Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Kuntilanak Itu Sahabat Ku

Kuntilanak Itu Sahabat Ku

MamaKenzo

5.0
Komentar
9
Penayangan
6
Bab

Aku adalah anak indigo yang bisa melihat makhluk halus mulai dari yang menyeramkan sampai yang biasa saja. Aku tidak terkejut lagi dengan semua bentuk bahkan penampakan hantu dalam bentuk apapun karena aku telah terbiasa akan hal itu dari sejak kecil. Sampai suatu ketika ada mbak Kunti yang sepertinya ingin menakuti ku namun tidak pernah berhasil. Hingga kami jadi sahabat yang tidak bisa di pisahkan. Sejak kenal dengannya begitu banyak kejadian kocak di antara kami berdua. Ikuti kisah ini ya? Di jamin ngakak ;)

Bab 1 Perkenalan

"ah malam ini kelabu banget sih, mana udah putus sama Martin, ahhh galau banget," ucap ku seorang diri sambil melihat ke arah luar jendela dari kamar ku.

"Martin jahat banget mentang-mentang ada anak baru di kelas aku langsung di putusin tanpa alasan sungguh aku ngak rela, " ucap ku dengan kesal

"Hmmm tapi mau gimana lagi mungkin memang belum jodoh ini." aku tertunduk lesu sambil menatap lurus ke depan. Tiba-tiba hidung ku mencium bau wangi yang semerbak.

"Ada tamu lagi," ucap ku sambil mencari sumber bau itu.

"Pura-pura ngak tau aja lagi males ngeladenin," batin ku.

Aku segera menutup jendela kamar yang memang sedari selepas magrib telah ku buka dan ku tutup kembali saat sudah jam 11 malam ini. Aku menutup pintu bukan karena takut tapi memang sudah terlalu dingin rasanya. Sudah cukup aku meratapi nasib ku ini, waktunya aku tidur karena besok aku akan ulangan matematika.

Setelah selesai menutup jendela aku segera menjatuhkan tubuhku ku di atas kasur dan segera menarik selimut. Namun saat memejamkan mata terlihat mbak Kunti mencoba menakuti ku dengan cara duduk di atas lemari pakaian ku dan mengeluarkan suara khas nya.

"Hihihi!"

Aku mencoba cuek karena tidak ingin menghiraukan nya.

"Hihihi." kali ini bukan hanya mengeluarkan suara khas yang dia miliki tapi juga mencoba menjatuhkan barang yang ada di atas lemari pakaian ku.

Aku tetap tidak perduli dan masih memejamkan mataku.

"Ihh, ni bocah baru aja rebahan udah molor aja," ucap si Kunti terdengar geram.

Dubrakkkk!!

Tiba-tiba kardus berisi kenangan tentang Martin di jatuhkan olehnya yang membuat ku emosi.

"Eh, bisa ngak jangan ganggu aku? Kau tau aku baru aja putus dan kamu dengan gampang nya memperlihatkan tentang aku dan Martin dengan menjatuhkan barang yang telah Martin berikan pada ku!"

"Dih, galak banget jadi orang, aku setan aja ngak galak-galak amat," ucap kunti.

"Apa kamu bilang aku galak? Gimana nggak marah coba orang lagi galau terus lagi pengen tidur kamu ganggu kayak gini?"

"Loh loh ? Kamu bisa dengar aku ngomong?" tanya sih Kunti keheranan.

"Ya iya lah kunti, aku tahu mau istirahat besok mau ujian jangan nyari gara-gara deh ya kalau ngak aku ganti daster mu jadi baju bola!" bentak ku. Lalu mencoba untuk kembali memejamkan mata.

"Heee seriusan kamu bisa lihat dan bisa dengerin aku ngomong?" tanya Kunti tak percaya.

"Ahhh berisik banget sih awas aja kalau ngomong lagi aku lempar paket kaos bekas nih?"

"Busettt lebih serem dari Mak aku di rumah," ucap sih Kunti namun dengan suara yang agak kecil.

"Ohh nyari masalah nih mbak-mbak berdaster." aku segera melemparkan kaos kaki ku ke arah mukanya dan sontak dia terbang ke arah pintu kamar ku.

"Iya iya iya nih manusia apa mutan sih galak amat," ucap nya lagi. Tiba-tiba pintu kamar ku terbuka ternyata Ibu ku mendengar suara ku saat berbicara dengan Kunti.

" Eh Dina belum tidur juga kamu? Terus tadi ngomong sama siapa sih sampe ke kamar Ibu kedengaran?"

"Emm ngak kok Bu, tar aku lagi telponan sama Dewi." aku mencoba berbohong.

"Jangan bilang kamu ngomong sendiri lagi ya?" tanya Ibuku seperti nya tidak percaya dengan ucapan ku.

"Ngak kok Bu." aku terus mengelak dan berusaha agar terlihat seperti tidak berbohong.

"Kalau begitu ayok tidur udah malam ini"

"Iya Bu," sahut ku.

Setelah itu Ibu langsung menutup kembali pintu kamar ku. Setelah Ibu benar-benar telah pergi kini aku segera mengingat Kunti agar tidak berisik lagi karena takut Ibu tahu.

"Kamu sih berisik kan Ibu aku jadi marah," ucap ku sambil menunjuk ke arahnya yang kini sudah telah duduk kembali di atas lemari.

"Iya iya maaf, tadinya aku mau main-main aja bosan juga di rumah ngak ada siapapun," ucapan tertunduk lesu.

"Emangnya rumah kamu di mana?" tanya ku lagi.

"Itu di pohon Mangga dekat kuburan itu, di situ kalau malam udah jarang orang lewat semenjak sering aku ganggu."

"Salah sendiri kenapa orang kamu takutin," ucap ku

"Ya aku cuma mau main-main aja terus siapa atau ada yang mau jadi teman aku."

"Eh bego, mana ada yang mau temenan sama setan? Hahaha ada-ada aja." aku tertawa tertahan karena takut Ibu datang lagi.

"Ya kamu benar andai aja aku bukan setan pasti aku ngak kesepian."

"Hemm memang kamu meninggalkan karena apa?" tanya ku heran.

"Karena aku di racuni oleh Ibu tiri ku yang tidak mau harta Ayah ku jatuh ke tangan ku, sedang kan aku adalah anak satu-satunya Ayah ku."

"Anjir jahat banget Mak tiri mu, terus mereka tahu ngak kalau Ibu tiri mu itu pelaku nya?"

"Ngak, karena Bibik yang bekerja di rumah kami dulu di tuduh Ibu tiri ku sebagai pelakunya"

"Ih sadis banget ya, banyak korban hanya gara-gara Ibu tiri ku gila harta," ucap ku geleng-geleng.

"Ya mau gimana lagi ini udah takdir aku meninggal dengan cara seperti ini"

"Eh iya kita belum kenalan siapa nama mu?" tanya ku.

"Nama ku Yuni."

"Oh Yuni perkenalkan aku Dina," ucap ku sambil mengulurkan tangan.

"Udah tahu tadi aku denger kok Ibumu nyebutin nama mu."

"Ih, ngeselin juga di Kunti," batin ku.

"Yaudah sekarang kamu mau tidur dimana?" tanya ku lagi.

"Tidur apa itu aku tidak kenal. Aku mau jalan-jalan dong jam segini paling enak gangguin orang."

"Ckckck yaudah terserah kamu aja, oh iya kuburan kamu dimana biar aku sekali datang nanti."

"Kamu seriusan mau datang?"

"Huhuhu." dia langsung menangis

"Loh kok nangis?" tanya ku

"Aku sedih selama ini ngak ada yang mau liat kuburan aku, Ayah ku juga jarang karena sibuk kerja."

"Udah ngapapa, besok pulang sekolah aku ke sana. Tapi di mana dulu tempat nya?"

"Itu yang kuburan yang bernama Yunita, ngak jauh dari pohon mangga."

"Kuburan yang ada di persimpangan sana kan?"

"Iya di sana."

"Oke deh, tapi aku mau tidur dulu. Eh iya besok mau ikut aku kesekolah ngak?"

"Mau sih kalau di ajak," ucapnya lagi.

"Oke oke jangan lupa pulang cepat biar sekalian nebeng aku."

"Nebeng apaan kan aku bisa terbang bego," sahutnya lagi.

"Eh iya ya aku lupa hehehe."

"Yaudah aku mau jalan-jalan dulu ya,byeee Dina," ucap nya sambil terbang ke arah atas rumah yang menembus langit-langit kamar ku.

"Kasian juga si Yuni, untung aja Mak aku hanya galak ngak jahat," gumam ku pelan.

Kini aku kembali memejamkan mataku untuk segera tidur agar besok pagi tidak bangun terlalu siang.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku