"Siapa dia, Mas?" tanya Shanum dengan kedua mata memindai sosok asing yang duduk di samping suaminya. "Perkenalkan, dia adalah Anara, istri baruku." Tanpa dosa, Arya Prasetya yang masih berstatus suami sah Shanum itu memperkenalkan wanita dengan riasan tebal, dan pakaian yang aduhai seksinya sebagai istri barunya. "Sudahlah, Shanum! Terima saja kalau suamimu ini punya istri baru. Sudah mandul, jadi benalu pula. Lagian, lelaki kan boleh beristri lebih dari satu," timpal Bu Desi, sang ibu mertua dengan tatapan angkuh nan sinisnya. Marah, jelas. Kecewa, tentu saja. Tapi, untuk berbuat bar-bar bukan Shanum namanya. Mandul? Benalu, katanya? Mari kita buktikan siapa 'Benalu' yang sesungguhnya! Shanum bertekad kuat untuk menghempaskan orang-orang tak tahu malu itu, yang menyebut dirinya sebagai benalu padahal sebaliknya. Bagaimana kisah Shanum berusaha menghempaskan suami dan keluarga benalunya? Ikuti kisahnya.
"Itu pasti Mas Arya," gumam Shanum. Wanita cantik yang tengah sibuk berkutat di dapur dengan berbagai adonan kue itu pun melepaskan apronnya tatkala mendengar ketukan pintu dari luar.
"Shanum, cepat buka pintunya!" Terdengar suara bariton suaminya yang terdengar tergesa. Shanum merapikan penampilannya seadanya. Lalu melangkahkan kakinya ke arah pintu utama.
Pintu terbuka. Wanita itu terhenyak seketika saat melihat sosok yang berdiri di balik pintu. Bukan hanya suaminya saja yang di sana, melainkan ada ibu mertuanya, adik iparnya dan satu perempuan muda yang sama sekali tak dikenal Shanum.
"Mas?" lirihnya masih bertanya-tanya tentang perempuan itu.
"Lama amat sih buka pintunya, ngapain aja di rumah!" ketus Bu Desi yang langsung menyelonong masuk ke dalam rumah mewah dua lantai itu. Wanita itu menatap jijik ke arah sang menantu yang penampilannya sama sekali tak sedap dipandang. Bagaimana tidak, di baju Shanum terdapat beberapa bercak dari adonan tepung hingga membuat Bu Desi mencela penampilannya.
"Iya, bikin orang capek berdiri aja," timpal Lila tak kalah ketus dari ibu kandungnya. Sedetik kemudian, perempuan muda itu sudah mengekori langkah Bu Desi, dan duduk di sofa empuk yang ada di ruang tamu.
"Kamu kenapa sih lama banget buka pintunya," sahut Arya kesal. Dia juga ikut-ikutan mengomeli Shanum sama seperti ibu dan adiknya barusan. "Ayo, masuk," ajaknya kemudian sambil menggandeng tangan perempuan muda yang sedari tadi berdiri di sampingnya.
Shanum memutar bola matanya malas. Mendengar tiga kali omelan dari ketiga orang itu membuatnya sedikit naik pitam. Ia menarik napasnya dalam-dalam lalu mengembuskannya perlahan, demi menetralkan emosinya. "Sabar, Shanum," gumamnya lirih.
Shanum melangkah mendekati mereka yang kini sudah duduk di sofa. Ia menjadi orang terakhir yang mendaratkan tubuhnya di sofa single yang tersisa.
"Wah, rumahmu besar dan luas juga ya, Arya. Ibu menyesal karena dulu nggak mau ikut kamu ke Jakarta dan tinggal di sini," ucap Bu Desi. Kedua bola matanya tampak berbinar-binar memindai seisi rumah yang ditempati Arya dan Shanum, dengan berbagai macam perabotan mewahnya.
"Ya iyalah, ibu sih. Lila kan udah bilang, mending tinggal di rumah Mas Arya aja. Eh, ibunya nggak mau!" celetuk Lila menimpali penyesalan sang ibu.
Sementara itu, Shanum hanya diam dan memerhatikan gerak-gerik mereka berempat. Arya, Ibu mertua, adik ipar, serta seorang perempuan yang asing bagi Shanum.
Bu Desi dan Lila yang masih terpesona dengan desain rumah mewah itu, dan Arya juga perempuan yang sedari tadi menundukkan kepalanya, enggan membalas tatapan Shanum. Mungkin ... takut.
"Mas Arya, tolong jelaskan semua ini," pinta Shanum mulai membuka suara. Wanita itu menaruh kedua tangannya di perut sembari memindai keempat orang di hadapannya dengan tatapan menyelidik.
"Ah iya, aku sampai lupa untuk mengenalkannya padamu, Sha," ucap Arya santai, seakan tanpa beban, pun juga rasa bersalah telah membawa istri barunya ke istana yang ditempatinya dengan Shanum selama tiga tahun terakhir.
Shanum menatap lekat ke arah Arya, menanti kata demi kata yang akan keluar dari mulutnya.
"Katakan, siapa dia Mas?" Penuh penekanan, Shanum bertanya. Kedua matanya tengah memindai sosok asing yang duduk di samping suaminya, bahkan bergelayut manja di lengan sang suami.
"Perkenalkan, dia adalah Anara, istri baruku." Tanpa dosa, lelaki yang masih berstatus suami sah Shanum itu memperkenalkan perempuan dengan riasan tebal, dan pakaian yang aduhai seksinya sebagai istri barunya. Bagaikan petir di musim kemarau ketika Arya mengenalkan sosok itu.
"Aku sudah menikah dengan Anara tiga bulan yang lalu," sambungnya sembari menatap mesra Anara yang duduk di sampingnya, melempar senyum remeh terhadap istri sah Arya.
"Hahaha...." Shanum tiba-tiba saja tertawa lepas. Dia menertawakan dirinya sendiri. Tidak ada angin. Tidak ada hujan. Tiba-tiba saja dirinya dilanda kenyataan sedemikian rupa. 'Sedih, iya. Tapi hanya sedikit saja. Hatiku terlalu berharga untuk meratapi lelaki pecundang seperti Mas Arya. Mirisnya hidupku!' keluh Shanum dalam hati.
Shanum menghentikan tawanya. "Lalu, maksudmu apa membawanya ke sini, Mas," ucap Shanum dengan wajah datar.
Sementara keempat orang itu menatap Shanum heran. Ya, Arya, Bu Desi, Lila, dan juga perempuan muda yang baru saja dikenalkan Arya sebagai istri keduanya. Mereka tercengang dengan ekspresi Shanum.
Bukan amarah atau makian yang wanita itu lontarkan. Melainkan ekspresi datar dan dingin yang Shanum tunjukkan pada mereka berempat.
'Hah! Jangan harap! Aku tak akan mengotori mulutku dengan mengucapkan bermacam sumpah serapah pada mereka. Tidak akan!' Shanum membatin dalam hatinya.
"M–Maksudku ...." Arya tampak gugup. Pria itu mendadak ciut setelah melihat reaksi santai Shanum.
"Katakan saja pada Shanum, Arya. Jangan bertele-tele! Kita akan tinggal di sini mulai sekarang!" tukas Bu Desi, dengan tatapan sinisnya tertuju pada Shanum.
Anara? Perempuan itu hanya mampu menundukkan wajahnya. Menyembunyikan senyum licik di balik wajahnya. Shanum dapat melihat senyuman licik dari perempuan itu. Seakan tengah mengejeknya.
"Tunggu, kalian? Maksudnya Ibu, Lila, dan juga perempuan ini akan tinggal di sini? Di rumahku? Aku nggak salah dengar kan, Mas?" Shanum menatap tajam tepat di manik mata suaminya.
Pria itu terlihat gelagapan. Jakunnya naik turun tampak kesulitan menelan ludahnya. Dia pikir Shanum akan iya-iya saja dengan kemauannya. Tetapi, dugaannya salah besar.
"Be–Benar, Sha. Karena Anara sekarang jadi istriku juga. Jadi, dia akan tinggal bersama kita. Kamu nggak keberatan, kan?" ucap Arya dengan intonasi sedikit rendah.
"Kalau aku nggak bolehin gimana?" tantang Shanum tidak mau kalah.
Anara seketika menengadahkan wajahnya menatap tajam ke arah Shanum.
'Hei, gundik! Beraninya kau menatapku seperti itu. Cih!' Shanum menggeram dalam hatinya.
Bu Desi dan Lila pun tak kalah sinisnya kala matanya beradu pandang dengan Shanum.
"Aku kepala keluarga di sini, jadi aku berhak menentukannya, Sha!" ujar suami Shanum itu, sok bijak.
"Rumah ini adalah rumahku. Aku nggak mau ada sampah yang masuk ke rumahku yang mewah ini," sarkas Shanum seraya mengangkat dagunya.
"Plis, Sha. Anara lagi hamil sekarang. Aku nggak tega kalau biarin dia, ibu dan Lila tinggal di rumah yang sempit. Bukankah di sini banyak kamar yang kosong, Sha. Biarkan mereka tinggal di sini," ucap Arya dengan tatapan mengiba.
"Jangan banyak protes lah kamu, Shanum!" sentak ibu mertuaku. Tatapan matanya nyalang menatap ke arah menantunya itu.
'Apalagi ini!' desis Shanum dalam hatinya ketika melihat kemarahan sang ibu mertua dan mendengarnya membentaknya untuk yang pertama kali dalam hidupnya.
"Kamu jangan sok berkuasa atas rumah ini. Inikan rumah hasil kerja keras Arya, putraku. Kamu kerjanya cuman ongkang-ongkang kaki, jadi jangan sok ngatur suamimu!" ketusnya lagi.
'Apa? Aku tak salah dengar? Ongkang-ongkang kaki, katanya. Ibu mertuaku seperti belum sepenuhnya mengenalku.' Shanum mencibir dalam hatinya.
Arya terlihat menyikut pelan ibunya. Memberi kode pada ibu mertua untuk berhenti.
"Sudah, Bu. Jangan dilanjutkan lagi." Arya tampak berbisik ke telinga ibunya.
"Sudah mandul, sok-sokan mau menguasai harta anakku. Dasar benalu kamu, Shanum!" hinanya lagi.
Shanum terkesiap dengan hinaan dari Bu Desi. Wanita itu tak mengindahkan permintaan putranya untuk diam. Dia justru melontarkan kata-kata yang menyakitkan hati Shanum.
"Apa Ibu bilang?" tukas Shanum dengan mata memerah menahan amarah.
***
Bab 1 Istri Baru
20/05/2023
Bab 2 Siapa yang Benalu
20/05/2023
Bab 3 Kenyataan Pahit
20/05/2023
Bab 4 Mati Rasa
20/05/2023
Bab 5 Akulah Ratunya, Gundik!
20/05/2023
Bab 6 Suami Tak Tahu Diri
20/05/2023
Bab 7 Tekad Shanum
20/05/2023
Bab 8 Bertemu Mantan
20/05/2023
Bab 9 Aku ingin Bercerai
20/05/2023
Bab 10 Kekacauan di rumah
20/05/2023
Bab 11 Keributan, Lagi
20/05/2023
Bab 12 Drama Orang Kaya Baru
20/05/2023
Bab 13 Keraguan Bu Desi
20/05/2023
Bab 14 Maaf
20/05/2023
Bab 15 Awal Pengkhianatan
20/05/2023
Bab 16 Dijodohkan
20/05/2023
Bab 17 Luka
20/05/2023
Bab 18 Kabar Kehamilan
20/05/2023
Bab 19 Gagal Shopping
25/05/2023
Bab 20 Arti Sahabat
25/05/2023
Bab 21 Kekhawatiran Arya
06/06/2023