The Sweetest Escape
kelas soreku. Aku melirik jam di pergelangan tanganku, sudah jam tiga, dan sinar m
utusan untuk pindah menyusul Monic adalah keputusan yang tepat. Kali pertama untukku berjalan ke suatu tempat ta
gi rumor yang berdesis, nggak ada lagi rasa belas kasihan terhad
geluarkan laptop dari dalamnya. Saat
irim aja ke email gue kan?" katanya santai sambil mengigiti p
t dan menatapnya dengan sebal tentu, "Gue i
ini bukan berarti gue nggak bisa duduk di dalam kelas ini," katanya sambil menga
an email apapun dari gue," kataku s
i aku dapat merasakan hembusan napasnya di pipiku. "Maaf, apa gue pernah menyinggung lo? Ata
pa lo mengh
ur lo, berhenti merayu gue. percuma. Gue nggak tertar
rang wanita tidur di atas tempat tidur gue. Dan gue nggak berniat me
baru aja lewat. Dengar Ray. Gue nggak tahu niat dan tujuan lo ikut kelas ini dan mengambil tempat duduk di samp
yang memenuhi tangan dan dada lo. Jadi apapun yang sedang lo lakukan sekarang berhenti untuk mencoba menarik gue ti
sambil mengangkat ked
s ke
asa gue janji nggak akan menyeret lo ke kamar untuk tidur bersama." Di
tanyaku sambil menunjuk tangann
leng tanpa berusaha melepaskan tangannya dari bah
apas lelah. Lelah terhadap diriku sen
sudah tak lagi tersampir di bahu gue. Seulas senyum masih menghiasi wajahnya, membuat lesung pipitnya semakin dalam. Sem
anya sepanjang kela berlangsung aku nggak pernah kehilangan fokus, tapi kali i
, apa yang menjadi penyebab orang-orang ma
" bisik Ray. "Gue tahu siapa,
setiap kata yang Bu Erni
nku untuk melihat monitorku. Aku berusaha berkonsentrasi untuk mengabaikannya, tetapi kedekatannya dan otot-otot yang menonjol dari lengann
a aku merasa yakin bahwa aku berhasil membuat jarak dan mel
rtanya, sambil mengen
hnya berbinar dengan mata terbelalak dan penuh harapan. "Hei, Ray."
pernah mendengarnya berbicara dengan nada normal di area umum Kampus. Nada suaranya terdengar jauh l
di tangannya. Aku melirik ke belakang untuk memastikan kalau wanita tad
gis. "gim
ain ke ru
e sekarang?" tanyaku, dengan langkah yang kembali ter
ir dan mempertimbangkan sesuatu. Lalu nta
itu Gue ak
anyanya se
"Malam ini. Gue ak
langkahnya kembali terhenti, dan kembali berbalik. "Sampai ketemu nanti
mb
bersama Feli sedang berdiri di luar perpustakan. Feli adalah teman
apan lo mulai bermain dengan api?" kata
ang terdekat dengan kami. "Semakin lo nolak Ray, dia akan semakin menjadi.
bahu. "Paling nggak lo nggak akan membuang waktu lebih kan?" gue men
g malam ini ke rumahnya." Gue melirik Mon
au gue bilang ya. Dan gue akan pergi ke sana bare
nya masih nampak terkejut.
janjinya untuk berhenti mencoba merayuku. Dia tidak sulit untuk ditebak, aku tahu dia melihatku sebagai tantang
keduanya mengganggu p