Ketika Istriku Tidak Meminta Jatah Lagi
Habi
mengingat semua perkataan Ayah barusan. Segitu pentingkah Sheila un
i sambil mengacak-acak rambutku, h
g tidak asing lagi bagiku terdengar, Fanny menggeng
" tanyaku bingung melihat kehadira
i sengaja ikut
mua pertengkaran ak
ntai. Fanny membelai wajahku dengan lembut, dan ia mendaratkan ciuman di bibirku. Spontan aku mendorongnya secara ref
gat, lagipula sebentar lagi kita akan menika
lakukan hal itu sebelum kita m
iummu tidak ada maksud lain, lagipul
Jangan memperkeruh suasana, aku tuh lagi banyak
n, ia pergi tanpa mengucapkan salam dan senyuman. Mungkin
i, jika tidak urusannya pasti akan semakin runyam. Awalnya aku bertanya-tanya untuk apa Ayah kembali lagi, karen
mencari apa?"
sahutnya data
antu dan bangkit untuk membantu Ayah, tidak lama kemudia
kan kunci tersebut kepada Ayah. Beliau bergegas mel
n main rasanya hati ini melihat Ayah yang bersikap dingin, acuh tak acuh seolah aku
anapun juga kamu tetap anak Ayah dan Ibu. Sekarang pikirkan kembali masalahmu dengan Shei
eila, bagaimana bisa aku mencampakkan wanita yang sudah enam tahun bersamaku. Wanita yang selalu membimbingku ke jalan Allah, tidak bosan-
ua ucapanku yang selama ini menyakitinya. Aku diam dan berpikir sejenak dimana kira-kira aku
~
minggu ke
SHEI
kan orang yang tepat untukku. Tiba-tiba aku tersadar, bahwa kalung yang ditemukan bersamaku sejak bayi tertinggal di rumah Bang Habib. Duh, bodohnya diriku ini bagaimana bisa aku seceroboh ini. Sejak tadi aku hanya berj
h mengagetkan ku, spontan aku l
tin saja," ucap
i aku perhatikan kamu monda
gak pa
ak
jika aku kembali kerumah Bang Habib untuk mengambil kalung yang menurutnya tidak berharga itu. Aisyah adalah sahabatku yang paling
mu baik-baik dirumah." Aisyah berpamit
ucapku dan ia pun men
amuala
aikum
sih bingung perihal kalungku itu. Entah setan apa yang merasukiku, tiba-tiba saja aku langsung menuju garasi rumah dan mengambil sepeda motor. Kulajukan sepeda motor itu menuju rumah
" Aku terdiam sejenak tanpa kata, pikiranku mas
ng tidak asing lagi bagiku terdengar. Rasa sakit yang seharusnya
tu benar-b
gan segera ku stater sepeda motorku dan rasanya aku ingin segera menghilang dari situ, tetap
al dengan semua perbuatanku. Sekarang a
anya, pria dengan seribu kegengs
elaki itu, tetapi untuk saat ini aku tidak tahu harus menjawab apa. Disatu sisi aku sudah terlanjur sakit, dan bahkan aku sudah bisa bangkit dar
k akan mengecewakanmu, aku tidak akan mengingkari janji