Nafkah Batin Yang Tak Tertunaikan
raya A
manis kiriku. Kebahagiaan mulai menyelimuti keluargaku. Ketika karir sudah
bertemu.ah, bukan setiap bertemu. Karena kami hanya beber
lang sementara ke Bandung mengurus seluruh perusahaan peninggala
selalu yakin akan janjinya yang akan menikahiku dua bulan lagi. Ta
u dalam hati, hingga aku menutup seluruh pintu menuju perasaankh, bahkan ketika aku didekati lelaki dari tempat kerja yang ingin serius denganku, aku tak pernah merespon
ga mulut-mulut tetangga selalu merendahkan keluargaku
ngga itu. Semua kulewati dengan berusaha tetap tegar. Meski
ung dan menikah dengan wanita lain. Benar saja aku me
uci. Orang yang selalu Ibu cari. Orang yang selalu ibu khawatirkan. Orang yang sudah kuanggap seba
semakin menutup hati setelah semua kejadian menimpaku. Namun Aku harus menerima itu semua dengan ikhlas,
s dengan kasar. Kutepi
menghinaku lagi. Ya, dia sudah menghinaku. Dia sudah mengkhianatiku. E
i suami dengan Suci. Bayangan Adhyanu akan selalu hadir dalam pikiranku jika aku masih bertemu de
r perkataan tetangga!" Kuusap pundak Ibu. Terlihat dari guratan wajahnya penuh kesedihan. Kulit yang mulai keriput. Mata
uk bercerai dengan Kang Yana meskipun b
g tidak diinginkan terjadi. Ambillah keputus
empong itu. Setidaknya telinga ibu tak kepanasan me
pkan Ibu pada Shena yang sedari tadi h
ak pun hanya bisa mengelus dan menenangkan karena sudah tak bisa
pengadilan untuk meminta surat gugatan cersj. Ku jelaskan semua alasanku untuk berce
bali ke rumah sakit untuk men
l
oleh Suci. Suci ikut berbaring disebelahnya. Kali Suci tak memaka
kan hati melihat
buat seperti ini padaku." Bulir bening
ungkin aku tak mampu menjadi seorang istri. Tapi
ata Kang Ya
sa-bisanya dia terlihat santai d
tku yang tiba-tiba be
t. Ku jijik mendengar Suara wanita itu. Wajahnya mende
a kali aku dibua
Apa dia bersekongkol dengan S
agi didepanku. Bahkan Kang Yana terdiam saat si
air m
sra didepan orang lai
ia tak bisa bergerak? Kenapa hanya terdiam sepert
ciumku dimalam pertama. Aku ingin meludah merasa
dekati
cerai kang . Tolong akang setujui dan tanda tangan!" Kusodorkan amplop yang
arau itu menghe
a mau jelasin s
kang, semua sudah jelas
ada kerutan kening di wajahnya.
ngiku Kang. Apa yang barusan kulihat juga ku
kalau Suci ad
ng? Hmmh pintar sekali sandiwa
at kamu Kang, dan kamu juga Suci. Sudah ku berik