DIANA, Istriku Cantik di Mata Pria Lain
Pemilik perusahaan AXA Corp tempatku bekerja. Beliau orang yang sangat penting
a?" tanyak
a. Bawa istri Anda pulang, atau Anda akan s
ang parkir?" ledekku. Kutepis pikiranku tadi yang menyam
ali attitude Anda. Cepat ba
aha, berani sekali
u menurut. Jelas pria kecil ini bukan siapa-siapa. Kalau pun kebetulan mirip dengan waj
ak lagi bicara. Mana bisa? Gengsi dong. Pemuda di depanku ini bahkan terlihat seumuran
at aku membelinya. Tampak jarum jam menunjukkan waktu hampir pukul sebelas m
nta antar pada lelaki ini untuk sampai depan. Pesan
kok?
per
! Ma
ungguh begitu sia-sia. Cukup ini yang pertama dan terakhir kali. Aku tak akan memb
*
Auth
pura-pura tak melihat bahwa Diana sedang menangis. Ia memilih untuk mendengarkan musik dari dalam earphone saja. Mode pesawat
membelai wajah. Tawaran untuk masuk ke perusahaan yang tadinya ia tolak, sepertinya akan ia terima. Sebab melih
empat semula. Perempuan yang lebih tepat dipanggilnya dengan sebutan nama itu
dan dingin," ujar William akhirnya setelah h
esan taksi online. Anggap saja saya seorang tukang parkir. Mari saya antar." William berbicara lagi. Kali ini Diana menoleh. Ramb
na masih muda, usianya bahkan masih di bawahnya. Naluri sebagai lelaki itu menyam
dengan sebutan 'Bu'. Berusaha untuk menyadarkan hat
saya kesuli
a ba
saya merambat s
bil. Tak ada pilihan lain. Tubuhnya mulai menggigil karena dingin,
Hampir mendekati pintu utama parkiran. Susah payah ia berjalan tanpa alas kaki. Beruntung sebab ada William yang m
a," jawab
a gawainya mati. Ah, gelisah. Bagaimana nasibnya setelah ini. Diana menoleh ke arah gedun
ini?" gumam
ma sekali tak ada perubahan berarti. L
antar
mpilannya, tapi karena sejak bertemu tadi, lelaki itu memang diam di tempat parkir. Menyendiri seperti sedang menjaga
" tanya Wil
rlu. Saya di sini saja.
a tahu, dia bahkan abai d
kan s
bus napas kasar. Jika bukan karena kasihan dan
punya mobil, mari saya a
ngkin saya berduaan di dalam mobil dengan Mas ini. Kalau pun driver t
gitu ..
gi, segera diaktifkannya mode gawai dari pesawat menjadi normal. Semua akses baik data maupun jaringan seluler kini meny
k
k
k
ten di rumah Papanya. Ditekannya tombol panggilan berwarna hijau. Setela
di gedung tempat pesta berlang
ikan sikap William, menjadi penasaran. Keningnya
ada Mas Wira tadi bukan
ah William saat mendapati Di
manggil Ibu. Anda masih tampak sangat
ning berkerut. Memang penasar
yang serius. Lucu sekali. Sengaja ia tak menjelaskan siapa jati dirinya
enti tepat di depan gerbang masuk. William melamb
Supirnya perempuan sesuai p
anu, Ma
n bahwa mobil itu aman?" William cepat-cepat mem
matanya menelisik kejujuran di wajah William.
hkan, pertemuan tiba-tiba ini ... ah, entahlah. Situas
getar. Antara h
riskan. Sudahlah. Silakan masuk mobil, udar
dalam mobil. Tak lama, mobil kemudian
emekik nyaring. Panggilan masuk
ni sudah hampir tengah
membuat William mau tak mau harus
agi, Pap. Tunggu, W
Pesta selesai jam satu
ia
il koper berisi pakaiannya di dalam mobil. Sudah saatnya untuk berganti kostum. Hat
mbung