Ketika Istriku Tidak Meminta Jatah Lagi
aku bisa mempercayai janji orang yang sudah jel
muanya semakin runyam. Jika dengan mudah aku tergoda, mungkin saja
l Shel," lirihnya terus memelas di hadapanku, antara hibah atau muak aku m
ali. Dan maaf jika kedatanganku mengganggu, sebenarnya aku juga tidak ingin menginjakkan ka
n Shel ma
uka yang kamu toreh tentu saja tidak secepat itu bisa sembu
anku untuk merayu nya dahulu, tetapi ia selalu dingin dan bahkan menolak ku mentah-mentah. Tak terasa air mataku
wa aku tidak pernah memakai lipstik berwarna merah muda, apalagi Ibu mertuaku. Karena hanya ada dua wanita yang kemungkinan berkunjung kerumah Bang Habib, yaitu aku mantan istri nya dan juga Ibunya. Setelah ku ingat-ingat
on. Aku mencoba kembali menjernihkan isi kepalaku dan kembali keluar dari rumah itu, aku
hwa aku telah keluar dari rumahnya. Spontan
apa." Aku merentangkan kedua tanganku, agar Bang Habib bisa melihat
ri tersenyum tipis. Rasanya aku ingin muntah mendengar ucapanny
untuk menghibur diri. Sungguh lelaki itu sangat lucu, entah memang sifatnya
an penuh. Sudah muak rasanya aku melihat pria itu, sekarang aku makin sadar lel
ganku. Setelah pertemuan terakhir kami di rumahnya, ia menghilang bagaikan ditelan bumi entah kemana. Hari itu aku berdiri di balkon rumah sambil menikmati angin malam yang segar, ak
akan lah!" seru Aisyah denga
ngupas nanas sih? Makan nanas itu enaknya siang pas lagi panas cuaca
hampir busuk. Makanya ini mumpung lagi ingat j
a lagi ini nanas manisnya
ih
skan. Spontan aku menghentikan makanku, Aisyah sangat panik saat melihatku kesakitan dan dengan cepat ia langsung memanggil Umi. Keringat dingin mengucur dari dahiku dengan der
i khawatir, wanita paruh baya itu memang sanga
la jangan makan nanas ya. Karena nanas bisa menggugurka
mulutku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Disaat aku dan Bang Habib sudah bercerai aku baru hamil, wa
sembari mengusap perutku. Aku tau apa yang dirasakan Umi, kini
h penasaran, sahabatku itu sejak tadi hanya diam mematung t
gas membereskan barang-barangnya dan pergi meninggalkan kami, kini hanya ada aku, Umi, dan juga Aisyah. Sementara Umi sejak
mik wajahnya berubah, bulir-bulir
kan memberitahu Habib masalah kehamilan mu
au pasti harus bagaimana." Ak
uami itu pasti berat, apalagi anak kamu pasti membutuhkan sosok Ayah. Kasihan dia jika nasibnya menjadi seperti kita," kata Aisyah sembari mengusap kepalaku dengan lembut, ia mengulas se