Perawan Tua
termangu, meremas bajunya beberapa kali seakan tak percaya kalau kakaknya yang selembut b
u masih menatapnya tajam, mengatur nafasku yang satu-satu, seakan baru saja berlari marathon. Melihatku seperti itu
isa memasak sendiri. Kamu tak perlu menyakiti adikmu sepert
aku, aku tak
di rumah ini. Padahal aku hanya tak ingin Emak kenapa-napa, Emak tak boleh memasak karena sebelah tangan Emak terkena stroke, aku tak ingin Emak celaka karena Emak memaksakan diri untuk memasak di dapur.
t Arka mendengus kesal, rupanya ia belum puas memarahiku. Aku tak menghiraukannya, kudorong kursi roda
bergabung untuk makan siang. Muka Risa tampak kusut,
in segera masuk kamar, tapi Emak menyuruhku agar tetap duduk manis di situ dan makan dengan
n." aku merebut send
ja yang banyak lalu segera minum obat agar cep
sangat menumpuk di bak cuci piring. Tanganku gatal melihat pemandangan yang tak mengenakkan ini. Seandainya aku sehat, aku akan segera mengeksekusi p
arasnya yang sudah terlihat tua kini sudah pasrah dengan segala penyakit yang perlahan-lahan melemahkan kekuatan tubuhnya. Aku ingin sekali mendorongnya ke kamar dan menidurkan di kasu
Tolong
menyakiti Risa?" Jawab Arka, m
ursi rodanya ke kamar Emak ya, dan segera tidurkan Em
Ia mematikan rokoknya
rdiri dan menghampiri Emak yang sedang tertidur
*
ngku. Aku berpikir keras, bagaimana agar Emak tak harus bekerja di rumah ini selama aku
u simpan di atas kasur tiba-tiba bergetar. E
f, aku belum bisa jenguk Mbak hari
?) Tanyaku, karena aku tak pernah memberi
awab Esti. Tiba-tiba hatiku seperti me
enggak bisa merawat Emak seperti biasanya) aku berkata sesedih mungkin, dan aku sangat berharap ia membantuku
ena Mas Angga masih kerja. Insyaallah aku ke rumah
Mbak tung
a,
sembilan pagi mereka sudah datang ke rumah Emak. Mer
u-baju isteri dan anaknya teronggok pula di punggungnya. Sementara Esti menggendong Am
kit kikuk, karena aku tahu kalau Esti orangnya selalu bersih dan rapi. Esti
akit?" Tanya Esti sambil melihat sebag
Mbak mau kontrol besok ke Rum
Mbak cepet sembuh," k
kpau. Aku tertawa gemas, kucium ponakan cantikku ini dan kucubit pipinya gemas. Bayi berusia sembi
melihat mereka. Pertanyaan itu bermunculan di otakku. Ya Tuhan, kapan aku bisa bertemu dengan jodohku, menikah dan mempunyai anak seperti Risa dan Esti? Siapakah yang kelak
eh apa?" Suara Risa sont
Mbak," Esti tersenyum lalu memberikan sebua
, Es, kebetulan tadi Dafa belum makan." Risa mengambil sebuah mangkuk kecil d
siang," Emak seperti tak senang melihat tingkah Risa. Risa menceb
ak, setidaknya sampai Mbak Hilda sembuh total," ucap Angga pada Emak. Wajah Emak tiba-tiba me
ucapan sua
gal di sini beberapa ha
ggal di sini sementara waktu untuk ikut menjaga Emak. Jadi aku tak
sam