Tumbal Pengantin Iblis
enggema tertelan hujan lebat
ong menyambar ranting pohon penopang tubuhnya. Gadis itu tersentak,
dirinya, dadanya nyeri, melayang jatuh ke bawah dengan kecepatan yang sangat cepat. Ketika ia tel
t maut tampan dat
an yang mendekapnya. Tanpa ragu Kalina menyandarkan kepala pada dada bidang yang terasa sixpack saat tak sengaja tersentuh tangannya. Kali
i dengan bahagia be
saat. Tatapan mereka semakin dalam dan dekat dirasakan napas mereka yang saling men
arena malu. 'Andai kata ini sebuah mimpi maka aku akan bangun dengan
a asing, tidak dikenal, berlatarkan cah
emakin romantis. Sungguh mimpi indah. Kesadaran Kalina mulai m
i dalam dekapanm
rigala perlahan menjauh. Begitu pula dengan teriakan para burung hantu yang kembali tenang dan berbun
na akan mati
ar
saat se
ra bayangan yang berada di bawah sana, seperti terlihat sosok putih berkelebatan. Dia seperti tersenyum di antara pekatnya kabut tebal yang seolah menyelimuti. Sedikit cahaya masuk menerangi hutan rimbun tersebut. Auman binatang malam seolah ikut menyambut bahagia. Rengekan binatang malam lainnya jua seolah menatap penuh harap. Bayangan putih yang kasat mata oleh pandangan orang biasa. Kemudian terbang menari-nari mengitari sekitar sungai dan kemudian ke
jurang bukannya aku," lanjutnya. Dengan sempoyongan ia mencoba berdiri meski sempat terduduk kembali, lututnya lemas tak bertenaga. "Gak, Alinsia, kamu nggak boleh putus asa, kamu harus bangkit," ujar gadis berna
sahi pipi dengan tangan, tak peduli ia dengan wajahnya yang menjadi kotor. Terseok-seok gadis merana itu menapaki jalan yang terjal, tak peduli badan yang terluka ketika
di sana para anak laki-laki yang tengah berjaga. Ada yang terduduk sambil menahan kantuk. Ada yang mondar-mandir k
t dan ada yang terjungkal jatuh dari kursi. Ia berhasil membangunkan kantuk mereka. Sebagian terkejut melihat pen
Alinsia, tangisan
lah seorang yang langsun
e gank pun
abis dikejar penunggu hutan y
a kucing garong?" timp
il ketua OSIS, menghentikan pertanyaan aneh yang lain sebelum mereka beruc
ita semua gak paham," ucap Reza memegan
jurang," jawab Ali
eriak mer
anjang kali lebar Alinsi mencerita
S dengan wajah tampan paripurna, dia menggaruk kepala yang tidak gatal. "Rand
nih," cel
k pagi," des
perintahkan sekarang Za," keluh
Mending lengser aja dari jabatan wakil ketua
a?" Rando menatap dengan wajah
kin menangis keras sejadi-jadinya. "Kalian ini punya perasaa
kamu kelihatan nyeremin kita di sini," ujar Rando membuat Alin
darurat dulu seka
penting, para jantan-jantan pun akhirnya berkumpul. Di
mi Kalina,"
ambu
ely_