada saat ini, memang tidak aneh ketika ada banyak orang yang menggunakan waktunya untuk bersenang-senang dengan kekasihnya. Tetapi, ada sesuatu yang terlihat berbeda.

Wanita itu terlihat berat ketika melangkahkan kakinya untuk mengikuti para lelaki yang membawanya. Dia berjalan seolah terpaksa, bukan karna kemauannya.

"El, itu bukan urusan kita. Jadi tidak perlu ikut campur."

Seorang wanita menahan tubuh Elgar yang beranjak dari tempatnya agar tetap berada disampingnya.

Elgar kembali menatap wanita yang hampir tidak terlihat karena sudah memasuki area VIP.

"Sebentar saja. Aku hanya ingin memastikan sesuatu."

Elgar meninggalkan teman-temanya dan mengikuti wanita yang tadi dirinya lihat. Namun, kemana perginya wanita itu?

Elgar ingin tidak peduli, tapi kakinya enggan untuk melangkah pergi. Elgar mencoba membuka salah satu pintu yang ada di area VIP, namun terkunci. Elgar kembali mencoba membuka pintu yang lain, namun sama saja, terkunci. Hingga ahirnya, Elgar berhasil masuk ke salah satu ruangan yang tidak terkunci.

"Siapa kamu? Jangan mencoba untuk mengganggu kesenangan kami," ujar lelaki yang paling tua diantara yang lainya.

Elgar tidak menganggapi ucapan lelaki tersebut, dirinya hanya fokus pada wanita yang saat ini duduk di sofa, tengah dipaksa minum oleh lelaki lainnya.

Wanita itu menyadari kedatangan Elgar, dari gerakan mulutnya, elgar dapat memahami jika wanita tersebut mengatakan. "Tolong," meski tanpa suara.

"Apakah kalian terlalu menikmati, sampai lupa mengunci pintunya?"

Elgar mendekat, masuk ke dalam ruangan setelah menutup pintu. Tatapan matanya tidak beralih kemanapun selain menatap wanita yang berada di sofa, ditemani lelaki yang berada di sebelah kanan dan kirinya.

"Sudah aku peringatkan untuk jangan mengganggu kesenangan kami. Jadi silahkan pergi sebelum kami menghajarmu."

Salah satu dari segerombolan laki-laki itu menghadang Elgar yang melangkah maju. Tidak ingin membuang waktu, Elgar menghajar satu persatu para lelaki yang ada di ruangan tersebut. Elgar kemudian membawa wanita itu setelah berhasil melumpuhkan keempat lelaki yang ada di sana. Elgar mencium aroma alkohol dari tubuh wanita yang saat ini bersamanya, sehingga membuat wanita itu tidak berdaya.

Apakah aku selamat? Apakah dia menolongku?

Tidak ada lagi yang wanita itu dengar, matanya terasa berat, penglihanya semakin lama semakin buram. Hingga ahirnya, matanya terpejam.

Elgar membawa wanita itu ke mobilnya, membawanya pergi dari area klub setelah memberitahu temannya jika dirinya pulang lebih dulu.

---------

"Dimana aku?"

Wanita itu ahirnya bangun setelah dua jam tertidur. Matanya sibuk menelusuri tempat dirinya berada saat ini hingga melihat sosok lelaki yang duduk di sofa, tepat di sebelah ranjang yang dia tiduri.

"Ahirnya bangun juga. "

Elgar beranjak dari tempatnya, menghampiri wanita yang saat ini terlihat kebingungan.

Anggun mengambil posisi duduk ketika lelaki tersebut mendekatinya. Raut wajahnya terlihat ketakutan sehingga membuat tubuhnya gemetar.

"Bagaimana, apakah sudah merasa lebih baik?" ucal Elgar yang berdiri di samping ranjang.

Wanita itu termenung untuk sejenak, mengingat apa yang terjadi padanya sebelum dirinya berada di sebuah kamar bersama lelaki asing ini.

"Kamu ... pasti orang yang tadi menolongku." ujar Anggun setelah mengingat kejadian yang menimpanya hari ini.

"Namaku Elgar. Siapa namamu?"

"Anggun."

"Nama yang cantik." Elgar menyematkan senyum tipis di ujung bibirnya ketika menggoda Anggun. "Istirahatlah disini, aku pastikan kamu aman. Waktu sudah terlalu malam, aku harus segera pulang."

Pulang! Jadi ini bukan rumahnya? Lalu rumah siapa?

Anggun semakin kebingungan, dirinya ingin menanyakannya, tapi, ada yang ingin Anggun katakan, lebih penting dari apa yang akan dia tanyakan.

"Terimakasih sudah menolongku. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri, akan melakukan apapun untukmu karena sudah menyelamatkan hidupku. Jika tidak, aku tidak tau akan menjalani hidup seperti apa."

Elgar tersenyum, namun senyumannya seolah menyimpan maksut tertentu. "Kamu yakin dengan ucapanmu?"

Anggun mengangguk, dia sangat yakin.

"Bagaimana kalo aku meminta tubuhmu sebagai imbalannya?"

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Gavin
5.0

Namaku Alina Wijaya, seorang dokter residen yang akhirnya bertemu kembali dengan keluarga kaya raya yang telah kehilangan aku sejak kecil. Aku punya orang tua yang menyayangiku dan tunangan yang tampan dan sukses. Aku aman. Aku dicintai. Semua itu adalah kebohongan yang sempurna dan rapuh. Kebohongan itu hancur berkeping-keping pada hari Selasa, saat aku menemukan tunanganku, Ivan, tidak sedang rapat dewan direksi, melainkan berada di sebuah mansion megah bersama Kiara Anindita, wanita yang katanya mengalami gangguan jiwa lima tahun lalu setelah mencoba menjebakku. Dia tidak terpuruk; dia tampak bersinar, menggendong seorang anak laki-laki, Leo, yang tertawa riang dalam pelukan Ivan. Aku tak sengaja mendengar percakapan mereka: Leo adalah putra mereka, dan aku hanyalah "pengganti sementara", sebuah alat untuk mencapai tujuan sampai Ivan tidak lagi membutuhkan koneksi keluargaku. Orang tuaku, keluarga Wijaya, juga terlibat dalam sandiwara ini, mendanai kehidupan mewah Kiara dan keluarga rahasia mereka. Seluruh realitasku—orang tua yang penuh kasih, tunangan yang setia, keamanan yang kukira telah kutemukan—ternyata adalah sebuah panggung yang dibangun dengan cermat, dan aku adalah si bodoh yang memainkan peran utama. Kebohongan santai yang Ivan kirimkan lewat pesan, "Baru selesai rapat. Capek banget. Kangen kamu. Sampai ketemu di rumah," saat dia berdiri di samping keluarga aslinya, adalah pukulan terakhir. Mereka pikir aku menyedihkan. Mereka pikir aku bodoh. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku