Stuck at You
itam yang berada di atas meja nakas lalu membawanya masuk ke balik selimut. Cahaya layar yang terang menerpa wajah Zeline yang masih setengah sadar. Matanya langsung
ia tiba di Melbourne. Bukannya tidak mau, hanya saja dia tidak bisa. Terlalu banyak
tu detik kemudian, dia menekan tombol kecil di samping ponsel. Seketika cahaya layar kembali men
ang melibatkan jajaran penting perusahaan. Dan dia baru tahu tengah malam saat Eden masuk ke ka
uka pintu. Sungguh itu membuat Zeline menjadi semakin kesal. Rasa kesal dan marahnya pada
kan pakaiannya. Tak jadi berganti baju. Kini dia berjal
an menghadiri rapat
a, "secepat itu?" katanya seolah suda
a. Dia juda terdengar tak terlalu senang dengan kabar yang dibawanya itu. "Kenapa kau menurut kali ini?
alu capek berdeb
ngan keputusan Zeline. Dialah yang paling tahu bagaimana perjuangan Zeline untuk me
h tak semudah itu. "Menurutmu aku bisa mew
au baik-baik saja, lihatlah! Kau baik-
a sedang berusaha menghiburnya, tap
a seenak hatimu, jadi pikirkanlah lagi. Aku akan mencari cara untuk me
Kau sudah cukup membantuku," Zeline berhenti sejenak seraya menarik nafas lantas menghem
n berkerut.
a ingin mencoba sesuatu yang baru. Aku ingin melihat apa
*
lainnya. Beberapa karyawan yang dilewatinya tampak sedikit membungkukkan badan memberi hormat. Zeline berjalan penuh percaya diri melewati setiap orang yang dilewatinya dengan memberi balasan sedikit anggukan dan senyum tipis. Hari itu
ng di dalamnya sudah disiapkan sebuah acara penyambutan untuknya. Pintu besar dibuka dari dalam. Zeline melangkah masuk disambut iringan tepuk tangan meriah. Zeli
ang saya lakukan hingga saya bisa berdiri di sini," Nyonya Welly tampak tersenyum bangga ketika Zeline meliriknya saat menyebutkan namanya. "Lalu kakak saya Eden, yang akan membantu dan mendampingi saya selama berada disini. Saya akan memberikan waktu, tenaga,
reka. Walau untuk saat ini Zeline belum menempati posisi apapun secara resmi, namun dulu sewaktu kuliah, Zeline pernah mengikuti magang di bagian marketing sel
ine banyak melihat wajah-wajah
un. Eden mengulurkan tangan agar Zeline dapat berpegangan padan lengannya. Pakaian yang dikenakan Zeline agak ribet dengan belah dada agak rendah. Sungguh itu pertama kalinya di
Zeline. Dia bangga melihat adiknya yang mengalami kemajuan. Tak l
erkatmu juga," balas Zeline
ang ingin keluar dari semua ini. Kau hanya perlu bilang padaku ji
perti ini. Lagi pula, aku sendiri yang memutuskan untuk menyerah pada mimpiku. Dan kau ju
ik saja?" Eden mulai khawatir set
mbil dua gelas jus yang dibawa oleh salah satu pelayan yang baru saja melewati mereka. "Mulai hari ini, tak ada lagi kata m
epanku lagi, kau paham kan?" Zeline membua
*