Suara Desahan Di Kamar Maduku
A
gkan senyum karena ternyata secinta itu mas Satria
aimu. Aku tidak salah telah melabuhkan da
etulan besok ada matrial baru datang pagi. Jadi Mas pagi-pagi sekali haru
an selamat beristirahat suamik
am, Sayang, i
di atas nakas di samping tempat tidur. Setelahnya aku memejamkan mata
*
itu dong suaramu. Nanti kedengeran sama Mbak Laras lho.
mendengar suara menjijikkan itu. Lalu, apa tadi? Dia men
aku sedang tidur pasti telingaku akan mendengarnya. Terlebih l
hari. Cukup lama aku terlelap ternyata. Sialan! Sudah berapa lama mereka berada di dalam sana? Apak
ku mengambil kunci cadangan kamar yang Maya gunakan. Kumasukkan anak kunci tersebut dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara yang dapat membuat pria yang
kl
amar ini kecuali Maya yang tengah menggunakan baju yang lagi-lagi kurang bahan atau seperti saringan tahu yang biasa orang menyebutnya d
enaknya saja?!" ketus Maya yang membuatku tersentak. Ia m
a. Sepertinya Maya tengah melakukan panggilan video call. Akan tetapi, deng
ur? Bukankah ini sudah malam? Besok kamu kan kuliah? Kamu lagi video call sa
r dan tidak kemana-mana. Jadi aku telanjang sekali pun kurasa tidak menjadi masalah. Lagian besok aku kuliah siang jadi ak
temanmu? Lihat onderdilmu saja kelihatan! Di mana urat malumu? Kamu itu sudah menjadi
lam kondisi dia tidak memakai apa pun dan hanya menutupinya dengan baju saringan
banget ikut campur urusanku? Yang penting kan aku enggak keluyuran gak
itu! Kamu pikir kamu siapa? Apakah kamu berharap akan dibela oleh Mas Satria ha! Tau diri kamu! Bisa masuk di dalam rumah
!" ancam Maya dengan bibir mengerucut. Huh, ingin banget rasanya aku kunci
ihat kamu ngelakuin hal aneh-aneh. Aku pastikan kamu a
akut justru Maya terbah
tawa? Kesur
raikanku? Aku akan acungi jempol buat Mbak Laras. Apa Mbak Laras lupa kala
kan kupastikan kamu menangis
kembali ke dalam kamarku. Namun, langkahku terhenti karena Maya
gan Maya yang mencengkram erat tanganku. Kutatap
k Laras ngomong begitu tadi apa?" Aku mena
u? Yakin
Maya dan membisikkan kata-kata
niatmu dan orang tuamu menikahkanmu dengan Mas Satria itu hanyalah harta. Jadi, jangan pernah bermimpi untuk mendapatkannya karena sepes
Memangnya kamu ada bukti atas ucapanmu itu?" Aku
ika waktunya sudah tiba maka duar! Akan meledak dan ledakannya akan menc
un ingin kembali melanjutkan langkahku menuju kamar tidurku. Namun, saat badan ini akan be
t gitu? Oh tentu tidak. Aku pun banhun dari posisi dudukku karena terjatuh tadi. Kutatap waj
anganku menampar kuat pipinya hingga membuat M
ran untuk menerkam. Karena sekali saja kau terkena gig