Demi harta, aku rela menggadaikan tubuhku untuk menjadi terapis sekaligus suami Keiko Asami, perempuan 'tidak sempurna' akibat keterbatasan fisik. Dia mau membayar mahal tiap jam 'kehangatan' yang kuberikan ditengah himpitan ekonomi yang kualami. Namun hubungan intim bersifat profesional ini berubah tidak menyenangkan karena Keiko mencintaiku. Dia melanggar perjanjian hubungan kami. "Tolong jangan tinggalkan aku, Kay. Aku mencintaimu. Ambil saja uangku tapi jangan tinggalkan aku." "Apa kamu tega membiarkan aku hidup bersamamu yang tidak pernah kucintai? Bukankah jika kamu mencintaimu, kamu harus bisa membuatku bahagia? Termasuk membiarkanku bahagia bersama perempuan lain?"
"Kayga, ada yang mencarimu!" teriak Matsushima.
"Siapa?!" Balas teriakku tidak kalah keras.
Maklum, dentuman keras musik RnB dan hip hop sedang menggema di Yokoha Club. Tempatku mendulang Yen selama lima bulan ini.
"Entahlah!! Cepat turun!!"
Aku mengangguk lalu menaruh headphone di atas mixer. Sebuah alat yang dipakai seorang DJ sepertiku untuk meracik lagu-lagu hip hop berenergi yang mampu menggetarkan lantai dansa klub malam ini.
Aku turun dengan style andalan DJ laki-laki keren pada umumnya. Rambut mowhak, kemeja flanel kotak-kotak yang membungkus kaos hitam tipisku. Juga celana jeans belel sobek serta sepatu boot rendah berwarna coklat mentah.
Aku berjalan dengan penuh percaya diri membelah kerumunan para pengunjung klub yang sibuk merengkuh kesenangan lalu menghampiri Matsushima. Diiringi lagu-lagu yang telah aku mix, mengalun keras di seluruh penjuru klub malam ini.
Dia membawaku menuju meja pengunjung yang berada paling belakang. Seorang pria dan wanita paruh baya tengah duduk menunggu kami disana.
"Silahkan duduk, Kayga," mereka berdua mempersilahkanku.
Lalu aku mengambil tempat duduk yang berseberangan dengan mereka.
"Silahkan dinikmati, aku kembali dulu," ucap Matsushima, manajer klub malam ini sekaligus temanku lalu melenggang pergi.
Mataku menatap keduanya dengan raut bertanya-tanya, "Maaf, ada yang bisa saya bantu?"
"Kamu DJ Kayga, kan?!"
"Iya, betul."
"Maaf. Apa kamu memiliki pekerjaan selain menjadi DJ di klub malam ini?"
Kepalaku menggeleng pelan sambil meraba arah pembicaraan keduanya.
"Kenalkan, aku Tatsuo Siraga. Dan ini istriku."
Lalu aku membalas jabat tangan mereka.
"Kamu pasti bingung dengan kedatangan kami. Sebenarnya, kami datang untuk menawarkan pekerjaan tambahan yang tidak akan mengganggu waktumu disini. Dan kami sangat mengharap kamu tidak menolaknya, Kayga."
Dahiku berkerut heran, "Pekerjaan tambahan? Apa maksudnya?"
Tuan Tatsuo menata raut gelisah diwajahnya agar tidak terlalu kentara sembari merangkai kalimat yang tepat.
"Bisakah kamu bekerja untuk kami setiap minggunya?"
"Maksudnya apa, Tuan?"
"Putri kami, Keiko Asami, dia menyukaimu."
Kedua mataku membelalak tidak percaya dengan ucapannya. Pasalnya aku sama sekali tidak mengenal putri mereka. Bahkan tidak pernah bertemu sekalipun. Lalu bagaimana bisa tiba-tiba puti mereka menyukaiku?
"Maksud kami, tolong bekerjalah untuk kami yang memiliki seorang putri cacat. Dengan menjadi 'pelayan pribadi mingguannya'. Dia adalah fans beratmu, Kay."
"Kami akan membayar jasamu dengan harga yang sangat pantas, Kayga. Jadi, tolong jangan tolak permintaan kami." Imbuh istrinya dengan nada memohon.
"Maaf, Tuan dan Nyonya. Saya sungguh tidak mengerti maksud kalian. Maksudnya, saya tidak pernah bertemu putri kalian dan apa maksudnya dengan ... menjadi pelayan pribadi mingguan? Saya tidak paham sama sekali."
"Keiko adalah putri kami yang malang, karena ia terlahir cacat dan tidak ada yang mencintainya, Kayga. Tapi dia sangat mengidolakan kamu, ingin bisa bertemu denganmu."
"Harapan kami sebagai orang tua, kamu bisa memberinya semangat untuk lebih tegar menata masa depan sekaligus menjadi terapis pasangan pengganti untuknya. Bantu dia agar memiliki sikap optimis disela kekurangannya."
"Selama ini, tidak pernah ada lelaki yang mau berhubungan dekat dengannya. Dia ingin, di usia yang masih remaja ini, bisa merasakan indahnya mencintai seorang lelaki yang dia sukai," ucap Nyonya Tatsuo dengan berderai air mata.
Bagaimana bisa mereka menyuruhku melakukan pekerjaan aneh ini? Melayani anak perempuan mereka yang cacat?
Hello, aku bukan seorang perawat atau girl sitter!
Bahkan aku bukan seorang gigolo!
Jadi, kurasa mereka salah melamar orang.
Lagi pula, di Jepang telah tersedia jasa 'surrogate partner' yang lebih cocok untuk putri mereka. Jadi, mengapa harus melamarku untuk melakukan pekerjaan aneh ini? Lagi pula aku tidak memiliki kemampuan seperti yang mereka butuhkan untuk putri mereka.
"Tolong, Kayga. Tolong!" Mohon Nyonya Tatsuo dengan derai air mata.
"Kami beri 8500 Yen tiap jam dalam seminggu." Tawarnya.
Apa?! 8500 Yen setiap jam?
Hei! Itu bukan harga yang sedikit!
Bahkan bayaran menjadi DJ di klub malam ini saja tidak sebesar itu untuk satu jamnya.
Aku yang sedang membutuhkan uang teramat sangat pun bingung dengan tawaran pekerjaan aneh ini. Keluargaku di Indonesia membutuhkan uang dalam jumlah banyak untuk mengobatkan kaki bapak angkatku setelah mengalami kecelakaan kerja. Juga, aku ingin membuatkan rumah yang layak huni bagi mereka yang selama ini sudah sangat baik padaku.
Singkat cerita, aku nekat menjadi seorang TKI di Jepang dengan menjadi buruh pabrik lalu malam harinya menjadi DJ di klub malam biasa. Namun, upah yang kudapat setiap bulannya masih jauh dari kata cukup.
Hingga akhirnya, malam ini aku bertemu dengan Tuan dan Nyonya Tatsuo lalu mereka menawarkan pekerjaan aneh dengan upah yang fantastis untuk seorang TKI sepertiku. Hatiku tergoda dengan upah yang mereka tawarkan meski awalnya merasa jijik.
Namun setelah mendengar penjelasan mereka tentang mekanisme kerja yang mereka inginkan saat melayani anak mereka, aku rasa tidak ada salahnya mencoba hal baru yang sudah umum di negara Jepang ini.
Menjadi seorang 'surrogate partner'.
Tugasku menjadi terapis bagi putri mereka yang terlahir tidak normal namun ingin memiliki pengalaman cinta seperti perempuan lain. Kedengarannya gila, tapi begitulah kenyataannya. Di Jepang, apa yang tidak ada.
Berbekal kenekatan dan keterpaksaan, tidak ada salahnya aku mencoba pekerjaan aneh itu demi mendapat uang banyak dalam waktu yang instan. Ini lebih baik daripada aku menjadi pencuri, bukan?!
"Baiklah. Saya akan mulai datang minggu ini. Sesuai kesepakatan kita."
Wajah kedua orang tua Keiko berbinar mendengar kesediaanku lalu mereka berucap terima kasih berulang kali.
Setelah sepakat dengan perjanjian non formal itu, kedua orang tua Keiko pergi dari klub malam tempatku mendulang Yen. Namun pikiranku tiba-tiba terganggu dengan ucapan bapak di kampung halaman untuk mencari uang dengan jalan yang halal.
Masalahnya, apakah ini pekerjaan yang benar?