Suara Desahan Di Kamar Maduku
sui ke dalam rumah tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu karena memang su
n manja terdengar di telingaku. Aku yang baru saja pulang dari tempatku mengajar sedikit me
sedang bekerja di luar kota. Pekerjaan mas Satria adalah seorang kontraktor. Mas Satria sering b
usaha sudah kami lakukan dan hasilnya aku juga mas Satria sama-sama subur tapi, kembali lagi bahwa kehadiran seorang anak adalah hak
ingin membelaku maka membuatnya menjadi durhaka terhadap mami. Aku juga tidak memilih untuk mengakhiri pernikahan ini karena selain aku sangat mencintai suamiku juga aku yakin jika suamiku mampu berbuat adil. L
menikah secara siri karena itulah syarat dariku untuk m
erubah sedikit pun. Mas Satria justru berlaku sangat adil menurutku. Adil di sini dalam arti dia memberikan h
ang protes tapi itu sudah kesepakatan antara aku juga mas Satria dan Maya tentu saja tidak bisa menolak keputusan yang sudah kami buat. Bukankah itu y
saja lagi-lagi ditolak oleh mas Satria. Beliau tetap membelikan rumah untuk Maya tapi tidak sebesar milikku melainkan rumah h
pi dia tidak bisa apa pun karena
njaga mas Satria dari semua sifat buruk Maya. Karena aku sangat tahu seperti apa suamiku itu. Delapan tahun aku menikah dengan mas Satria membuatku hafal di luar kepala bag
u ini benar-benar deh dasar mesum suka banget tangan nakal kamu itu
tidak diinginkan terjadi. Contohnya seperti ini, entah kenapa aku yakin yang di dalam itu adalah laki-laki lain yang tentu
laki ke rumahku di saat aku sedang tidak di rumah. Kebetulan hari ini aku pulang lebih cepat dari bia
ini aku pulang di jam sembilan pagi. Aku berjalan dengan langkah c
u menggedor keras pintu kamar Maya. Ingin sekali rasanya aku menerjang pelakor mur
r
r
r
Cepat buka dasar jala
ng .
salah dengar? Ah tidak mungkin telingaku belum tuli. Aku ti
buka
brak
gga aku dibuat sedikit tersentak dengan kehadira
pa, Bu?" tanya m
Maya
nya ada urusan." Aku terdiam mencob
i dengan kalau Maya lagi ada di dalam kamar dan lagi berme
cadan
kku pada mbak Nur hingga membuatnya berjingk
cepat aku menyambar kunci yang mbak Nur berikan padaku. Kumasukkan anak kunci ters
betapa bodohnya aku, kenapa tidak sejak tadi saja aku membuka pintu ini, toh aku punya kunci cadangannya. Dasar aku ini memang bodoh!
ya