icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Sang Buron

Sang Buron

icon

Bab 1 Memasuki Gereja

Jumlah Kata:1179    |    Dirilis Pada: 08/09/2022

terjebak di titik beku. Pemuda itu hanya mengenakan celana jeans tipis, kemeja musim panas, sepasang sepatu bot usang, dan sehelai jaket yang nyaris tak mampu menahan dinginnya udara: dengan tangan

cat hijau usang. Pemuda itu tidak mengetuk dan pintu itu tidak terkunci. Dia mel

disi sebuah gereja tua. Di tengah-tengah ruangan terdepat meja tulis dengan sekeping papan nama yang mengumumk

uda itu. Lengang sejenak.

amunya. Masalah utamanya adalah dia tidak mempunyai mant

e Joan," katanya, sambil memb

ena pilek. Aku Kiki Stefanus, istri pendeta, me

muda itu memandang penuh har

erhati-hati, seolah-olah dengan wajah yang kelihatan tua i

i-laki itu sambil memandang ke pintu ya

akah ada sesuatu yang kamu perlukan?" Kiki seorang yang bertubuh mungil, mem

puan-perempuan bertubuh mungil. Wajah yang manis dan menawan, sepasang bola mata berwarna cokelat, tulang pipi tinggi, seorang per

gkupkan tangannya seperti orang yang hendak berdoa. "Aku datang ke gereja

an giginya; sungguh indah. "Jad

jah memelas. "Aku sangat membutu

jian sebelumnya maupun yang tidak. Lagi pula, hari itu adalah hari senin yang beku dan Ivan juga tidak terlalu sibuk. Dering telepon begitu sering terdengar nyaring ha

ertanyaan para kliennya. "Baiklah kalau begitu, aku perlu mencatat beberapa pertanyaan dasar lebih dulu

ngan membungkukkan badann

iki dengan intonasi dat

Shibuya, Tokyo. Umurku empat puluh tujuh tahun. Aku bujangan, sudah pernah menikah, kemudian bercerai. Aku t

Semua jawaban yang diucapkan oleh Harry menyebabkan jauh lebih baik kuriositas daripada yang bisa ditampung formulir kecil yang ada di

jalan nomor dua belas, beberapa blok dari sini. Dan saat ini, aku sedang dalam proses pembebasan, seperti itulah istilah mereka. Beberapa bulan aku di ru

pannya mendadak lenyap. Dia agak merasa skeptis untuk mencari tahu lebih tentang manusia di depannya. Namun, karena dirinya sendiri yang memulai interogasi it

dia memikirkan matang-matang kalau

olah-olah Harry tidak sanggung mengiya

i, fokus dengan bokong bundarnya yang indah di balik balutan celana panjang yang ketat, kedua kaki rampingnya, pundak yang

tuk-ngetuk ujung jemari tangan kirinya, tongkat kayunya yang berwarna putih menggeletak di pangkuannya. Kepalanya dicukur plontos, terlihat kecil dan mengkilap, betul-betul bundar seperti lampu taman, dan ketika Kiki datang menyerahkan secangk

rima kasih, dia meletakkan cangkir tehnya di meja tulis. Kiki kembali ke

memegang bolpoin dengan buku yang b

rlu kau

tega

apa-siapa. Aku nggak pernah punya kein

inginan untuk pergi ke gereja, membuat Kiki merasa bi

g sedang menangkup sekeping biskuit. Apabila pertanyaan sederhana tentang teh tadi membutuhkan waktu sekitar

di sela-sela cangkir itu-kemudian dia meneguk sedikit dan mengecap bibirnya. "Butuh berap

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka