DENDAM WANITA SIMPANAN.
gan gurat merah yang sangat nyata. Dengan napas tersengal Sri melihat dengan kedua matanya, ketika Zainal menoleh ke belakan
s, seperti ayam yang telah digorok kemudian menunggu untuk mati, seperti itulah Zainal saat ini, Sri hanya bisa menjerit sambil
lempar dengan asal itu terdengar nyaring, dua mayat tergeletak dengan darah yang terkucur deras menjadi pemandangan yang sangat mengerikan. Tubuh Sri mulai bergetar hebat, di
Zainal juga mayat salah satu Juragan yang telah dibunuh Zainal, kemudian Juragan yang baru saja me
lah Juragan yang membelimu dengan harga yang paling mahal, jadi ikutlah denganku, dan a
ingkan wajahnya, Sri benar-benar tidak sudi disentuh o
n cara seperti ini oleh Tuan. Saya, benar-benar tidak sudi jika say
ng terasa begitu nyata di ujung bibir Sri. Namun bagi Sri, hal itu tidak ada apa-apanya. Bahkan jika perlu, lebih baik
pelacur itu adalah hal yang sangat menjijikkan!" kata lelakit tua tersebut. Dia memegang rahang Sri lagi hendak memaksa menciumnya. Hingga sebuah lemparan ker
tus keping emas. Apakah itu cukup untuk memb
n celana levis yang menutupi sebagain sendalnya. Rambutnya tampak begitu rapi, lebih dari itu adalah wajah lelaki perawakan tinggi tegap itu tampak sangat asing. Dia-lelaki itu tidak seperti orang Jawa pada umumnya, wajahnya seolah b
wa tersebut terlihat jelas kalau mereka sedang mengolok-olok sosok rupawan yang masih tersenyum sambil mengikat kedua tangannya di belakang punggung. Sambil melirik pada salah satu abdi laki-laki yang sedari tadi berdiri di belakangnya pun, sosok itu seolah memberi isyarat. Tak lama abdi itu pergi, lalu dia kembali lagi dengan
u sebutkan. Namun percayalah, jika perempuan cantik itu telah aku miliki,
yaan yang tinggi lantas kamu memiliki hak untuk ikut serta dalam masalah pemilihan abdi ini? Tentu saja tidak. Ritual ini hanya khusus u
g semua Juragan yang sedang duduk di bawah mimbar, kemudian dia berjalan naik ke atas mimbar
an, aku adalah salah satu penduduk kampung Leran yang kebetulan memang baru kembali dari perantauan. Namaku adalah Nathan Wicaksono. A
apa pun. Bagaimana tidak, siapa yang tidak tahu sosok Juragan Besar Wicaksono? Sosok Juragan paling terhormat dan paling berkuasa se
k bisa berbuat apa-apa. Hingga tatapan tajam Nathan berhasil membuat dua algojo memandang para Juragan untuk meminta pendapat. Para Juragan memaksa algojo itu untuk melepaskan Sri. Hingga Sri bersimpuh dengan sempurna, dengan penuh perhatian, Nathan berlutu
tuk menolongmu. Jika kamu sudi, maka genggamlah tanganku