Stuck at You
sa merasakan jikalau Zeline tengah membangun tembok di antara mereka. Di mulai dari duduk mereka yang mun
hu, mungki
ankah dia baru saja ketinggalan pesa
ksudku kemba
gangguk pelan. Dia
u bertanya
esan dingin, tapi dia masih terbilang rama
berlibur beberapa hari l
x orang asli sana. Seharusnya dia tak meminta hal i
rlib
juga denganku, aku akan menetap di sini beberapa hari lagi sebelum pulang." Alex berhen
rapa hari, tapi tak jadi. Aku berencana menetap beberapa
hkan pandangan. "Hampir lima b
i lagi," lanjut Alex tanpa pikir panjang.
kan yang sangat blak-blakan. Bahkan mereka belum
an lagi," balas
ba berdiri yang membuat Z
au harus berpikir banyak malam in
a. Dia tersenyum dengan matanya. Tampak manis dan tulus. Barisan gig
ngah mengemudi lambat, membelah jalanan kota yang padat. Di bawah ribuan bintang di langi
uara Alex membuyark
tap keluar jendela. Deretan gedung tampak
ya penyanyi favorit
Zeline jadi serba salah karena sudah membuat Alex berekspektasi terh
tingkat Alex barusan tanpa sadar ikut membuat Zeline terkekeh pelan. "Kenap
elah tangan. "Hanya saja aku
langsung berjalan mantap. Alex juga ingat bagaimana raut datar wajah gadis itu saat berlari bersama saat berusaha keluar dari gang. Kemudian wajah panik Zeline saat melihat luka di wajahnya, wajah khawatir Zeline saat melepasnya pergi. Kemudian senyum Zeline yang bisa terbilang sangat langka namun sangat
tersadar. Untung saja mereka berada di lampu merah sehingga tak me
il menunjuk lampu hijau dan mobil
alah tingkah. Berpikir kalau dia ketahuan tengah
sejenak sebelum akhirnya Alex memutuskan untuk ke
t yang ingin k
ak punya rencana khusus saat tiba di sana. Dia hanya mengikuti saran dari dokter Agnes untuk pergi ke sana.
ungkap Zeline pelan. Kata-kata itu mel
aja Alex memutar mobi
berseru panik ketika mobil be
jawab Alex
kar
g ke sana. Tempat itu paling indah saat di jam jam segini," pungkas Alex tampak a
*
an banyak kejadian mistis. Di sana terdapat sebuah café pinggir pantai yang dipenuhi oleh
arna kuning, hijau putih dan lampu warna lainnya. Tampak sang
ena secercah cahaya dari café, desiran ombak yang saling kejar-kejaran lantas menghantam batu karang terdengar nyaring. Hembusan angin yang menyapa lembut p
?" tanya A
. Dia seperti kehilangan kata-kata. Seolah menemuka
ajaknya berlari kea rah café. Menikmati suasana malam d
nya dan ikut berlari. Tanpa sadar, sudut bibirnya melengkung mengukir sebuah senyum
*