Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Putri Yang Ditukar

Putri Yang Ditukar

Yossyta S

5.0
Komentar
3.6K
Penayangan
24
Bab

Syaqilla tidak pernah mengira kalau ibunya sangat membenci dirinya. Sehingga sedari ia lahir, ia dititipkan di panti asuhan. Namun setelah ia beranjak dewasa wanita yang disebut ibu itu, tiba-tiba datang dan memintanya untuk tinggal bersamanya. Sungguh di luar dugaan, kenyataan itu sangat pahit. Setelah dua tahun ia tinggal bersama ibunya, sang ibu malah tega menjualnya ke seorang laki-laki yang tak lain adalah rentenir, tempat ibunya meminjam uang dengan bunga yang tinggi. Lalu, apa yang akan terjadi? Apakah Syaqilla mau menuruti kemauan ibunya dan menikah dengan rentenir tua itu? Sebenarnya, apa penyebab ibunya Syaqilla begitu membecinnya? Hingga ia tega menjual dirinya? Yuk ikuti saja kelanjutanya di cerita ini! Dan jangan lupa mohon dukungannya ya!

Bab 1 Dijual Ibuku

Di suatu malam yang telah larut, tepat jam 10 malam, seorang gadis yang baru selesai bekerja, tampak sangat kelelahan. Gadis berkemeja putih dan bercelana jeans itu kini berjalan menelusuri kota. Manapaki jejak di pinggiran pertokoan.

Malam yang sangat sepi, ia terus berjalan pelan sambil menikmati semilir angin malam yang terasa dingin menerpa tubuhnya. Dengan ditemani cahaya lampu-lampu temaram yang berkelipan terlihat begitu indah menghiasi pinggiran jalan raya yang ia lewati kini.

Lalu tiba-tiba saja langkah kakinya terhenti. Tak kala kedua netra beningnya dengan tanpa sengaja melihat sebuah mobil yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Sembari kembali mengayunkan langkah, ia masih terus mengamati mobil mewah yang kini terparkir di depan rumahnya.

Dalam hatinya pun bertanya-tanya, "Mobil siapa ini? Apakah kali ini Ibu sedang berada di rumah?"

Tiap kali ia pulang kerja, rumah itu biasanya akan terlihat sepi. Karena ibunya jarang sekali pulang ke rumah ini. Sekalinya berada di rumah, pasti dia akan membawa teman laki-lakinya atau pelanggannya atau apalah itu namanya datang ke rumah itu juga. Sehingga membuat gadis yang baru berusia 20 tahunan itu sangat terganggu akan kehadirannya.

Namun, ia bisa apa? Dirinya sudah berapa kali mencoba melarang dan berusaha menasehati ibunya agar tidak melakukan hal yang tidak terpuji. Tetapi yang ada ia malah dimarahi habis-habisan olehnya dan bahkan ibunya itu tak segan untuk memukulnya atau lebih parahnya lagi bisa berbuat kasar lebih dari itu. Sehingga kini ia hanya bisa pasrah melihat ibunya yang terus melakukan perbuatan yang tercela itu.

Perlahan ia berjalan mendekati rumah kecil itu. Sebuah rumah yang sangat sederhana di pinggiran kota Jakarta, yang hanya memiliki luas sepuluh meter persegi.

Seperti rumah petak pada umumnya yang terlihat kecil dan tampak biasa saja. Tidak ada yang istimewa dengan rumah tersebut. Hanya saja itulah tempat satu-satunya untuk tempat tinggal gadis itu sekarang.

Samar-samar ia seperti mendengar ada keributan dari dalam rumah. Sehingga membuatnya merasa sangat penasaran ingin mengetahui apa yang sedang terjadi di dalam sana. Dengan segera ia pun ingin masuk ke dalam rumah.

"Tolonglah kasih aku tenggang waktu beberapa hari lagi, Bang!" ucap Tamara memohon. "Aku janji akan membayar hutang itu dengan segera," lanjutnya lagi.

"Hahaha ... Tamara, Tamara. Mau sampai kapan kau terus memberi janji palsu seperti ini padaku?" kata seorang pria yang sedang duduk santai sambil menopang sebelah kakinya seperti Bos besar.

"Memangnya kau mau bayar pake apa nanti? Pake tubuh rentamu itu? Sorry, aku sudah tidak tertarik dengan wanita tua sepertimu." Pria itu mencemoohnya.

"Ya elah, Bang, kau bisanya hanya menyelaku saja. Yang terpenting, 'kan aku bisa bayar utang itu ke kamu nanti," sahut Tamara yang terlihat kesal terhadap laki-laki tua itu.

"Lagian siapa juga yang mau menawarkan diri ke padamu, Bang? Masih banyak kok, lelaki lain yang lebih gagah dan lebih muda darimu di luaran sana yang mau denganku. Kenapa aku harus memilihmu yang sudah tua dan sudah punya banyak istri pula." Wanita paruh baya itu tersenyum sinis balas mencemoohnya juga.

"Sombong sekali kau. Aku mau lihat, bagaimana caramu membayar semua hutang- hutangmu itu? Sementara ini saja, kau sudah tidak ada lagi orang kaya yang mau denganmu, bukan?" Orang itu pun menyunggingkan sebelah ujung bibirnya, mengejek Tamara.

"Itu bukan urusanmu. Yang terpenting aku bisa membayar hutang itu, dan masalah kita selesai," balas Tamara lagi.

Tiba-tiba saja terdengar ada yang membuka pintu.

Ceklekk!

"Assallamualaikum," ucap Syaqilla seraya membuka pintu.

Sontak semua orang langsung terdiam dan menoleh ke arah pintu. Bramantio pria 45 tahun itu langsung terpesona ketika melihat ada sesosok gadis cantik yang sedang memasuki rumah tersebut.

Begitu masuk ke dalam rumah, Ananda Syaqilla atau yang akrab dipanggil dengan Syaqilla atau Aqilla itu melihat di ruang itu ada satu orang laki-laki yang sedang duduk berhadapan dengan ibunya. Sedangkan dua orang lagi berdiri di belakang laki-laki tersebut.

Laki-laki yang sedang terduduk tampak sudah berumur. Badannya sedikit gembul, kepalanya botak, kumis tebal dan sorot matanya yang genit.

Sedangkan dua orang yang berada di belakangnya, berbadan kekar tampangnya pun sangar. Mereka tampak seperti pengawal ataupun bodyguardnya saja.

Laki-laki yang sedang duduk itu kini sedang menatapnya sambil tersenyum menyeringai kepadanya. Syaqilla pun bergidik ngeri dan juga merasa risih karena laki-laki itu terus mengamati dirinya dengan tatapan yang sangat mencurigakan. Sehingga ia memutuskan untuk pergi ke kamarnya saja dari pada harus memikirkan apa maksud dari tatapan laki-laki tersebut.

"Ya sudah, aku mau ke kamar dulu ya, Bu. Mari semua!" Gadis cantik itu tersenyum ramah seraya menunduk sopan. Kemudian dengan segera ia pergi menuju kamarnya.

Bramantio masih terus saja memandangi gadis muda itu. Matanya enggan sekali untuk berkedip barang sedetikpun. Ia masih terhipnotis oleh kecantikan Syaqilla yang begitu sempurna di matanya.

Wajahnya yang cantik, kulit putih bersih, tubuh yang ramping namun berisi. Belum lagi gigi gingsul yang ada di sebelah kanan itu menanbah kesan manis di senyumnya. Yang bisa membuat semua orang yang melihatnya langsung jatuh hati kepadanya.

Apalagi Bramantio, ia adalah tipe laki-laki mata keranjang yang suka sekali mengoleksi istri. Terlebih lagi yang masih muda dan masih segar sepertinya. Dia pasti sangat menyukainya.

"Ekhem!" Tamara sengaja berdehem karena melihat Bram yang terdiam melongo seperti sapi ompong. Sambil terus menatap kepergian Syaqilla. Kini ia tahu apa yang sedang dipikirkan oleh rentenir tua itu.

"Dasar, bandot tua! Liat yang masih seger aja langsung ijo deh, tuh mata. Hahaha ... tapi ini kesempatan bagiku agar bisa mendapatkan uang yang lebih banyak bukan? Hahaha ...," umpat Tamara dalam hatinya. Namun ia juga merasa senang karena akan mendapat mangsa baru yang akan memberinya banyak uang nantinya.

Bram nyengir kuda lalu berkata, "Siapa dia, Ra?"

"Dia anakku. Kenapa?" jawabnya judes.

"Hah, anakmu! Sejak kapan kau punya anak?" Bram pun terkejut dan tidak percaya kalau Tamara mempunyai seorang anak gadis yang begitu cantik nan jelita. Karena sebelumnya ia tidak mengetahui kalau ternyata wanita yang tak lagi muda itu telah mempunyai seorang anak.

"Sudah lama."

"Tapi kok, aku gak pernah melihatnya."

"Ya karena aku menitipkanya di panti asuhan."

"Oh, gitu." Bram pun mengangguk -anggukan kepalanya. "Tapi, beneran itu anakmu?" tanyanya lagi masih belum percaya.

"Iya, Pak Bramantio ...." jawab Tamara dengan kesalnya.

Bram malah terkekeh ketika melihat wanita itu yang sudah mulai kesal dengan dirinya. "Jadi, apakah dia sama sepertimu?" ucapnya sambil menaikan sebelah alisnya.

"Tidak, dia masih suci," sahut Tamara mengerti dengan maksud pertanyaan Bram tadi.

"Benarkah?" Bram bertambah senang ketika mendengar kalau gadis itu masih suci alias masih perawan. Berarti gadis itu belum pernah disentuh oleh siapapun.

Otak nakalnya mulai traveling kemana-mana. Membayangkan yang tidak-tidak dengan gadis tersebut. Tiba-tiba terlintas keingin untuk memiliki gadis cantik itu. Sehingga ia pun ingin melakukan negosiasi dengan Tamara.

"Jadi gini, Tam. Gimana ... kalau kau serahkan gadis itu saja padaku? Dan hutangmu nanti akan ku anggap lunas," tawar Bram.

"Hahaha ... tuh, benarkan? Sudah ku duga. Dia pasti akan langsung tertarik dengan Aqilla. Dan aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini," ujarnya membatin.

"Hahaha ...," Tamara tertawa sinis mengejek Bram. "Jadi, anak gadisku yang masih perawan itu cuma kau hargai lima puluh juta doang?"

"Terus ... kau mau berapa, hah?" timpal Bram.

"Lima ratus juta! Aku mau lima ratus juta?!"

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Yossyta S

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku