Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
28
Penayangan
46
Bab

Mereka saudara kembar selalu kompak di mana saja sampai akhirnya ketika dewasa dan menemukan pendamping sesuai kriteria mereka masing-masing, disitulah untuk pertama kalinya mereka menjadi bumi dan langit. Suratman bekerja sebagai konsultan sebuah bank swasta terkemuka dan beristrikan seorang wanita penggila kerja sebagai sekretaris sebuah hotel berbintang lima. Sedangkan Suratmin hanya seorang cleaning servis di rumah makan dan beristrikan seorang Ibu Rumah Tangga saja. Dalam hal mendidik anak pun mereka berbeda, sehingga suatu hari anaknya pun yang menjadi korban.

Bab 1 01. Ejekan

"Min, kapan anakmu lahir?" tanya Suratman saudara kembar

Suratmin dengan nada mengejek.

"Alhamdulilah, Mas, kata bidan sih tinggal menghitung

hari saja paling tidak tiga atau lima hari lagi," jawab Suratmin dengan santai

sembari membuat meja kecil dari kayu untuk di dapurnya.

"Berarti istri kamu melahirkan nanti di bidan dong?"

"Iya, nggak apa-apa, lagian nggak ada uang juga kalau harus

di rumah sakit, bayarannya mahal, nggak sanggup aku," kilahnya merendah diri.

"Iya sih kamu kan jadi OB di warung makan kecil, gajimu berapa

di sana, Min?"

"Nggak cukuplah pastinya, kalaupun ngutang nanti susah

bayarnya, apalagi sama saudara nanti pura-pura amnesia kalau ditagih, lebih

baik yang sesuai kemampuan saja, nggak usah neko-neko!" hardiknya sembari

mengejek dengan jelas.

"Iya, Mas, makanya disesuaikan

dengan kemampuan kami." Suratmin tersenyum walaupun di dalam hatinya sangat

sakit dengan perkataan saudara kembarnya itu.

"Bagus deh tahu diri juga kamu. jadi nggak menyusahkan aku,

soalnya istriku rencananya sih mau lahiran di rumah sakit kalau perlu operasi

secar biasalah mau cari tanggal yang

hoki gitu," jelasnya bersemangat.

"Ngapain operasi secar Mas, kalau masih bisa normal, kecuali

kalau memang harus jalan operasi ya mau nggak mau," tandas Suratmin menjelaskan.

"Itukan menurutmu, Min, kalau aku bedalah orang kaya itu harus

terlihat kayanya dong, jangan kayak orang miskin!" sahutnya tak mau kalah.

Senyum yang dipaksakan selalu dia lakukan lantaran agar

tidak menyinggung perasaan Suratman yang lebih kaya dari Suratmin.

Sudah sering kali Suratman merendahkan Suratmin lantaran menjadi

orang miskin baginya.

Perbincangan di hari minggu itu membuat Susi istri dari

Suratmin menitikkan air matanya ketika mendengar percakapan mereka.

Namun buru-buru dia usap air matanya dengan daster panjang

yang terlihat kusam dan banyak tambalan di mana-mana, agar tidak ketahuan oleh Suratmin kalau dia

baru saja menangis.

Susi kembali ke dapur

untuk memasak makan siang. Hanya goreng tempe, sambal terasi dan tumis kangkung

membuat aroma masakan yang dibuat oleh Susi menyeruak sampai keluar.

Penciuman hidung Suratman sangat tajam sampai tak terkendalikan

sehingga perutnya selalu berbunyi. Di saat itu juga istri Suratman yaitu Siska

ikut datang ke rumah kontrakan kecil milik Suratmin.

Sudah hal lumrah untuk pasangan suami istri ini yang mereka

bilang orang kaya itu setiap hari selain hari Jum'at mereka akan datang entah

pagi, siang ataupun malam ke rumah kontrakan

Suratmin.

Apalagi kalau bukan minta makan, padahal Suratmin juga dalam kekurangan bahkan tidak pernah dia meminta

apapun, tetapi Suratman dan istrinya tetap tidak peka dengan keadaan.

"Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumsalam!"

"Eh Mbak Siska, mau jemput Mas Suratman ya?" tanya Suratmin tersenyum renyah ketika selesai membuatkan meja kayu untuk istrinya.

"Biasalah, hari Minggu main-main ke rumah saudara, nggak

apa-apa kan?" balasnya dengan santai.

"Berarti aku juga bisa main-main ke rumah sampean toh?"

tanya Suratmin semringah.

"Ngapain ke rumah nggak ada apa-apa di sana, lagian kalau di

sini kan ada makanan, tuh sepertinya istrimu sudah selesai masak, ayuk kita

makan," ajak Suratman dan langsung masuk ke dalam tanpa di suruh.

"Ayuk, Mbak silakan masuk!" ajak Suratmin tersenyum yang

dipaksakan.

"Wah dengan senang hati, dong," jawabnya dan langsung

menyelonong ke dalam.

Sampai di dapur, Susi yang selesai masak pun langsung menghidangkan

makanan diatas dipan yang terbuat dari kayu.

Nasi yang masih panas mengepul dengan baunya yang wangi,

ditambah sambal terasi yang menggugah selera.

Mereka pun sudah duduk menghadap makanan yang disajikan

Susi.

"Loh, Mas dan Mbak mau numpang makan lagi, kenapa nggak makan di rumah?" tanya Susi yang mulai kesal dengan tingkah mereka.

"Kamu kan tahu Mbakmu ini malas masak, lagian pembantu kalau

masak itu-itu saja, bosan nggak ada variasinya, beda sama kamu selalu

ganti-ganti walaupun hanya tempe saja," kilah Suratman yang sudah tidak sabar

ingin menyantap makanan yang ada didepannya.

"Ya belajar dong, Mbak, sebentar lagi mau lahiran juga terus

siapa yang mengurus, Mbak nanti?" tanya Susi kepada Siska.

"Aku belum ngambil cuti sayangkan uangnya, nanti tunggu dua

atau tiga harilah, baru aku rehat dan kita mau pakai baby sister aja, aku kan

wanita karier ya bedalah sama kamu yang Cuma rebahan saja nggak ada kegiatan,"

sahutnya dengan nada menyinggung.

Tak lama kemudian Suratmin datang dan ikut bergabung duduk

di antara mereka.

"Ayuk, cepatan toh, aku sudah lapar nih!" ucapnya dengan

cepat tangannya mengambil nasi itu sudah berpindah cepat dipiringnya.

"Sus, kamu kok masak sedikit amat, jangan pelit-pelit sama

keluarga, nanti nggak berkah loh!" ucapnya sembari melahap makanan itu dengan

lahap begitu juga dengan Siska istrinya tanpa malu-malu dai pun menambah porsinya

dengan alasan harus makan yang banyak karena hamil.

Mendengar ucapan Suratman, Susi kembali terhenyak dan

membuat selera makannya berkurang.

"Loh bukannya kalian ya yang pelit, buktinya makan terus di

sini gratis pula, kan duit banyak tinggal telepon pesan makanan terus datang

lalu bayar, ngapain toh susah-susah ke sini!"

"Berasku tinggal sedikit, Mas, yang jatahnya cukup untuk

sebulan, eh malah nggak cukup, harusnya tahu diri dong!" ejek Susi tetapi

mereka pun tetap tidak memedulikan omongan Susi, karena masih menikmati

makanannya sehingga semua yang disajikan tadi ludes seketika tidak menyisakan

Suratmin.

"Wah enak sekali makananmu Sus, sampai lupa nggak nyisakan

makanannya!" ucap Suratman dengan enteng.

"Kalau mau makan banyak sini, mana uangnya biar aku buatkan

lagi kayak tadi dan bisa sampean bawa pulang makan di rumah kalian saja!" ucap

Susi sembari mengulurkan tangannya untuk minta uang.

"Lah, aku nggak ada uang kecil, adanya juga uang merah semua,

kalau kasih kamu yang untung kamu dong, makanan seperti ini nggak nyampe tiga

puluh ribu juga nanti mau minta angsulannya bilang nggak ada kembaliannya,

orang miskin kan selalu mencari kesempatan dalam kesempitan!" rutuknya membuat

Susi bertambah kesal.

"Ya Allah, Mas nggak apa-apa, aku belikan di warung tunggu

sini nanti uang kembaliannya tak kasih sampean lagi, bagaimana?"

"Alah itu akal-akalan kamu saja, nanti kalau kamu

lebih-lebihkan harga di warung bagaiamana bilang beli kangkung harganya cuma

tiga ribu seikat nanti kamu bilang lima ribu, tekor dong aku!" hardiknya kesal.

"Kalau begitu sama-sama ke warung supaya tahu harga semua

kebutuhan yang di beli, bagaimana?" usul

Suratmin padahal dia sudah tahu jawabnnya.

"Nggak lah, aku malas kayak gitu, aku ini orang kaya, malu

lah belinya kok gituan, nggak level!" tolaknya.

"Ya sudah biar Mbak Siska saja yang ke warung, nanti biar

aku yang masakan, bagaimana ini alternatif terakhir loh!" ucap Susi yang hampir

putus asa mendengar alasaan demi alasan yang dibuatnya.

"Aku kamu suruh ke warung nggak ah ... nggak mau, nggak

level dengan warung kotor, bau, banyak kumannya ... iiihhh!" Siska mendelik

jijik saat membayangkan pergi ke warung dengan memakai sandal uang harganya

bisa mencapai satu juta rupiah itu.

Suratmin yang mendengarnya hanya biaa tertawa kecil

menampilkan deretan giginya yang putih, sedangkan Susi hampir kehilangan cara

untuk membuat mereka mengerti tetapi dia tidak ingin selalu dikelabui oleh

mereka yang bergelar sultan itu.

"Loh Mbak ini bagaimana sih, masakan yang aku buat itu dari

sana loh, yang Mbak bilang bau, kotor, banyak kumannya, berarti masuk ke perut

bahaya dong?" ejek Susi.

"Ya nggak lah, buktinya kamu dan Suratmin makan juga, nggak

ada masalah tuh, baik-baik saja!" jawabnya lagi dengan santai.

"Huh ... tenang Susi, tenang ... sabar ... aku harus banyak

istighfar kalau menghadapi mereka, untungnya aku tidak menikah dengan Suratman,

bisa pusing kepala aku dibuatnya tiap hari," gerutunya dalam hati.

"Baiklah, kalian seperti benalu kok di rumah orang miskin,

benalu itu di rumah orang kaya, ini nggak bisa dibiarin , pokoknya aku akan membuat mereka nggak ke sini lagi pelitnya

minta ampun malah kita lagi yang dibilang pelit!" rutuknya dengan kesal.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Meriatih Fadilah

Selebihnya

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Hanin & Wahyu
1

Bab 1 01. Ejekan

22/05/2023

2

Bab 2 Kerjaan Si Susi

22/05/2023

3

Bab 3 Rujakan

22/05/2023

4

Bab 4 Permintaan Siska

22/05/2023

5

Bab 5 Susi Melahirkan

22/05/2023

6

Bab 6 Hutang Bensin

25/05/2023

7

Bab 7 Alhamdulillah Sudah Lahir

25/05/2023

8

Bab 8 Kunjungan Pak Dirga

25/05/2023

9

Bab 9 Rezeki Untuk Suratmin

25/05/2023

10

Bab 10 Suratman Lagi Ngambek

25/05/2023

11

Bab 11 Pemberian Nama Anak Suratmin

25/05/2023

12

Bab 12 Suratman Berulah

25/05/2023

13

Bab 13 Pesona Suratmin

25/05/2023

14

Bab 14 Aku Dikerjai Lagi

25/05/2023

15

Bab 15 Galau Merana

25/05/2023

16

Bab 16 Pesan WA Suratmin

25/05/2023

17

Bab 17 Kemarahan Susi

25/05/2023

18

Bab 18 18. Rahasianya Terbongkar

27/05/2023

19

Bab 19 19. Perdebatan

27/05/2023

20

Bab 20 Pokoknya Aku Mau Operasi

27/05/2023

21

Bab 21 Kebaikan Susi

01/06/2023

22

Bab 22 Permohonan Susi

01/06/2023

23

Bab 23 Siska Operasi Sesar

06/06/2023

24

Bab 24 Kedatangan Pakdhe Karso

06/06/2023

25

Bab 25 Menjadi Baby Siter Nggak Ah

06/06/2023

26

Bab 26 Hadiah Kejutan

06/06/2023

27

Bab 27 Nama Putri Kecil Suratman

06/06/2023

28

Bab 28 Kepanikan Siska

06/06/2023

29

Bab 29 Kedatangan Tamu Tak Diundang

06/06/2023

30

Bab 30 Ulah Keluarga Pakdhe Karso

06/06/2023

31

Bab 31 Suratman Dilawan

19/06/2023

32

Bab 32 Rumah Kontrakan Untuk Pakdhe

19/06/2023

33

Bab 33 Bertengkar Dengan Suratman

19/06/2023

34

Bab 34 Masa Lalu Si Kembar

19/06/2023

35

Bab 35 Masa Lalu Si Kembar 2

19/06/2023

36

Bab 36 Kekesalan Suratman

19/06/2023

37

Bab 37 Masa Lalu Orang Tua Siska

19/06/2023

38

Bab 38 Gila Media Sosial

19/06/2023

39

Bab 39 Negosiasi Yang Tak Berujung

19/06/2023

40

Bab 40 Penampilan Mbak Surti

19/06/2023