The Sweetest Escape
tiga meja yang di rapatkan dan di jadikan satu. Aku duduk di anntara Monic dan Feli, Justin duduk di samping Monic ber
rlihat energik, meski cuaca hari ini
amanya adalah Bagas. Sambil meletakan piring berisi siomay dan
tnya yang berwarna kuning langsat, dan mata yang berwarna cokelat membuat dirinya nampak menawan, menggunakan topi bertuli
h lo nyuk." Katanya menggerutu tapi masih menampilkan seriangaian. "Sorry, gue udah kirim pesan ke grup kalau nggak bisa datang,
di kursi
akangnya, dan kemudian beralih menatapku, terk
kataku sambil me
harap. Bagas mengangkat bahu dan kemudian
saat dia duduk di kur
pan berisi kotak atau plasticware berisi beraneka ragam makanan, dengan
"Para wanita di kafetaria membuatku takut. Aku tidak
ekspresi penuh harap saat mereka menatap Ray. Aku berusaha menahan senyum gel
a kuliah Matematika Bisnis," kat
belajar?"
iskan waktu untuk meyakinkan Justin kalao lo
an saat mereka menundukan kepala, atau sebagian di anataranya melirik ke arahku dengan penuh minat, saat yang sama aku tahu kalau me
bal kemasan ke arah sepupunya. Justin tidak menjawab juga tak mengelak. Tapi cukup me
n, "Dia hanya khawatir, butuh waktu baginya untuk per
untuk merayu Bella." Ray mendengus, tampak t
Gue sudah bilang. Lo
kin untuk mencari tahu apa yang aku katakan adalah benar. A
elajar Bell?
u belajar sekalipun aku nggak akan menger
rdiri.
ema
nmu. Aku akan mem
y..
imu, aku janji kamu akan mendap
panjang Monic sebagai salam perpis
jaga kursi tepat di samping gue untuk lo Bell. Gue
kampus, nggak perlu mengendarai mobil atau motor. Kami hanya perlu berjala
Dia menanyakan soal padaku tanpa henti, dan kemudian mengklarifikasi beberapa hal yang aku tidak m
an untukku. Meski untuk beberapa saat aku sempat mera
rtas. "Bell, fokus. Sampai sini kamu ngerti atau
t dia mengajariku. Kelas matematika akan dimulai dalam sepuluh menit lagi mungkin. Jadi aku kembali mer
rmu ke kelas. Samb
ami. "Kamu tidak akan marah jika
i, kalau bisa satu hari sebelum kuis." dia mengantarku sampai ke depan k
engerjakan pekerjaan rumahmu, belaj
Adam cukup meneleponku satu jam sebelum pertandingan
depannya untuk mengajukan pertanyaan berikutnya. Kami hampir menyel
m, menyerahkan catatan da
i,
ia jangkung, agak kurus tersenyum pa
Ray mengang
a dia melihat ke arahku, da
hu namaku. Aku pernah melihatnya di k
bercanda dengan seseorang yang dudu
gnya tampak sedikit menengang.
EM?" Aku ber
mu nggak tahu?" aku menggelengkan kepala, ini dia hal la
mbutku, "Sana masuk, jangan keluar kalau belum dapat nilai bagus." Aku berd
gi menhentikan langkahku untu
you very