Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
29
Penayangan
5
Bab

Kecelakaan yang menimpa Kaila dan neneknya menyebabkan kaki sang nenek dinyatakan lumpuh secara permanen oleh dokter. Sejak kecelakaan itu pula gadis itu tiba-tiba merasakan kehadiran bayangan misterius yang tak bisa dirasakan oleh orang lain. Bayangan itu terus menemaninya hingga memberikan warna baru bagi kehidupan Kaila yang semula abu-abu. Namun, itu hanya terjadi selama beberapa hari saja. Hingga kemudian seseorang hadir, menyatakan jika dirinya mencintai Kaila. Namun, Kaila justru menangkap maksud lain dari orang yang mendekatinya itu. Kepergian neneknya menjadi puncak dari segala kesulitan yang ia hadapi selama ini. Bagaimana Kaila akan menghadapi semua hal tersebut?

Bab 1 Berawal dari

!Drrttt

Getar dari ponsel yang tak kunjung berhenti itu menandakan jika ada sebuah panggilan di sana. Sebuah tangan terulur untuk mengambil benda yang berada di atas kursi depan sebuah mobil, di samping kursi kemudi lebih tepatnya. Namun tangan tersebut malah tak sengaja menyenggol benda pipih yang masih bergetar itu hingga jatuh ke bawah.

Tangan sang pemilik tak kunjung berhenti untuk menggapai benda tersebut hingga membuatnya harus menundukkan tubuh dan tidak memperhatikan jalanan di depannya.

Tak lama kemudian benda pipih yang masih bergetar itu telah berada di tangannya. Dengan arah tatapan mata yang tertuju pada layar ponsel itu, sang pengemudi sampai tak melihat jika di depannya sudah ada lampu lalu lintas yang menyala pada warna merah.

Tepat saat jari jempol itu menyentuh tombol hijau dan pandangannya telah mengarah ke depan, ia langsung kaget saat melihat lampu yang menyala merah dan juga ada dua orang yang tengah menyeberang jalan yang sudah berada tepat di depan mobilnya. Dengan segera ia membanting kemudinya ke arah kiri.

BRAK

Mobil sedan hitam itu menabrak tiang lampu lalu lintas hingga menimbulkan bunyi yang sangat keras.

Sang pengemudi langsung tak sadarkan diri dengan kepala yang mengeluarkan banyak darah akibat membentur setir mobil dengan cukup keras. Ponsel yang tadinya berada di tangannya kini telah terlempar entah ke mana. Bagian depan mobil juga ringsek. Dan hal itu tentu membuat pengendara yang sedang melintas langsung memgerubungi untuk menyelamatkan sang pengemudi maupun dua penyeberang jalan tadi.

♧♧♧

Seorang wanita yang diikuti oleh seorang laki-laki berlari di tengah koridor sebuah rumah sakit dengan air mata yang terus mengalir membasahi wajahnya. Wanita itu akhirnya berhenti di depan sebuah ruangan bertuliskan UGD.

Tak lama pintu ruangan tersebut terbuka dan seorang pria keluar dari sana.

"Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" Wanita itu segera mendekati pria tadi dan langsung bertanya.

"Pasien mengalami pendarahan yang cukup hebat pada dahinya, namun itu telah kami atasi. Pasien tadi juga sempat mengalami masa kritis, dan itu sudah berhasil terlewati," ujar pria berjas putih itu.

"Dan sekarang pasien kami nyatakan dalam masa koma karena benturan tersebut menyebabkan pasien terkena gegar otak ringan dan kami tidak bisa mengatakan kapan pasien akan sadar." Tubuh wanita tadi langsung ambruk begitu saja setelah kembali mendengar penjelasan sang dokter.

Dengan sigap, dua orang laki-laki yang ada di sana membawa tubuh sang wanita yang telah tak sadarkan diri.

♧♧♧

Sepasang mata itu mulai terbuka. Dokter yang melihat itu lantas mendekat ke arah gadis tersebut. Sang gadis mencoba untuk mendudukkan tubuhnya namun ia merasa ada yang berbeda pada kaki kirinya.

Sepasang mata itu mulai terbuka. Dokter yang melihat itu lantas mendekat ke arah gadis tersebut. Sang gadis mencoba untuk mendudukkan tubuhnya namun ia merasa ada yang berbeda pada kaki kirinya.

"Tulang kaki kiri kamu mengalami sedikit keretakan. Dan untuk sementara kamu harus pakai tongkat ya." Dokter perempuan itu berkata sambil mengelus kepala sang gadis.

"Nenek saya di mana, Dok?" tanya gadis itu. Wajah senang dokter itu kini berganti dengan wajah sedih.

"Nenek kamu ada di ruangan sebelah. Maafkan saya, tapi akibat kejadian ini nenek kamu dinyatakan lumpuh permanen karena sistem saraf pada kaki nenek kamu sudah tidak bisa berfungsi kembali." Air mata sudah tak bisa ditahan lagi oleh gadis itu.

"Terima kasih, Dok." Dokter muda itu kembali mengelus kepala sang gadis yang masih menitikan air matanya.

Sekarang bagaimana caranya ia membayar administrasi rumah sakit ini? Kondisi keuangannya pun kini tengah menipis, tabungan juga tinggal sedikit. Jadi, bagaimana caranya ia membayar biaya rumah sakit untuk dirinya dan neneknya sekarang?

