The Sweetest Escape
a yang bercampur keringat, bau anyir, dan lembab. Suara-suara kabur saat mereka meneriakkan nomor dan nama saling bersahutan, dan lengan diayunk
ak. Aku bahkan masih bisa melihat senyumnya yang lebar da
han akan menjadi-jadi." Justin ikut berteriak melawan kebising
emudian tanganku saat Justin memb
u reflek menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sumber suara. Seorang pria berdiri di atas kursi kayu, memegang
yentuh petarung, tidak membantu, tidak mengganti taruhan, dan tidak melanggar batas ring. Jika kalian melanggar aturan ini, kalian akan dikeluarkan, meski kal
hell, Adam!" dia berteriak kepada pembawa
, kaus putih, dengan kardigan berwarna merah muda, beserta jeans panjang be
un yang akan terjadi di tempat ini. Dan aku mengiyakan. Tapi sekarang saat kami sudah me
at menangani apapun yang akan terjadi. Yang aku nggak percaya, dia, aku , kami nggak akan dengan mudah melawan ratusan mahasiwa mabu
rakan secara diam-diam di ruang bawah tanah, sebuah komplek gedung tua di belakang kampus kami. Setiap gedung di tandai oleh huruf dari A sampai F, se
Kehidupan aku dan Monic pun berbanding terbalik. Setelah kelas selesai biasanya aku akan
iam-diam, setiap penonton di kenai biaya tiket yang ramah pada kantung mahasiswa. Tapi sebagian yang datang biasanya memiliki tujuan lain.
ersama, adalah salah satu petinju tak terkalahkan di RedRing. Kehadiran Justin dibutuhkan Ray, sementara Justin
tin, dan nggak memiliki waktu untuk mengantarku kembali ke keosan. Tapi dia juga nggak membiarkan aku kembali sendirian. Maka di sinilah aku sekaran
gulat dari FIB, Dareen Young!" suara Ada
engayunkan lehernya ke depan dan ke belakang wajahnya serius, terlalu dibuat serius. Kerumunan terdiam sesaat sebelum berubah menjadi raung
, tetapi karena dia membuatku takut, aku akan mengenal
erlihat tidak terpengaruh. Dia berjalan ke dala ring pertarungan seolah-olah dia muncul di hari lain di tempat kerj
ertahankan ekspresi tegasnya. Dareen berdiri berhadapan dengan Ray. Keduanya saling memandang satu
il posisi bertahan sementara Ray terus menyerang. Aku sampai harus berjinjit di ujung jari, karena keduanya tak terlihat. Bergeser ke kanan d
tubuhkku sama tak sabarnya, hingga membuat tubuhku bergerak tak tentu arah. Tapi aku tak
annya ke tanah. Saat Dareen membungkuk dengan gerakan itu, Ray membenturkan lututnya ke wajah Dareen. Sebelum Da
re you doing Bell?!" teriak Justin. "Gue nggak bisa melihat apap
tapi dia berlari mengelilingi area pertarungan, dia melompat saat Dareen mendekat, lalu sikunya menghantam tepat di tengah hidung Dareen. Darah menyembur ke wajahku, dan
lemas, dan massa meledak. Uang tunai berpindah tangan sek
empat paling nyaman. Samar-samar aku mendengarr Monic memanggil namaku dari suatu
jeans sobek yang terkena bercak adarah, naik ke perut bidang, kemudian bergeser pada dada telanjang bertato yang basah oleh keringat,
ekatiku. Ekspresinya yang tegas berubah menjadi senyuman saat melihat k
g kepala Ray. "Ayo Ray, mas
kena noda, padahal Itu terlihat bagus untukmu." Pada saat berikut
gapain masuk ke dalam kerumunan?"
uk melihat pertarungan,
snya berada di tempat i
dengan Moni
pernah melawan kerumunan hanya untuk melihat pe
But you know I love you!" Dia mengaitkan lengannya di leherku, dan kami
at dia datang menjemput atau mengantarku, keduanya selalu menyapa satu sama l
ukain lo pintu setiap kali pulang malam kan?" Kiara menggerutu sesa
ya lo nggak bosan kerjaanya hanya di dalam kamar dan kelas doang?" kata Monic. Kiara mendorong kacam
tu di belakangnya. Kurang dari satu menit kemudian, ponselku berdering. Seperti biasa
nginep sama Justin. S
ah malam ini sebuah ide tentang bagaimana rasanya menginap di sana,
en R