Stuck at You
a harimu
ngeras suara sehingga suara Eden memenuhi kamar
atarnya. Dia mengabaikan kakaknya yang tengah berbasa-basi. Sejujurnya Zeline tidak ingin ada yang tah
lasnya. "Kau tidak
mengabaikan Eden. "Hm?
unya, toh dia juga mencariku," kata Zeline ya
yang kau
gi masih terdengar dingin. Eden pun
itu nanti saat kau pulang." Eden terdengar menghela nafas untuk kesekian kalinya. Dia juga harus bi
erapa baju kotor. Bersiap untuk mengantarkan baju itu pada penatu hotel di lantai dasar. Sebe
r setengah pasrah. "Bisakah kau mengatakan sesuatu yang agak panjang?" Eden
waktu terakhir. Hal baik baginya karena menjadi lebih sering tersenyum bahkan tertawa terlepas dari dipaksakan atau tidak. Terkadang dia mula
n permintaan Eden. "Hari ini sanga
untuk meneruskan ceritanya. Dia sudah sangat sena
menyenangkan." Zeline mengulang dan menghitung katanya
ah! Seperti kau melakukan apa saja? Bertemu siapa saja? Atau apap
ng menolongnya tadi terlintas di benaknya. Ah, dia lupa
rtarik akan segala hal tent
lalui dinding kaca kamar. "Senyum mereka, kehangatan, keceriaan, aku bahkan tak melihat sedikitpun kesedihan di wajah mereka," ucap Zeline tersenyum simpul sambil tertunduk. "Tapi hari ini ak
ar semakin antusias. Sangat jarang Ze
au pikir semua orang yang kulih
bercanda. Dia tak ingin merusak mood adiknya, "baiklah. Sebaiknya kau istir
aca. Tiada angin dan juga debu yang mungkin membuat matanya berair. Hanya saja Zeline tak bisa m
*
New Zeeland. Namun dia menghabiskan hari terakhirnya di Sidney sebelum
ah dan mewah. Zeline memasuki museum seni paling penting di Sydney. Di sana, Zeline bisa melihat berbagai macam seni termasuk fotografi kontemporer yang diungg
naiki anak tangga dengan mulut ternganga saking takjupnya melihat interior gedung. Lampu besar yang menggantung di tengah ruangan menambah nilai kemegahan. Terdap
o seorang ibu yang menggendong bakul di punggungnya bersamaan dengan menggendong bayinya di depan. Ibu itu tersenyum hangat ke arah kamera. Raut wajahnya tak menunjukkan adanya beban berat
rkan penjelasan seorang curator yang menjelaskan sebuah foto pada sekelompok anak sekolah yang tengah mengikuti study
lih untuk merehatkan badan sejenak setelah mengelilingi gedung bertingkat yang luasnya mu
asi oleh kayu. Seisi ruangan juga sangat tradisional, hampir semua perabotan mulai meja dan kursi terbuat dari kayu. Suasana restoran cukup ramai karena sudah memasuki
Suara ajakan seorang laki-
," lanjut pria itu memberi penjelasan tanpa permintaan. Zeline masih b
*