Tumbal Pengantin Iblis
atanya mulai terbuka, tapi kegelapan masih menyelimuti
gelap. Dia pun mencoba membaca situasi dengan cermat, setelah akhirnya tersadar bah
as. Beruntung ia tidak langsung jatuh ke bawah. Namun, malang
di atas!" teriaknya d
imana nanti aku turunnya,
rbentuk burung terkapar menghadap ke atas. Seolah batu itu siap kapan saja, menerima dengan senang hati jika Kalina terjatuh ke arahnya. Kalina mulai merasa ngeri mendengar binat
ina berdetak semakin kencang, dia berteriak ketakutan. Dalam remang malam, dalam suasana mencekam. Angin berhembus kencang, membuat tubuhnya teromba
asahi. Angin semakin lama semakin ke
ong menyambar ranting pohon penopang tubuhnya. Gadis itu tersentak,
dirinya, dadanya nyeri, melayang jatuh ke bawah dengan kecepatan yang sangat cepat. Ketika ia tel
t maut tampan da
n kepala pada dada bidang yang terasa sixpack saat tak sengaja tersentuh tangannya. Kalina mendongakkan kepalanya, pemuda itu tersenyum. Sungguh pemandangan indah tak ayal Kalina langsung
ti dengan bahagia b
saat. Tatapan mereka semakin dalam dan dekat dirasakan nafas mereka yang saling men
karena malu. 'Andai kata ini sebuah mimpi maka aku akan bangun dengan
a asing, tidak dikenal, berlatarkan cah
eredup dalam alunan musik alami malam. Cahaya terang bersama kepulan asap putih melebur, hilang ketika menyentuh tanah. Lolongan serigala perlahan men
*
t ber
aan Kalian. Semak belukar dan jalanan yang licin, b
u saja. Malam semakin larut, hujan juga mul
angin semakin bertiup kencang belum lagi a
menemukan Kalina, nyawanya bi
. Dalam cuaca buruk seperti ini bisa membahayak
kembali ke tenda. Tak mungkin ia membahayakan nyawa banyak orang meski ia sangat ingin mencari san
tif selalu," ucap Rando dibelainya rambut Alinsia dengan tangan kanannya. Gadis itu mengangguk dan masuk ke dalam t
*
ik penduduk setempat bersahut-sahutan. Sungguh alunan musik alami khas pedesaan di pagi hari. Reza, Alinsia dan yang lainnya dibantu warga setempat mulai kembali menyusuri tebing semak belukar mencari Kalina. Di t
an memanggil satu nama orang yang dari
a berhenti melangkah. Membuat semua yang berjalan di belakangnya ikut berhenti. Terdengar sua
pak?" ta
h baya menunjuk mulut sebuah gua besar. Mereka berlari melompati berba
in," berderai kemba
dia sebelum kita sampai di tempat ini tadi?" tanya Reza. Mendengar suara gaduh
a 'kan, atau ada yang te
s dan perut aku sediki
ini kita langsung ke ru
kok beneran kita l
a sakit perut
aku lapar b
eriak yang
ir terjun tersebut. Namun, tanpa disadari sepasang tatapan mata dengan tajam memperhatikan mereka dari kejauhan sejak tadi. K
saja kali ya," u
Kalin?" t
k." Kalina terse
alan, mau aku gendong
enggak apa-apa
urung elang berbulu putih terbang mende
Kalina melihat burung itu
yusuri jalan terjal. Wajah lelah mereka berubah lega ketika sampai di tepi jalan raya. Bus sekolah menanti, teriak sorak-sorai bahagia ketika
*
lina segera menghempaskan tubuh ke atas kasurnya yang empuk. Sejenak merilekskan tubuhnya yang penat. Diamati langit-langit, pandangannya lalu menjurus ke jende
, punya siapa ya," pikir Kalina d
nya lagi. "Gak mungkin burung dari hutan itu, kan, pasti
empaskan burung itu agar terbang ke atas, tetapi baru sebentar terbang sang burung m
ke tempat pemilik kamu," ucap Kalina yang terke
ar
u usai mengantarkan Alinsia pulang ke rumah usai nonton bioskop. Melihat jalanan sepi dan lengang dia menambah sedikit kecepatan laju mobiln
r
itu terjatuh, spontan gadis itu turun dari mobil. Dilihatny
gaja," ucap Kalina panik takut
au nyetir," kata seorang di an
tanggung jawab ganti rug
orang lagi sembari berusaha meraih ta
-apa. Yang penting nemenin kita main aja
ingat anak istri di rumah apa," celetuk Kalina
masuk ke dalam mobil tapi orang bertubuh kurus berhasil menghalangi. Tubambu
ely_