●●●

Suara azan subuh yang mulai bersahutan membuat mata seorang gadis yang tengah terbaring di atas kasur yang telah lusuh itu terbuka. Namun saat matanya sudah sepenuhnya terbuka, ia merasa jika ada hal yang janggal dengannya. Bukan, bukan karena kakinya yang sakit.

Lantas apa?

Dan ya, ia menemukan jawabannya. Hal yang janggal itu adalah ia merasa jika dirinya kini sedang dalam pelukan seseorang. Padahal hanya ada dirinya di atas kasur itu. Tidak ada orang lain.

Tapi ia benar-benar merasakan kehangatan itu. Kehangatan saat dirinya berada dalam pelukan seseorang. Atau ini semua hanya hayalannya saja?

Tapi ini semua terasa sangat nyata baginya. Kehangatan ini, pelukan ini. Namun kembali lagi, hanya ada dirinya seorang dalam kamar berukuran dua setengah kali tiga meter ini. Ia tidak melihat ada siapapun selain dirinya di dalam tempat ini.

Tidak mau menunda waktu, gadis itu akhirnya bangkit dari kasurnya dan segera menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Meskipun ia berjalan masih harus menggunakan tongkat seperti yang dokter katakan dua hari yang lalu.

Sebelum itu, ia melangkah menuju ruangan di samping kamarnya untuk membantu neneknya yang menggunakan kursi roda untuk mengambil air wudhu di kamar mandi.

Ya, walaupun harus merasakan sakit saat kakinya berjalan tanpa memakai tongkat ketika ia mendorong kursi roda neneknya itu.

"Kai berangkat sekolah dulu ya, Nek. Nenek baik-baik aja di rumah, Assalamualaikum." Gadis tadi berpamitan pada neneknya yang duduk di kursi roda.

Dengan langkah kecil dan dengan bantuan tongkat yang diberikan oleh dokter dua hari yang lalu, gadis bernama lengkap Kaila Oktaviana itu berjalan memasuki sebuah gerbang sekolah yang telah terbuka lebar.

"Kaila!" Seruan seseorang membuat gadis itu menolehkan kepalanya.

"Ya ampun, kaki lo kenapa?" Perempuan yang tadi berseru menyebut nama Kaila itu berlari mendekat dengan wajah khawatir.

"Jatuh kemarin." Kaila menjawab dengan cengiran di wajahnya.

"Kemarin? Jadi kemarin gak berangkat karena jatuh ini?" Vera, gadis itu kembali bertanya. Namun pertanyaannya kali ini hanya dibalas anggukkan kepala oleh Kaila.

"Gue bantuin ayo." Vera membantu Kaila yang tampak kesulitan saat berjalan menggunakan tongkatnya, mungkin karena tidak terbiasa.

Apalagi kelas mereka berdua berada di lantai dua. Itu pasti akan semakin membuat Kaila kesulitan. Beruntung ia dan Vera adalah teman sekelas, bahkan teman sebangku.

"Makasih, Vera," ucap Kaila setelah dirinya sampai di kelas setelah melalui perjalanan yang cukup menguras keringat. Ia meletakkan tongkat yang ia gunakan tadi di samping kursinya.

Tak lama, beberapa teman kelasnya datang mendekati meja Kaila dan Vera untuk menanyakan perihal Kaila yang berjalan dengan menggunakan tongkat.

Dan gadis itu hanya menyahutinya dengan jawaban, 'kemarin jatuh karena keserempet mobil di jalan.'

Tepat pukul tujuh bel masuk sekolah berbunyi nyaring. Para siswa yang tadinya masih berkumpul di meja Kaila, kini mulai kembali ke tempat duduk masing-masing.

Lima jam kiranya Kaila mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh beberapa orang guru. Kini jam sudah menunjukkan pukul dua belas lebih lima belas menit, waktu untuk istirahat kedua.

Pada waktu inilah para siswa muslim diberikan waktu untuk menjalankan ibadah sholat zuhur berjamaah. Tak terkecuali Kaila, meskipun kakinya sakit dan ia berjalan menggunakan tongkat, tapi ia tetap melangkah menuju mushola sekolah bersama Vera yang masih setia membantunya berjalan.

"Kamu wudhu duluan aja, Ver. Aku nanti aja, sekarang masih rame," ucap Kaila setelah mereka berdua telah sampai di teras mushola yang telah ramai oleh para siswa laki-laki maupun perempuan.

"Gak papa kalo gue duluan? Nanti lo sendiri dong?"

"Enggak papa, Vera. Kamu duluan aja. Lagian aku nanti pasti lama wudhunya, kaki aku kan masih sakit. Aku nanti juga nanti pasti dapet sesi kedua jamaah nya," ucap Kaila meyakinkan Vera.

Vera kemudian mengangguk dan meninggalkan Kaila yang kini telah duduk di teras mushola sambil meluruskan kakinya. Lelah juga berjalan dari kelas sampai ke mushola dengan keadaan kaki yang sakit seperti ini.

Kaila tersentak saat ia merasakan sesuatu seperti menyentuh punggung tangan kanannya. Tidak, bukan sentuhan. Itu malah terasa seperti genggaman. Kaila langsung menarik tangannya dan langsung menyentuh punggung tangannya yang tadi ia merasa jika ada sesuatu yang menggenggamnya.

Gadis itu mengamati sekitarnya. Tidak ada siapa-siapa di teras mushola ini karena para siswa tadi kini sedang melaksanakan sholat zuhur berjamaah di dalam.

Lantas siapa yang menggenggam tangannya?

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh thisfloella

Selebihnya

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku